Dia pergi mencari sesuatu. Dia pergi atas perintah Inspektur Choi dengan pertimbangan Inspektur Jang. Mingyu pergi menemui Joshua yang kabur dari rumah sakit setelah sekitar tiga hari ia terkurung di dalam kamar rawat inap. Inspektur Choi meyuruhnya hanya ubtuk berjaga-jaga, tapi dia memberikan izin untuk menembak Joshua jika detektif korup itu berulah. Mingyu yang sedang bersandar di sebuah tiang lampu di dermaga yang ada di pinggir Busan. Joshua berkata dia menunggunya di dermaga itu.
"Apa yang kau lihat?" Tanya Joshua yang baru saja datang
"Aku melihat orang mati sedang berjalan ke arahku"
Joshua menghentikan langkahnya. Ia tertawa. "Apa Seungcheol sudah memberitaumu?" Ia kembali bertanya
"Soal apa?" Jawab Mingyu berpura-pura tidak tau apa-apa.
"Jangan pura-pura bodoh"
"Sungguh, aku tidak tau.. kau hanya membuatku semakin penasaran. Kau tau sendiri jika Seungcheol tidak akan pernah mempercayai seorang narapidana," Mingyu berusaha, tapi dia tidak yakin jika jawabannya berhasil memperdayainya. Hatinya berdebar meski dia tidak takut dengan kematian.
Joshua menodongnya dengan sebuah pisau milik Mingyu yang pernah Mingyu gunakan di kuburan tempo hari. Gagak Hitam itu tersenyum dan meraih pisau miliknya. Dengan cepat Joshua menjauhkan pisau itu dari kelima jari-jari panjang milik Mingyu ketika pisau itu menyentuh telapak tangannya. Tangan kanannya berdarah. Tapi beruntung itu adalah yang kanan, karena ia kidal. Mingyu hanya tersenyum melihat darah mengalir dari telapak tangannya. Senyumannya terlukis dengan suasana bahagia.
Entah apa yang membuatnya bahagia ketika ia sedang terluka.
Mingyu tau Joshua bukan orang bodoh ataupun cupu. Ia menyadari jika ia tidak akan pernah bisa membodohi seorang detektif
"Sudah kubilang jangan berpura-pura"
Mingyu menonjok pipi kiri Joshua hingga ia kehilangan salah satu gigi gerahamnya. Joshua memuntahkan gigi dan darah yang ada di dalam mulutnya, sedangkan yang lain tertawa geli. "Kau lupa jika aku kidal?" Ia berkata dan membuat Joshua naik pitam.
"Sekarang apa yang akan kita lakukan? Sebenarnya apa tujuanmu mengundangku kemari?"
"Bukan apa-apa. Aku hanya butuh teman"
"Kau yakin jika aku adalah temanmu? Pikir dua kali"
"Kau akan membantuku di persidangan bukan?
"Bukannya aku tidak mau... . Keadilanmu sudah diberikan beberapa tahun yang lalu. Kau tidak bisa melimpahkan kesalahanmu pada orang lain. Terlebih, kau merencanakannya dengan sangat baik. Lambat laun kau akan jatuh dan kau tidak akan bisa bangkit dimanapun"
"Jadi kau sudah tau"
"Aku sudah tau, bahkan sebelum Seungcheol menyadarinya," ujar Mingyu yang menjadi besar kepala.
"Darimana kau tau?"
"Alasan yang sama yang bisa menjadikanku seorang saksi mata. Aku melihat mayat ibumu. Dipotong jadi tujuh? Itu hanya kebohongan besar yang kau buat sendiri. Aku mau bertanya satu hal"
"Apa itu?"
"Siapa sebenarnya ibumu itu?"
"Bukan siapa-siapa. Hanya seorang ibu dengan pekerjaan sebagai seorang intel. Aku tidak cukup dekat dengannya, bahkan aku sendiri tidak tau kapan ia berulang tahun atau warna kesukaannya. Ketika dia meninggal, aku tidak tau harus marah, sedih, atau kecewa. Aku tidak tau harus menyalahkannya atau pembunuhnya"
"Dasar anak kecil," ejek Mingyu
"Ya.. aku memang anak kecil"
"Jika kau tidak keberatan sama sekali, aku ada panggilan dari ibu hamil yang sedang ngidam cumi bakar"
KAMU SEDANG MEMBACA
Detective Joshua [[COMPLETED]]
FanficGimana sih rasanya ngerawat detektif yang super duper pendiem? . . Disclaimer: FF ini ditulis sekitar tahun 2015-2016, jadi mungkin bahasanya norak menurut kalian