Should I Try With You?

1.2K 12 7
                                        

Hari yang cukup menyenangkan. Pelanggan yang datang ke kafe pun ramah-ramah. Paling tidak hariku tidak berakhir buruk. Setelah pekerjaan hari ini selesai aku berkunjung ke dapur. Bapak koki selalu berada di dapur sampai larut, ia selalu memastikan keadaan dapurnya tertata rapih oleh asisten-asistennya.

"Hei, Dhe!" sapa Bapak koki saat aku memasuki dapur.

"Seneng banget hari ini," kata Bapak Koki sambil menunjuk-nunjuk ke arah lemari. Ia sedang memberi instruksi kepada asisten-asisten barunya. Asisten koki bertambah karena kafe makin hari makin ramai.

"Dari pada dibuat susah," kataku. Bapak koki tersenyum sambil melihatku.

Tidak lama kemudian Adit muncul di dapur. Dia jadi hobi main ke dapur. Istirahat makan malam tadi aku melihatnya masuk ke dapur. Aku sih tidak pernah makan di saat istirahat. Adik-adikku pasti sudah masak enak di rumah.

"Hoi Dit," kataku sambil tersenyum ceria.

Moodku kembali baik sejak bermain musik tadi siang. Mugkin karena faktor teman-teman main musikku yang asik. Atau mungkin juga karena lagu yang dinyanyikan Adit. Apa pun itu, aku sangat bahagia hari ini. Aku siap bertemu Defri kapan saja.

"Gue mau ngomong," kata Adit lalu menarik tanganku. Aku hanya melambai ke arah koki lalu pamit pulang.

Sesampainya di luar kafe Adit melepaskan tanganku lalu menghela nafas panjang.

"Kenapa Dit? Ditinggal teman-teman?" tanyaku saat aku melihat parkiran dan sudah tidak ada mobil Tio di sana.

Oh ya, motor Adit kan lagi rusak. Dia nebeng mobil Tio saat ke studio dan saat ke kafe.

"Minta ditebengin?" tanyaku dengan nada mengejek. Namun dia diam saja. Loh, bukannya tadi saat di studio dia udah asik-asik aja. Kenapa sekarang dia malah diam tak bergeming lagi.

"Kunci motor lo," katanya sambil menyodorkan tangannya meminta kunci motorku.

Plak!

Aku memukul kepalanya keras-keras. Mungkin karena aku memang kangen memukul Defri. Benar juga, seharian ini aku belum memukul Defri.

"Apa sih?!" teriaknya.

"Kalau mau minta ditebengin yang sopan dong," kataku. Ah, gara-gara aku selalu dijadikan sandaran teman-temanku aku sekarang selalu bertingkah seperti emak-emak.

"Bawel amat sih. Sini kunci motornya," katanya setengah membentak. Dia kenapa sih? Lagi PMS? Moodnya berubah-rubah mulu. Sebentar ramah, sebentar lagi marah-marah. Tapi akhirnya aku pun memberikan kunci motorku padaya.

Dia mengajakku ke tempat kami bermain gitar waktu itu. Suasana malam hari ternyata lebih menarik. Cahaya lampu rumah-rumah yang tersusun mozaik itu tampak menakjubkan. Maklum saja, langit di Bandung ini sudah mengalami polusi cahaya. Bintang di langit hanya satu dua yang tampak. Maka dari itu, lampu-lampu rumah ini tampak seperti lautan bintang bagiku.

Aku duduk tepat di sebelah motor sambil memandang ke arah cahaya lampu-lampu rumah. It's totally cool. Hari ini benar-benar ditutup dengan sempurna.

Adit duduk tepat di sebelahku. Ia langsung mengeluarkan gitarnya.

"Nyanyi bentar yuk," katanya sambil menyetem gitar. Aku hanya mengangguk menanggapinya.

"Nyanyi apa?" tanyaku.

Dia lalu memetik gitarnya. Ini lagu Hugh Grant feat Haley Bennett-Way Back Into Love. Lagu ini makin populer setelah dinyanyikan kembali oleh Sabrina.

"All I wanna do is find a way back into love," teriak kami berdua. Haha, kami bukan seperti menyanyi saat ini, lebih seperti orang marah-marah. Setelah lagu ini selesai aku dan dia tidak berhenti tertawa. Dia teman yang menyenangkan.

Just FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang