The Confession Song (Woozi)

680 50 4
                                    

Woozi tak habis pikir jika hari ini dia akan menjadi bahan tawa teman-temannya. Namja bernama asli Lee Jihoon itu memang barusan menceritakan sesuatu. Sesuatu yg baru pertama kali keluar dari mulutnya.

"Wah, entah kenapa aku tak bisa berhenti tertawa!" celetuk Soonyoung membuat mata 10:10 nya semakin terbentuk dengan sempurna.

"HAHAHAHA. Kau membuat kami tak bisa konsentrasi belajar saja!" tambah Jun.

Wonwoo tak menyahut. Namja itu hanya terus tertawa sambil sesekali memukul-mukul meja. Tawanya cukup mewakili jika ia juga berpikiran hal yg sama dengan Jun dan Soonyoung. Berpikir jika Woozi berhasil melawaki mereka.

Di sisi lain Woozi menatap kesal ketiga temannya. Mata bulatnya menyipit membentuk lirikan tajam. Tentu saja dia kesal.

"Apa jatuh cinta adalah sesuatu yg lucu?" protesnya.

"Lucu. Jika kau yg mengalaminya!" sahut Soonyoung dengan cepat.

Dan Woozi pun hanya bisa menggigit bibirnya, tak percaya jika tanggapan sahabat-sahabatnya adalah seperti ini. Mereka menganggap apa yang baru saja Woozi akui adalah hal yang tidak serius. Woozi baru saja mengakui bahwa dia sedang jatuh cinta pada seorang gadis. Woozi bahkan menceritakan apa saja yang dirasakannya saat melihat gadis itu. Seperti pipinya yang memerah, jantungnya yang berdegup kencang, dan lainnya. Namun karena selama tiga tahun bersahabat dengan Woozi dan mereka tidak pernah mendengar Woozi menyukai wanita, mereka tidak percaya.

Sekalipun nyatanya Woozi memang sedang tidak bercanda. Untuk pertama kali seumur hidupnya dia memang sedang jatuh cinta.

.

.

.

.

[ Dua hari yg lalu...]

.

"Bagaimana dengan suit utk menunjuk satu orang yg akan mencari bukunya?" usul Soonyoung begitu mereka masuk ke perpustakaan.

"Kenapa tidak langsung Wonwoo saja yg cari? Dia kan pelanggan perpustakaan!" protes Woozi.

Namun perkataannya tak ditanggapi. Soonyoung sudah memulai mengucapkan gunting-batu-kertas alhasil semuanya pun bersiap mengayunkan tangan mereka.

Dan Woozi hanya bisa mengeluh kesal saat ketiga temannya mengeluarkan kertas, sedangkan dirinya batu.

.

.

.

Jika buku yg dicari adalah buku seputar musik, mungkin Woozi tak akan sesulit sekarang. Dia sangat tahu di mana letak rak buku-buku musik. Ada di rak terakhir sebelah kanan. Sayangnya, buku yang dibutuhkannya adalah buku pengantar ilmu antropologi untuk pelajaran sejarah. Woozi sama sekali belum pernah menyentuh buku itu. Dan masalahnya adalah di mana buku itu sekarang? .

Woozi dengan acak memasuki salah satu rak. Hebatnya, rak yang dikunjungi Woozi itu memang merupakan rak buku-buku ilmu sosial. Buku pengantar antropologi sudah pasti berada di rak itu. Mata Woozi pun fokus pada deretan buku-buku tebal itu, sampai akhirnya ia menemukan buku yg dicari.

"Mereka pasti tidak percaya aku menemukannya secepat ini. Hahaha..." gumam Woozi bangga pada dirinya sendiri.

Tanpa berpikir panjang Woozi meraih buku itu. Membuat sebuah ruang kosong muncul dari sela-sela rak tersebut. Tepat di dalam ruang kosong itu, seseorang yg ada di rak sebrang sana menarik perhatian Woozi. Seorang gadis sedang membaca buku bersama temannya. Gadis itu kemudian tersenyum dan tertawa karena buku tersebut.

Seventeen Love Stories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang