Our Choice

1K 29 15
                                    

<Adit POV>

Gue terdiam melihat Dhea begitu marahnya hingga matanya berkaca-kaca seakan sebentar lagi akan menangis. Defri lalu menariknya pergi. Gue cuman bisa ngelihat mobil Defri menjauh. Gue mengacak-ngacak rambut sambil menginjak-nginjak tanah, seperti tarian orang kesurupan yang berharap bisa mengulang waktu. Gue menghela nafas, gue cuman takut. Setiap mama datang, pasti ada bagian dari diriku yang hilang. Gue cuman takut kalau yang bakal hilang adalah Dhea.

"Jadi itu yang ketinggalan?" kata sebuah suara yang sudah gue kenal entah sejak kapan, mungkin setelah gue mulai bisa ngebedain suara.

"mama?" kata gue. Ya, gue tau, iu pertanyaan bodoh. Gue udah tau itu mama, tapi cuman kata itu yang bisa keluar dari mulut gue.

"Sepertinya dia bisa bantu mama sedikit, yah. Sejauh ini Tio kurang menolong," katanya sambil berjalan mendekat. Sekarang gue tau kenapa anak-anak band selalu manggil mama dengan sebutan nenek sihir.

"Mama mau apa?"  tanya gue. Sebenarnya lagi-lagi ini pertanyaan bodoh. Dari awal gue memutuskan untuk main band sama Tio, dan memustuskan untuk menerima semua cercaan dan badai yang diberikan oleh mama, gue udah tau apa yang mama mau dari gue.

"Ikut mama ke Amerika, kuliah di sana, dan lanjutkan usaha keluarga ini," kata mama.

"Kamu tau kan, sejak papa kamu meninggal, cuman mama yang besarin kamu. Terus sekarang kamu mau ngebantah mama cuman gara-gara band kamu yang nggak jelas,"kata mama dengan suara mulai meninggi.

"Nggak,ma. Ini mimpi aku," kata gue. Gue nggak mau, setelah perjalanan yang panjang sampai akhirnya gue bisa kayak sekarang, dapat kerjaan di kafe, mama mau ngehentiin langkah band gue begitu aja.

Mama menyalakan ponselnya lalu menghubungi seseorang. Gue mencoba meneak apa jalan pikiran mama saat ini. Apa yang bakal dia lakuin?

"Halo Tio. Kamu tau nomor pacar Adit, atau alamat rumahnya? Adit tadi pergi katanya mau ketemu pacarnya," kata mama sambil ngelirik ke gue. Gawat! Kalau mama sampai tau siapa Dhea, dia pasti akan merunyamkan hidup Dhea. Sebenarnya mama gue, nggak kayak yang di sinetron-sinetron yang bakal nyewa pembunuh bayaran atau bakal nyulik Dhea. Mama gue adalah nenek sihir penghenti mimpi, itu kata anak-anak band. Gue nggak tau pasti apa yang bisa mama gue lakuin buat Dhea, tapi kalau dia mulai menghambat mimpi Dhea atau membuat hidup Dhea semakin berisik, sepertinya gue cuman ngehambat hidup Dhea aja.

"Ma, Adit capek. Kita omongin lagi di rumah,"kata gue lalu berjalan menuju motor. Ponsel gue berbunyi dan nama Tio terpampang di ponsel. Gue langsung melepas baterai ponsel dan pulang menuju rumah.

****

Gue duduk berhadap-hadapan sama mama di rumah. Gue nggak mau menyerahkan mimpi gue begitu saja.Mungkin bernegosiasi dengan kepala dingin cukup bisa menyelesaikan masalah. Lagi pula sudah cukup lama kami berdua tidak menghabiskan waktu seperti ini.

"Mama mau kamu kuliah, dan melanjutkan usaha keluarga," kata mama to the point.

"Kalau adit nggak mau?"

"Mungkin Mama akan melakukan hal-hal seperti rekan bisnis mama lakukan. Menjodohkan kamu, membatalkan semua jadwal konser kamu, atau mengganggu orang-orang lain yang ada di sekitar kamu," kata mama.

"mama kebanyakan nonton sinetron," kata gue. Jalan pikiran mama sudah seperti tokoh-tokoh antagonis yang ada di sinetron.

"Kamu yang memulai hidup seperti di sinetron, mama cuma mau mengikuti jalan pikiran kamu. Cuman di sinetron yang anaknya tidak mau mendengar ucapan orang tua dan berlagak mengejar mimpi tapi hanya menghabiskan masa muda. Cuman di sinetron juga ada anak yang memilih melindungi teman-temannya dan pacarnya tapi tidak mau mendengar kata mamanya yang membiayai semua hidup anaknya. Karena kamu dari awal berlagak seperti orang di sinetron, maka mama ikuti alur cerita yang kamu buat," kata mama. Wajahnya tampak tenang seperti biasa. Aku menghela nafasku. Kalau dipikir-pikir setelah papa meninggal, gue nggak pernah sekali pun nanya kabar mama. Apa gue keterlaluan?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2012 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Just FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang