<Adit POV>
Tio rada lama ngejemput gue. Nggak apa lah, toh hari ini gue lagi hepi. Gue nginget kejadian tadi. Bibir Dhea lembut banget. Argh! Tadi itu first kiss gue. Tadi ngapain juga gue belagak sok romantis. Itu kan bukan gue banget. Pantesan aja Dhea ngetawain gue.
"Heh Bro, ngapain lo ngelamun aja. Naik," kata Tio yang entah sejak kapan sudah ada di depan gue.
Gue pun akhirnya masuk ke dalam mobil dengan mencoba bersikap cool. Malam ini gue berencana nginep di tempat Tio. Rumah gue berasa kayak kuburan. Bokap nyokap pergi ke luar negeri. Biarlah, yang penting gue masih punya Tio.
"Nggak cocok lo begaya sok cool di depan gue," katanya sambil tertawa. Pandangannya tetap fokus ke jalan.
Gue sih cuek aja dibegituin sama dia. Gue mencoba menutup mata berharap bisa tidur, tapi sayangnya nggak bisa. Wajah Dhea yang memerah terbayang-bayang terus.
"Dit?"
"Hmm," gue ngejawab sekenanya. Biar dia nganggep gue udah ngantuk dan mulai tertidur.
"Gue naksir penjaga kasir itu, Dit," katanya dan membuat gue tersentak kaget.
Ngebuat dia ngelupain Defri aja kayaknya bakal susah banget. Apa lagi ditambah Tio yang mencoba ngedeketin Dhea. Tio kan udah terkenal sebagai girl's wanted.
"Gue mau nembak dia," katanya lagi.
"Jangan!" teriak gue. Dia hanya tertawa lalu menggosok-gosok kupingnya.
"Nggak usah teriak kali, bro. Gue becanda. Lagian gue udah punya tunangan. Lo naksir dia kan?" katanya sambil tersenyum.
"Urusan gue," kata gue lalu mengalihkan pandangan ke arah luar mobil.
"Terus lo udah sejauh mana?" tanyanya lagi. Ni bocah kepo banget dah.
"Bukan urusan lo," kata gue lalu memejamkan mata. Namun Tio cuman tertawa. Kalau udah berada di dekat Tio, gue udah kayak anak-anak aja.
****
Pagi ini gue bangun lebih pagi. Lebih tepatnya terbangun lebih pagi. Entah kenapa bawaannya deg-degan mulu kalau ngingat yang tadi malam. Gue pun berjalan lunglai ke arah kulkas. Kulkas Tio adalah kulkas terlengkap yang pernah gue tahu dalam hidup gue. Gue mengambil botol minum di kulkas. Baru gue sentuhkan bibirku ke botol, gue udah keingat kejadian tadi malam. Apa first kiss bakal segitu terngiangnya? Gue ingat mata Dhea yang bulat. Rasanya semua begitu mengalir. Gue ngerasa pengen segera mendapatkannya saat gue ngelihat matanya itu.
Tiba-tiba Tio merampas botol minum gue.
"Gue nggak mau minum air ini ah. Takut bekas bibirnya ilang," kata Tio dengan nada mengejek.
"Lo tau?"
"Jelas banget lah. Orang semalaman lo ngingau. 'Lihat gue disini aja. Lihat cuman gue!' Udah kayak orang gila," katanya. Apa gue sebegitunya ya? Dhea emang orang pertama yang bisa mempermainkan perasaan gue. Gue bisa kagum, bahagia, marah, sedih, dalam satu waktu pas lihat dia.
"Gimana rasanya?" tanya Tio dengan wajah menyelidik.
"Rasa apaan?"
"Ciumannya," katanya. Cih, menyebalkan. Gue lalu merampas botol minum yang ada di tangan Tio lalu menenggaknya sampai habis. Lalu memberikan botol minumku padanya.
"Hei, ditanya malah diam aja," katanya dengan nada suara mengeras.
"Bodo ah! Gue mau ngambil motor di bengkel. Makasih udah mau nampung gue," kata gue lalu menuju ke kamar mandi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend
Teen FictionSesungguhnya mencintai seorang penjahat kelas kakap sekali pun jauh lebih baik dari pada mencintai sahabat sendiri. Kau akan sadar betapa jahatnya seorang penjahat, dan kau akan sadar betapa sempurnanya sahabat. Sehingga, mencintai seorang sahabat a...