8 tahun kemudian.
Temu akbar SMA 15 seluruh angakatan
Aku segera menutup kembali undangan reuni SMA berharap bertemu dengan teman-temanku dulu. Aku sangat merindukan mereka semua.
"Mami, mami udah ciap??" Tanya seorang anak kecil yang menggunakan tuxedo dan dasi yang membuatnya sangat tampan. Sekarang usianya baru menginjak tiga tahun.
"Udah sayang," ucapku mengandeng tangannya "mana daddy Jo?"
"Daddy di mobil, ayo Mam," ucapnya cadel
"Pamit dulu sayang sama Opa dan Oma," ucapku.
"Ah iya, Opa Oma Jo pergi sama mami dulu," ucap Jo
"Kiss bye-nya mana sayang?" Tanya ibuku.
"Mmuah," Jo memperagakan kiss bye ala anak-anak.
"Vinda, hati-hati ya nak," ucap ayah dan Ibu.
Aku pamit dan segera masuk ke mobil. Mobil melenggang pergi ke SMA. SMA yang sudah lama tak kulihat. Banyak perubahan sana-sini. Walaupun banyak yang berbeda dan lebih hijau, kenangan masa SMA-ku tak akan berubah. Masih terekam dan tersimpan di ingatanku.
"Vind, udah sampai," ucap ayah Jo.
"Ah iya, maaf," ucapku sambil melepaskan seatbelt.
"Lo kebiasaan sih! Bengong mulu. Lo turun sama Jo dulu, entar gue nyusul. Mau parkir mobil,"
"Iya iya cerewet!" Ucapku "yuk Jo, sama mami,"
Aku berjalan di tengah keramaian. Menyapa beberapa orang yang ku ingat. Ah! Jadi ingat seseorang, apa dia dapat undangan tidak ya? Sampai akhirnya aku bertemu dengan Agung.
"Agung!" Ucapku.
"Iya?" Jawabnya heran. Seakan akan dia tengah berfikir aku siapa.
"Lo udah lupa sama gue kampret!" Ucapku memberi clue.
"Astaga, ini elo Vind," ucapnya kaget.
"Iye, emang lo kira gue siapa? Eh ngomong-ngomong yang lain mana?" Tanyaku
"Tadi gue udah ketemu si Pahrul, lagi ke toilet, terus si Ilham mau ambil makan sama Rahman. Mereka itu jarang ketemu tapi kalau ketemu seakan-akan masih SMA. Kalau Iqbal~ ah itu mereka,"
"Lo sama siapa Gung? Bini lo?" Tanya Rahman yang ikut bergabung dengan aku dan Agung.
"Bini pala lu peyang Meng. Ini Vinda," jawab Agung
"What? Sumpah lo beda banget Vind. Gue sampai gak ngenalin," ucap Rahman
"Kampret lu," ucapku
"Komeng gak bohong Vind. Lo beda," sambung Pahrul
"Iye, lo gendutan Vind," sahut Ilham
"Yaiyalah, orang udah punya anak," ucap Agung. "Namanya siapa Vind?"
"Jo, jawab tuh. Omnya nanya, namamu siapa nak?" Ucapku pada Jo.
"Jonathan Om. Atau panggil aja Jo," ucap Jo "Mami, Om ini siapa?"
"Oom ini temennya Daddy sama mami. Ini om Agung, Om Ilham, Om Pahrul, Om Iqbal sama Om Rahman. Salim sama Omnya Jo," ucapku yang langsung diikuti dengan Jo menyalimi mereka satu-satu.
"Temen Daddy dan Mami? Ayahnya siapa Vind, apa kami mengenalnya?" tanya seseorang yang sangat ku kenal suaranya. Ya itu Iqbal. Saat aku ingin menjawab Jo berlari sambil berteriak Daddy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain
Short StoryHighest rank #1(16/01/2018) in short story Ketika hujan adalah tempat terbaik dalam bercerita, saksi utama dalam perjalanan hidupmu, teman terbaik ketika semua merasa berantakan.