"Ini untukmu, Kakek Grant." Aku menyerahkan bungkusan berisi sarapan pagi kepada seorang hellbender lelaki tua yang memiliki rambut kuning keemasan benderang. Seulas senyum terbentuk di bibirnya yang rapuh dan sedikit tertutupi kumis tipis. Ia menyerong tubuhnya ke depan meja panjang yang melingkar untuk meraih jatahnya.
"Terima kasih, Putri Ziella. Senang bisa melihatmu lagi pagi hari ini." Aku menyambut kekehannya dengan senyuman. Tanpa melihat ke arah tumpukan pangan di sisi meja, tanganku sigap menyeret bungkusan lain untuk hellbender terakhir di antrian itu.
Pagi hari di Suaka Cahaya selalu ditandai dengan bertambah cerahnya intensitas penerangan balairung sehingga menyadarkan para peri dari tidurnya. Aku sudah terbiasa bangun lebih pagi, sarapan lebih awal, dan berjaga di pos makan untuk membantu hellbender lain membagi-bagikan makanan. Setiap hari, pos yang terdiri dari meja panjang yang melingkar ini dikelola oleh belasan hellbender agar seluruh dari kami mendapat jatah.
"Sama-sama, kakek Grant. Semoga harimu menyenangkan." kataku riang, dan setelah kakek itu berlalu, tibalah pengantri terakhir dalam barisan itu. Seorang bocah hellbender laki-laki berusia sepuluh tahun yang memiliki nyala rambut merah marun. Dari tadi ia melompat-lompat dari balik punggung Kakek Grant untuk memperlihatkan senyum lebarnya.
"Hai Toby!" sapaku, Toby langsung menyambar bungkusan dari tanganku sambil tertawa cekikikan. Aku memandangnya gemas saat ia memperlihatkan deretan giginya depannya yang beberapa sudah tanggal.
Tidak ada yang namanya transaksi di kota mini ini. Semuanya kami kelola untuk kemudian kami konsumsi sendiri. Oleh karena itu, Azelia memberlakukan pengelompokan pekerjaan. Sebagian dari kami bercocok tanam dengan media pasir untuk mendapat makanan, sebagian adalah para pendiri bangunan, sebagian lagi guru-guru untuk mengajari para hellbender muda, lalu ada para penyembuh, guru-guru bertarung, para koki, dan para penyebar pangan.
Meski aku selalu menjadi salah satu anggota penyebar pangan, yang membagi-bagikan makanan di pagi, siang, dan malam, aku juga berkecimpung di 'dapur' hellbender, membantu yang lainnya memasak. Pengalamanku selama lima belas tahun di Desa Noreville bersama George sama sekali tidak sia-sia dalam bidang ini. Bisa dibilang, aku cukup sibuk. Sangat sibuk hingga mungkin lima tahun yang kulalui di Suaka Cahaya sudah terasa seperti selamanya bagiku. Pagi, siang, dan malam aku akan ikut membagikan makanan untuk para peri. Selain ikut memasak, aku juga harus berlatih mengasah sihir dan kemampuan bertarungku, mengikuti kelas para sesepuh untuk mempelajari sejarah, kadang di malam hari aku menghabiskan waktu bersama anak-anak untuk menceritakan mereka tentang Fantasia Cosmo yang kutahu.
Salah satu dari anak-anak hellbender yang selalu mencermati kisah-kisahku adalah Toby, sang bocah peri yang kini tengah membuka bungkusan sarapannya di hadapanku, matanya berkilauan memandang santapan di tangannya.
Ketika ia sedang mendengarkanku bercerita, Toby biasanya akan bertanya dengan polos, "Kak Ziella, seperti apa sebenarnya Demozre?" "Kak Ziella, bagaimana rasanya mengendarai naga?" "Kak Ziella, apakah para manusia kucing suka memanjat pohon?" atau pertanyaan konyol seperti "Kak Ziella, apakah aku akan dapat berteman dengan anak-anak penyihir?" dan aku sering mengacak rambut merah marunnya.
"Kau akan tahu, Toby. Suatu saat nanti kau akan menjawab pertanyaanmu sendiri." jawabku, dan jawaban serupa juga kututurkan kepada anak-anak hellbender lain yang serba penasaran di Suaka Cahaya. Aku sangat senang ketika menyaksikan mata mereka berbinar sementara mereka sudah membayangkan sensasi berpacu dengan phoenix di langit biru Fantasia Cosmo. Meski hanya sebatas cerita yang terkesan seperti dongeng sebelum tidur, aku bersyukur dapat membuat mereka semua menanti-nantikan kebebasan itu. Bahwa di luar sana terdapat dunia para makhluk ajaib dengan perhiasan alam yang menakjubkan. Sama seperti mereka, aku pun amat mendambakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shine and Shadow (Dark and Light, #2)
FantasíaSequel of Dark and Light by Mandascribes. ROMANCE - FANTASY - ACTION - ADVENTURE *** Mempertahankan sebuah dunia yang sebagian penghuninya adalah para monster tidak mudah. Bagi mereka yang ingin mempertahankan kedamaian, harus siap kehilangan segala...