—sempiternal
Raesaka cukup berbangga karena podcast-nya mampu mencapai angka satu juta penggemar meski baru mencapai episode kelima. Semalam, setelah selesai memublikasikan episode lanjutan JEDA, Raesaka tidak bisa tidur. Ia memikirkan bagaimana dan di mana perempuan itu. Swas bukanlah perempuan sembarangan, ia justru sempurna meski banyak kekurangan. Banyak sekali pelajaran manis yang dapat Raesaka ambil dari diri Swas, contohnya cara perempuan itu berterimakasih kepada tukang parkir, petugas tiket, cleaning service, kasir, pramusaji, dan lainnya. Swas tidak tanggung-tanggung membantu pekerjaan mereka. Sebab katanya, "Abah sama Ibu itu cuma pedagang nasi goreng, Re. Bukan pejabat atau PNS. Maka dari itu, gue paham sedikit apa yang dirasain orang-orang di profesi tersebut saat pekerjaannya nggak diapresiasi."
Seorang Swastamita sudah meninggalkan Jakarta empat tahun lamanya. Kepergiannya dari kota ini bukan dengan tujuan melanjutkan pendidikan, melainkan bekerja secara kemauan dan berpetualang. Swas tidak ingin kuliah secara formal, makanya ia berbaur dengan alam untuk tujuan kuliah kehidupan. Dari kabar terakhir yang Raesaka dengar dari Geni, Swas bekerja sebagai penyiar radio dan bergabung di komunitas yang tujuannya mengajarkan pendidikan bagi anak sekolah dasar.
Swas juga tidak menetap di satu tempat untuk waktu yang lama. Ia berpindah-pindah mengikuti kata hatinya. Ia menjadi pribadi yang mencintai kebebasan. Menurut informasi yang Geni dapat, Swas mulanya pergi ke Yogyakarta untuk sekedar berwisata. Tapi belum juga hari ketiga ia sampai di sana, Swas sudah menerima ajakan untuk pergi ke puncak Merbabu, disusul Sindoro dan Merapi. Sehabis pergi dari Yogyakarta, Swas melanjutkan perjalanannya ke Malang, Lombok, Ambon, Makassar, dan yang terakhir Banda Neira, sebelum ia kembali betolak ke Jakarta.
Sudah banyak gunung yang Swas daki. Sudah banyak pula lautan yang ia selami. Tapi untuk kembali bertemu Raesaka, ia rasa Swas lebih membutuhkan waktu lebih lama lagi.
"Pagi-pagi udah bengong aja." Geni menyadarkan Raesaka yang melamun di pantry. Laki-laki itu mengambil cangkir untuk menuangkan kopi. "Gue merasakan feel yang amat kuat di episode JEDA kemarin," kata Geni sambil tangannya bergerak mengaduk kopi.
Raesaka berdeham. Ia menyeruput teh hangatnya. "Menurut lo, Swas denger podcast gue nggak, ya? Hopeless banget gue, Gen."
"Re, podcast lo udah banyak pendengarnya, udah dikenal banyak orang juga, mustahil kalau Swas nggak tau podcast lo."
"Swas sekarang lagi apa ya, Gen?" Raesaka memalingkan wajahnya ke arah pemandangan di luar kaca gedung kantornya. Cuaca Jakarta sedikit mendung karena sudah masuk musim penghujan. Jalanan juga masih macet seperti biasa.
Cangkir kopi yang Geni pegang, ia taruh di meja pantry. Geni menepuk pundak Raesaka dua kali. "Jakarta bukan tempat yang luas untuk orang-orang yang hati dan harinya terikat dengan orang lain, kok. Sekecil apa pun celah di kota ini, lo pasti bisa ketemu swas. Masalahnya, ada nggak waktunya? Yang lebih tepat, Tuhan kasih izin lo berdua ketemu atau enggak?" Setelah itu Geni pergi ke kubikelnya.
Gimana kalau Tuhan nggak kasih izin ke gue untuk ketemu swas?
"Siang, Re," Sura datang dengan penampilan yang mampu menarik kaum adam. Badannya dibalut kemeja yang fit di badannya yang ramping, juga rok span di atas lutut dan sepatu heels yang cukup tinggi itu mampu memperlihatkan kaki jenjang nan putih yang ia miliki. "Udah makan? Kalau belum, bareng, yuk!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMPITERNAL
RomansaRaesaka Kanigara Basupati, si Resi Bisma yang kehilangan Dewi Amba, si Scorpio yang mencari Virgonya, si Arjuna yang tak mau Drupadi miliknya dibagi, si Rahwana yang masih mencintai Setyowati. Ia membuat sebuah podcast dengan nama JEDA-yang tujuan u...