Aku tidak menduga akan bertemu Rendy setelah sekian lama. Aku sangat tidak tahu keadaan hatiku saat ini. Aku bingung apakah aku senang, sedih, marah atau biasa saja?
Setelah 2 tahun tidak bertemu sama sekali dengannya kenapa sekarang harus kembali bertemu dan harus menjadi mitra kerja?
Apa rencana Allah atas semua ini? Apa Allah sudah menguatkan hatiku akan kejadian ini dan yang akan datang?
Aku jadi teringat kejadian ketika kami wisuda 2 tahun lalu.
Aku berjalan sendiri ke arah taman belakang gedung. Aku berniat ke parkiran belakang. Langkahku berhenti saat aku melihat sepasang muda-mudi. Aku fokuskan mataku mengamati siapa mereka.
DEG!
Itu Rendy dengan Lila. Aku melihat Rendy memberikan bunga untuk Lila. Lila tersenyum bahagia menerimanya.Aku hanya bisa mematung berdiri. Aku melihat kejadian yang menakutkan. Aku tidak mungkin menangis disana karena masih dalam rangkaian wisuda.
Kenapa moment ketika aku ingin menangis selalu saja tertahan? Aku harus berpura-pura tidak terjadi apa-apa dan memakai topeng tersenyum.
Sesampainya di rumah aku langsung masuk ke kamar. Pertahananku runtuh. Aku menangis dibawah bantal agar tidak ada yang mendengar. Aku menangis cukup hebat.
Aku kira setelah 2 tahun aku putus dengannya aku sudah berhasil move on. Faktanya aku masih saja terpuruk melihat Rendy bersama Lila.
Kenapa bunga itu untuk Lila, Ren?
Kenapa kata selamat saja tidak ada untukku?
Kenapa kita sekarang seperti ini, Ren?
Rasanya aku lelah jika terus menyukaimu.
Menyukaimu membuatku terus menangis.Jika dulu aku akan bahagia bertemu Rendy tidak saat ini. Aku masih bingung harus apa? Aku harus bersikap biasa saja atau kembali berteman dengannya atau menjaga jarak dengannya?
Aku memilih tidur.
Memikirkan Rendy dan masa lalu membuatku mengantuk.***
Aku hanya akan menemuimu, membuatmu sadar bahwa tak harus selama ini kamu mencintai seseorang. Bahkan dia saja sudah melupakanmu.
" Status lo galau terus, ditolak cewe lo? " Tanya Indi ditelepon.
Indi membaca status Dion di Facebook. Tak lama kemudian Dion menelepon Indi.
" Bukan ditolak gw malah mau maju. Gw itu ingin dia tau perasaannya bisa berubah. "
Jawab Dion disebrang telepon." Dia itu siapa? Gw kenal ga? Lo lagi jatuh cinta ya? " Tebakku.
" Dia itu cewe baik hati namun polosnya kebangetan. Ga peka kalo selama ini ada seseorang yang perhatian sama dia. " Jelas Dion.
" Oia gw jadi ingin cerita. Gw ketemu Rendy. Gw sama Rendy sekarang jadi mitra kerja. Pergaulan kita luas banget ya. Rendy sih yang bilang gitu.hahaha..." Ujarku dengan nada bahagia. Aku tak sadar aku menceritakannya dengan perasaan hmmm...senang.
Hening.
Tiba-tiba Dion tidak bersuara." Halo...Dion, lo masih disana kan? Kok diam aja? " Tanyaku heran.
" Iya gw masih disambungan kok. Lo kapan ketemu Rendy? "
Bukan perasaan gw tapi pendengaran gw mendengar suara Dion mengecil dan tidak heboh seperti tadi.
" Kemarin lusa. Dia kekantor gw untuk persetujuan kontrak. "
" Lo seneng donk ketemu dia? Bisa nostalgia lagi. "
" hmmmm...biasa aja sih. Gw malah cenderung menghindar kemarin. Entahlah, mungkin gw masih belum siap ketemu dia lagi. "
" Ndi, gw tutup teleponnya dulu ya. Gw ada urusan bentar. Besok kita jadi maksibar ya? "
" Oke, Insya Allah jadi. "
Sekarang aku sama Dion berteman akrab. Bukan bersahabat apalagi pacaran. Dion selalu membantuku dan menjadi pendengar baik untuk semua keluh kesahku.
Satu alasan lagi kenapa kita menjadi akrab sekarang karena kantor kita masih dalam satu kawasan yang sama.
***
Aku sudah duduk di depan Dion dengan makanan terhidang didepan kami.
" Yon, lo kenapa ngajak gw makan siang bareng? "
" Karena gw mau makan lah. Masa mau belanja " Jawab Dion datar yang terus fokus menyantap makanannya.
" Gw tau, karena lo laper makanya lo mw makan makanya lo ajak gw, biar jomblo kaya lo ga kesepian makan sendiri. Iya kan? " Kataku kesal.
" Anda benar-benar mengenal saya. Hahaha..." Dion tertawa puas sekali.
" Ketawa mulu. Awas keselek garpu lowh "
Dion langsung diem, kaget mendengar ucapanku.
" Doa atau bercanda tuh? Serem banget. "
" Perhatian. Hahaha " Ledekku.
" Perhatian lo ga so sweet ah "
" Udah ah, ngaco lo "
" Lo tau lah gw ga suka makan sendiri, makanya gw ajak lo. Lagipula kalo lo cerdas ya, gw selalu ngajak makan lo ketika lo gajian. Lo dengan polosnya selalu mw traktir gw. Hahahha " Ucap Dion sambil tersenyum lebar.
What?
Jadi selama ini gw ga sadar jika sudah diperalat Dion. Aku baru sadar jika setiap bulan Dion mengajakku maksibar ketika aku habis gajian. Dengan senang hati ketika dia minta bayarin aku mengiyakan. Aku kira karena jarang-jarang dia minta traktir. Faktanya ini adalah rencana berpola. Pola yang sama setiap bulannya.Aku melongo menyadari semuanya.
Dion tertawa puas melihat wajahku." Lo manfaatin gw ternyata. Lo kira gw celengan berjalan lo? " Ujarku marah.
" Sabar sabar jangan marah dulu. Makanya jangan polos-polos banget Ndi,hahaha "
" Ya, gw kira gpp sesekali traktir lo. Ternyata setiap bulan gw pasti traktir lo. Arrgghhhhh ga terima gw "
" Lo ga ikhlas Ndi? "
" Hmmmm Ikhlas ko. Udah terlanjur. Ntar lo sakit perut lagi kalo gw ga ikhlas. Hahaha "
" Alhamdulilah polos-polos gitu lo masih cerdas. Haha...yawda sebagai gantinya gantian gw yang akan traktir lo makan siang, gimana? " Tawar Dion.
" Sayangnya gw ga mau. Gw ga mau maksi bareng lo lagi. Haha " Ujarku bangga.
" Kenapa? "
" Rendy ngajakin gw maksi, sekalian kita rapat. "
" Rendy?? Lo mau makan siang sama dia? Yakin? "
" Iya ga sering-sering cuma akan beberapa kali maksi dengan dia. Karena gw sibuk jadi gw milih maksi sama dia sekalian rapat, daripada sama lo. Hehe "
" Hmmm tega lo. "
" Lo tau lah, kita maksi gini aja susah banget gw waktu kosongnya. "
" Terserah lo deh. Suka suka lo aja " Ucap Dion ketus.
" Ko lo jadi ketus sih? "
" Pikir aja sendiri "
" Malas mikir gw "
" Yaudah, gw balik ke kantor duluan. Lo ga usah bayar. Gw aja yang bayar ini "
" Ngga usah, gw masih sanggup bayar ko. Pergi duluan aja sana " Ucapku tidak mau kalah.
" Tadi aja marah karena traktir gw sekarang mw bayar sendiri "
" Iya gw mau bayar punya gw sen-di-ri bukan mw traktir lo lagi. Bye gw duluan. "
Aku lalu berdiri menuju kasir. Aku membayar punyaku sendiri. Tak peduli dengan tagihan milik Dion.
Aku emosi, kesal. Kenapa Dion harus ketus sama aku? Salahku apa?
Aku memilih pergi duluan dengan raut kecewa dan muka di tekuk. Aku tidak melihat kearah Dion ketika aku selesai membayar. Aku langsung keluar, segera balik ke kantor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Patah Hatinya Anak Masjid (Selesai)
RomansaSiapapun pernah mengalami sindrom patah hati entah alasannya karena keluarga, teman, karir, cinta dll. Tapi kebanyakan karena cinta.haha... Ini kisahku, cewe cuek nan polos yang menderita parah karena patah hati, alasannya : 1. Aku ga bisa cerita ke...