Aku mengetuk pintu rumahku berharap seseorang bisa membukakan pintu untukku, ayah dan ibu. Kami baru saja landing dari Jerman dan sekarang meunjukan pukul dua dini hari.
"Iya, sebentar," ucap seorang yang aku tahu itu adalah Elena. Dia segera membukakan pintu lalu membantu kami membawa barang bawaan kami.
"Ayah, Ibu, Elena aku ke kamar dulu. Masih jet lag," ucapku seraya pergi ke kamarku
"Ayah, ibu mau minum dulu?" ucap Elena
"Nggak usah repot-repot Elena, ayah sama Ibu istirahat dulu. Kamu juga ya nak, masih pukul dua nih," ucap ayah
"Baik ayah, malam Yah, bu" ucap Elena melenggang pergi
"Malam" sahut Ibu
***
"Mam angun..."
Suara bocah memecah tidurku yang nyenyak. Siapalagi kalau bukan Jonathan, anak Fikri. Kadang ini anak jahilnya sama seperti ayahnya.
Suara Jo semakin Keras, namun aku tidak berniat bangkit dari kasurku.
"Jonathan sini kamu!" alhasil aku terbangun setelah dia mengambil pistol air mainannya dan menembakkannya ke wajahku. Namun Jo semakin tertawa melihat amarahku-- yang dibuat-buat.
"Mam elek, bwekk" ledek Jo
Aku berlari mengejar Jo. Sebenarnya aku bisa saja mendapatkanya, karena langkahnya masih belum stabil, kalau aku lari lebih cepat dia akan jatuh.
"Daddy!!" Ucap Jo yang langsung di gendong oleh Fikri.
"Anak pinter!" Ucap Fikri "bagus nih ada Jo, lo bisa bangun pagi sekalian olahraga,"
"Yeee si kampret, lo juga mau gue gebukin? Sini!"
"Larii Jo!! Mami kamu ngamuk,"
Kegiatan tom and jerry kami di interupsi oleh Elena yang sudah menghidangkan makanan.
"Gue mandi dulu deh. Elena tolong sisain buat gue ya, jangan sampai di habiskan sama si Fikri, makasi" ucapku sambil mengambil handuk
"Lo ambil yang sisa gue aja Vind," ucap Fikri yang langsung aku hadiahi dengan jitakan
***
"Bosannn!" Ucapku saat melihat jam yang baru menunjukkan pukul satu siang dan aku sedang tidak melakukan apapun. Jelas saja, Fikri kerja, Ibu, Elena dan Jo lagi belanja bulanan, sedangkan ayah yang ada di sampingku lagi nonton siaran yang tidak jelas, hanya ada grafik dan angka di sana (read: siaran mengenai saham).
"Karena kamu di rumah aja sih nak. Kalau kamu ikut ibumu tadi gak bakalan bosen," ucap ayahku
"Itu malah makin bosan yah, nemenin dua orang emak-emak belanja," aku segera bangun dari sofa dan mengambil jaket "Yah, Inda cari angin dulu ya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain
Short StoryHighest rank #1(16/01/2018) in short story Ketika hujan adalah tempat terbaik dalam bercerita, saksi utama dalam perjalanan hidupmu, teman terbaik ketika semua merasa berantakan.