Chapter 9 - Claumere's Loss

3K 384 57
                                    


Soundtrack: John Wick 2 - Coronation

Noola selalu mengingat masa ketika ia masih menyukai perayaan-perayaan yang melibatkan musik meriah di antara publik yang akan menyorot personanya. Sosoknya yang merupakan seorang putri raja memang selalu identik dengan segala kemewahan yang tersuguh di bawah kakinya. Dahulu ia akan menyambut hamparan karpet merah itu dengan suka cita, membiarkan dirinya menjadi kegemaran siapapun yang melihat paras jelitanya. Bagi siapapun, Noola memiliki kehidupan yang benar-benar sempurna.

Namun, Noola yang malang tidak tahu bahwa kepahitan hidup baru akan muncul, menampar Noola keras ketika ia menjadi anak yatim tanpa ibu yang disayanginya. Ibu Noola, Ratu Claumere, adalah suri elf yang begitu penyayang. Noola tidak memperoleh kecantikan dan keanggunan dari siapa pun selain Beliau, yang menutup usianya tiga tahun yang lalu. Noola mengutuk kerapuhan yang menggerogoti belulang ibunya, menjarah kesempatan Noola untuk mendengarkan suara lembut terakhirnya, dan ia hanya sempat melihat ibundanya—sang penyerah kasih sayang yang pertama untuknya—terlelap tenang dalam kematian.

Kejadian itu membuat Noola sangat terpuruk. Hal yang serupa juga dialami kakak-kakaknya, Ketiga Pangeran Triplet, dan ayahnya, Raja Claumere. Noola telah kehilangan sang suri teladan wanita satu-satunya itu. Tak lagi ada yang dapat mencerahkan hatinya yang sesuram malam, tak sebuah pesta pun mampu merekahkan senyumnya kembali.

Noola mengingat kejadian beberapa tahun silam, persis ketika kebijakan Pesta Fancy tahunan dijalankan. Ia pikir Forest akan menggantikannya dan berdansa dengan Putri Kegelapan—Putri Stella Zvesda, seperti yang terus terjadi belakangan ini. Oleh karena itu, ia tak lagi memerhatikan meriahnya koor biola yang menggema di langit-langit aula, gemerlap letusan kembang api di angkasa, dan mata-mata terpana yang diarahkan padanya. Ia nampak begitu sedih kendati polesan wajahnya tetap membuat pesonanya berseri, duduk diam dan meratapi singgasana hampa yang melansir dukanya di sana.

"Noola. Maukah kau berdansa denganku?"

Noola mendongak, kaget menerima uluran tangan dari seseorang yang tak disangkanya.

Lelaki perkasa dengan rambut biru gelap dan berbusana imperium berkelas berdiri teguh di hadapannya. Ia mengerahkan salah satu tangannya di hadapan Noola, membuat fokus jauh Noola tertutupi jubah kelamnya. Dari wajahnya yang tampan, kedua mata merahnya berkilat disinari misbah keemasan.

"Zveon," bisik Noola terkejut.

Mana mungkin Noola akan melupakan hal apa saja yang pernah ia perbuat pada Pangeran Barat itu? Wajahnya merah padam, tetapi bukan karena reaksi degup jantungnya yang berdetak semakin cepat. Ada rasa bersalah yang melumpuhkan harapan apapun yang pernah ia miliki. Kejadian beberapa tahun silam, di dalam kamarnya sendiri, ketika Noola mengharap Penyihir-Vampir itu akan menyantap leher mulusnya.

"Aku ingin kau untuk menginginkanku ... Zveon."

"Noola, TIDAK!"

Sekerjap cahaya putih membutakan membuat Noola kembali ke kenyataan, bersamaan dengan sengatan menyakitkan di dadanya. Saat itu, ia masih memerhatikan tangan pucat Sang Pangeran Kegelapan. Padmasana wajah yang elok menyajikan pijaran lembut kedua iris merahnya. Noola pikir, ia tak akan mendapat kesempatan mendapat tatapan itu, setelah apa yang telah ia perbuat dahulu.

Sejenak, Noola tidak bisa menjawab. Ia hanya menaikkan alisnya gundah dan menatap murung di dalam jalinan iris tajam Zveon. Ia membuat Noola tak bisa melupakan bayangan peri hellbender berambut oranye cerah, yang Forest ceritakan menghilang itu. Gadis itu pernah memergoki rencananya untuk membuat Zveon menginginkan darahnya, membuat Noola hengkang dari sifat serakahnya.

"Sekalipun ia seorang penyihir, ia tidak melukaiku. Dan sekalipun ia seorang vampir, ia tidak melukaimu. Ia ... takkan pernah melukai siapa pun, karena ia sangat baik! Ia bukan seorang monster!"

Shine and Shadow (Dark and Light, #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang