Apart

2.2K 268 25
                                    

Tak ada lagi yang bisa ia pikirkan. Ia hanya bisa memikirkan gadis itu sambil tersenyum-senyum sendiri. Sesekali wajahnya memerah, teringat sesuatu yang memalukan yang pernah dilalui bersama gadis itu. Mengingat gadis itu membuatnya bertanya-tanya, sudah tiga hari dia tidak mengunjunginya di rumah sakit dan apa yang terjadi dengan gadisnya? Biasanya gadis itu datang sebelum tengah hari dengan senyuman dan tawa bisunya. Kini harinya sepi tanpa gadis itu. Ingin rasanya ia keluar dari kamar itu dan pergi memeluknya, tetapi ia bersabar dan yakin tiap detiknya kalau gadis itu pasti datang menjenguk.

Chan menghela nafas ketika mengetahui ini sudah hari keempat sejak Genesis tidak menjenguknya. Ia dengan pasti sangat kesepian. Rautnya tidak berubah sejak tiga hari yang lalu. Ia tidak menyentuh makanannya, berselerapun tidak. Ia hanya berbaring di ranjang sampai waktunya tiba.

"Chan.." kau melangkah masuk dengan sepucuk telegram berwarna kuning

"Ini dari Joshua," lanjutmu

Chan membuka dan membaca telegram dengan sandi morse itu.

Genesis dalam bahaya, aku memecahkan sebuah teka-teki yang menunjuk pada sebuah rumah potong di pinggiran Annyang-ssi. Setidaknya itu jawaban atas pertanyaanmu kemarin. Jangan datang, atau dia benar-benar mati

Kalimat terakhirnya membuat Chan curiga dengan Joshua. Ia bangkit dan mencabut infus di tangan kirinya.

"Kau mau kemana?" Ujarmu

"Entah.. aku tidak ingin kehilangan gigi pertamaku yang sudah tangga," jawabnya sambil mengganti bajunya

"Apa!?"

Ia tak menjawab. Begitu selesai mengganti bajunya. Ia pergi meninggalkanmu sendiri di dalam kamar.

----
Wajahnya yang kebiruan diinjak, perutnya ditendang dan ia ditodong dengan sebuah senjata..

Yang ia lakukan sangatlah bodoh. Terlebih lagi dia tidak mematuhi seniornya. Ia hanya bisa memandangi gadis itu dengan pandangan samar. Ia sedang diseret dengan tangan terikat dengan kencang. Puji-pujian dan doa-doa terlontar dari mulutnya, berharap akan sebuah keajaiban datang untuknya. Chan mengaku ia detektif paling bodoh di dalam hatinya. Ia menatap Genesis, barangkali untuk yang terakhir kalinya. Ia terus memandangi gadis itu sampai pintu ruangan pengap itu tertutup dan tak membiarkan secercah cahaya masuk

"Aku minta maaf.. setidaknya aku berharap kita bisa keluar dari sini.. dan aku berharap yang terburuk adalah mati bersamamu. Meski kau memaksaku hidup.. aku tidak akan mau hidup seribu tahun lagi.. semuanya tanpa arti bagiku jika tak ada orang di sebelahku. Kau tau sendiri bagaimana rasanya kesepian.. sendirian. Aku tidak mau merasakannya lagi. Aku tak peduli harus masuk neraka.. aku tidak takut.. Opsir Yoon pernah berkata, 'Sekalipun para iblis-iblis terkutuk menarik-narik kakimu hingga jatuh ke neraka, percayalah jika neraka itu sedingin surga'"

Genesis terisak. Ia mengetuk dan menyeret-nyeret sepatunya. Membuat sebuah kalimat dengan sandi.

Takkan kubiarkan neraka menyentuhmu. Tuhan itu Maha baik, jangan katakan hal yang tidak-tidak.

"Aku hanya teringat dosa-dosaku"

Kau tidak mempunyai banyak dosa. Yang kau lakukan adalah secungkil dari Justicia.

"Seujung kuku saja tidak.. jangan melebih-lebihkan.."

Mungkin tidak seujung kuku, tapi sepanjang jalan

Detective Joshua  [[COMPLETED]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang