Minggu pagi yang cerah aku sudah berada di masjid kampus. Setiap minggu aku rutin mengikuti pengajian bersama teman-temanku.
Kami biasanya duduk melingkar. Maka kami biasa menyebut pengajian kami dengan melingkar atau lingkaran.
Aku merasa imanku sedang turun, terjun bebas. Maka itu aku perlu me recharge imanku dengan mengaji dan berkumpul dengan wanita-wanita soleha.
Aku perlu diingatkan bahkan jika perlu dimarahi. Aku butuh kasih sayang mereka. Aku butuh senyuman-senyuman tulus mereka. Aku butuh lingkaran ini saat ini.
" Cinta yang sebenarnya hanya kepada Allah. Mencintai Allah tidak akan membuat kita kecewa. Mencintai Allah akan membuat kita tenang. Cinta kepada selain Allah, apapun itu hanya akan membuat kita kecewa. Karena mencintai suatu ketidakpastian " Jelas Mba Irna kakak seniorku. Mba Irna menjelaskan dengan tenang. Ia mempunyai perawakkan yang lembut dan murah senyum.
Aku tertohok tepat di wajahku, malu. Juga di hatiku, sakit. Semua yang disampaikan Mba Irna benar. Aku menunduk menahan rasa bersalah dan berdosa.
Mba Irna lalu melanjutkan pembicaraannya " Jatuh cinta itu wajar namun bijaklah dalam menyikapinya. Jika kita belum siap untuk menikah maka simpan rasa cinta kita dalam hati. Jika tidak siap untuk patah hati jangan pupuk rasa cinta kita dengan angan-angan palsu. Setan-setan cinta tidak akan pernah membiarkan kita menjaga hati. Setan akan terus menggiring kita untuk berzina-pacaran. Mba hanya bisa menyampaikan, kalian sudah dewasa, kalian yang akan menjaga hati kalian agar tidak dipatahkan oleh cinta yang tidak halal " Tutup Mba Irna.
***
Lingkaran pagi tadi sangat membekas diingatanku. Aku ingat setiap perkataan Mba Irna. Aku sendiri yang membuat hatiku patah. Aku sendiri pula yang menyambungkannya lagi lalu membalut bekasnya.
Perasaan ini bersama petuah Mba Irna akan aku bawa untuk melanjutkan langkahku. Aku tidak tahu sampai kapan perasaan ini akan bersemayam ikut kemanapun aku melangkah. Hingga saat ketika perasaan ini lepas aku hanya akan menyimpannya tanpa mau memupuknya dengan angan-angan palsu ketidakpastian.
Aku Indira Shava akan berkomitmen pada hati dan jiwaku kembali menjadi Indi yang ceria.
Patah hati mengajarkanku lebih bijak menghargai hidup. Cinta itu anugrah Allah. Jika kita pandai menyikapinya, menjaganya, memupuknya saat waktunya tepat. Cinta itu akan membuat kita bahagia, bukannya menderita.
Oke saat ini aku rasa hatiku telah sembuh sekitar...hmmmm...60%. Beberapa patahan sudah tersambung sempurna, ada yang masih terbalut perban, ada juga yang masih harus operasi penyambungan. Patah hati membuatku pandai menjadi dokter hati.
Aku sendiri dengan pertolongan Allah mengobati lukaku. Terseok-seok sedikit demi sedikit aku mengobatinya.
Pertanyaannya kenapa seakan patah hati ini sangat menyakitkan?
Karena bagiku, ini pertama kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patah Hatinya Anak Masjid (Selesai)
RomanceSiapapun pernah mengalami sindrom patah hati entah alasannya karena keluarga, teman, karir, cinta dll. Tapi kebanyakan karena cinta.haha... Ini kisahku, cewe cuek nan polos yang menderita parah karena patah hati, alasannya : 1. Aku ga bisa cerita ke...