Love From a Father (Jun)

478 42 0
                                    

No one in this world can love a girl more than her father...







BUKK!

Jun menjatuhkan lututnya ke lantai, tepat di hadapan Tuan Jung yang menatapnya tajam. Pemuda itu menundukkan kepalanya, bulir-bulir airmata tampak mengalir di matanya. Wajahnya menyiratkan bahwa dia sedang menyesali sesuatu. Ia telah melakukan sebuah kesalahan besar yang saat ini akan membuatnya dihantui rasa penyesalan seumur hidup.

Sementara itu Tuan Jung, tangannya mengepal erat. Ia geram. Air mukanya naik menunjukkan betapa ia sedang mengontrol emosinya karena pemuda yang berlutut di hadapannya saat ini. Rasanya ingin sekali ia menghajar dan memukuli anak itu, bahkan sejak ia berani menampakkan wajahnya di rumah ini.

"Aku menyesal... sungguh, maafkan apa yang telah aku perbuat, Ajusshi..." isak Jun.

Tuan Jung kembali melototi Jun. Mendengar kata maaf keluar dari anak itu, malah membuat emosinya semakin memuncak, "Dasar kau anak brengsek!" teriaknya mengagetkan Jun. Tuan Jung bergerak menuju Jun dan mencengkeram leher bajunya, membuat wajah anak itu putih pucat.

"Yeobeooo!!!" seru Nyonya Jung menahan suaminya.

BUUUKKK!!!!

Sebuah pukulan melayang ke wajah Jun, "KAUUUU!!! BERANI-BERANINYA KAAUUU MENUNJUKKAAAN WAJAHMUUUU!!!" teriak Tuan Jung sambil terus memukuli Jun. Pemuda itu hanya bisa diam dalam tangisannya, membiarkan pria paruh baya di hadapannya memukulinya sesuka hatinya. Bahkan, ia akan membiarkan pria itu membunuhnya.


"ABEEOOJIII!!!" teriak seorang gadis yang buru-buru turun dari tangga. Gadis itu juga sedang menangis sambil berusaha menahan tangan ayahnya yang akan kembali memukuli Jun. "Jangan pukul dia, Abeojiii!" mohonnya.

Tuan Jung menarik nafas panjang dengan geram, "Neo!!!" bentaknya. Ada ribuan kata yang ingin ia luapkan kepada gadis itu, juga kepada Jun. Tapi entah kenapa, mulutnya terasa berat untuk berkata-kata. Tuan Jung hanya bisa meredam kegeramannya sekalipun hatinya saat ini telah hancur. Di sudut matanya, setetes air mata bergerak turun membasahi pipinya. Begitu pula dengan istrinya, Nyonya Jung, yang hanya bisa ikut diam karena ia sangat mengerti apa yang dirasakan suaminya saat ini.

"Neo... eotteokkeee..." seru Tuan Jung dengan nada lirih. Ia berusaha menahan tangisannya, "Bagaimana bisa kalian melakukannya..."


"Gejala yang dialami oleh putri Anda adalah gejala yang biasa, Jung-noonim... ini karena dia sedang mengandung..."

"Mwo?"

Tuan Jung membuka matanya lebar. Sungguh ia tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Putrinya, Jung Eunji, seminggu ini sakit. Ia selalu muntah-muntah di pagi hari dan tidak nafsu makan. Tapi, sama sekali tidak pernah terbersit di pikirannya jika itu adalah karena putrinya sedang mengandung. Putrinya baru berusia sembilan belas tahun. Ia baru tamat dari bangku sekolah. Kenapa hal seperti itu bisa terjadi padanya?


"Abeeojiii!!! Maafkan aku!!" teriak Eunji. Ia menangis histeris sambil merangkak memeluk kaki ayahnya. "Maafkaaan akuuu!!!!"

Tak ada jawaban dari sang ayah. Suasana di rumah itu hening selama beberapa waktu. Hanya ada isak tangis yang terdengar di antara mereka.

"Apa yang salah dari kami, Eunji-yaaa!" seru Tuan Jung, membiarkan tangisannya terpecah. "Apa yang salah dari ayah dan ibumu ini..." Tuan Jung menjatuhkan dirinya ke lantai.

"Abeeojiii..."

Tuan Jung menatap wajah putrinya. Pikirannya pun langsung bernostalgia ke beberapa tahun silam. Bagaimana ia membesarkan putri kesayangannya itu dengan penuh kasih sayang. Jung Eunji adalah putrinya yang sangat cantik, bahkan sejak ia masih kecil. Putrinya yang pintar, serta karakter yang sangat baik. Eunji yang dikaruniai bakat menyanyi membuat cinta dari ayahnya semakin tak terhingga kepadanya. Gadis itu pun tumbuh semakin besar, namun bagi ayahnya, Eunji tetaplah seorang putri kecil yang akan selalu dilindunginya.

Hingga akhirnya, Tuan Jung harus menerima kenyataan bahwa gadisnya memang telah beranjak dewasa. Eunji berhubungan dengan salah satu teman sekelasnya, Jun. Eunji mengaku jika ia mencintai pemuda itu, begitu pula dengan pemuda itu yang juga mencintainya. Tuan Jung menyadari jika pada akhirnya, dia bukanlah satu-satunya pria yang ada di kehidupan Eunji. Putri kesayangannya itu juga akan menjadi milik orang lain.

Memang benar, seberapa besar pun rasa cinta orangtua kepada anak-anaknya, mereka tidak akan pernah bisa membalas rasa cinta itu. Seorang anak hanya akan menyakiti orangtuanya. Seberapa besar rasa kepercayaan orangtua terhadap anaknya, mereka tidak akan bisa memegang kepercayaan itu. Itulah yang dirasakan Tuan Jung saat ia menyadari bahwa pada akhirnya, putri yang sangat dicintainya telah berhasil membuat hatinya hancur.

"Maafkan aku, Abeojiii!!! Kau bolehh melakukaaan apapunnn padakuuu!!! Maafkaan akuuu!!!" teriak Eunji. Nyonya Jung melangkah dengan lemas menuju putrinya. Tangisan Eunji pun meredam di dalam pelukan sang ibu. Sementara sang ayah, tak bisa melakukan apapun selain merasa menyesal. Sebesar apapun kesalahan yang dilakukan oleh seorang anak pada akhirnya, orang yang akan merasa paling bersalah adalah orangtua. Dan jika itu terjadi pada seorang putri, maka orang yang paling tersakiti adalah seorang ayah.


"Abeeojiii! Hari ini aku akan pergi lagi bersama Jun!"


"Ckck! Bagaimana bisa kau habiskan waktumu bersama pemuda jelek itu!"


"Aaa, abeojii!! Siapa bilang Jun jelek! Dia... adalah namja tertampan yang pernah ada!"


"Aigooo... lalu ayahmu ini adalah yang kedua?"


"Hahaha! Aku hampir lupa! Tentu... tentu saja tetap abeoji yang paling tampan!


"Eunji-yaa... kau mencintai pemuda itu?"


"Dangyeonhaji..."


"Apa dia juga mencintaimu?"


"Tentu saja!"


"Itu bagus... tapi ingatlah, uri-dal! Satu-satunya namja yang paling mencintaimu bukanlah dia... tapi aku, ayahmu!"

THE END

Seventeen Love Stories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang