(4)..........Love Story part.3 : Gelombang Asmara

66 8 1
                                    

Seluk beluk konflik antara Ethagosa dengan orang tuanya menggemparkan seisi rumahnya, yang kini telah terbelit rasa Perdebatan. Waktu itu malam yang mengirimi nuansa senja terbalik ketika sang surya yang hangat menepuk langit-langit pagi.

"Mam,Pah?" Kesedihan menghampiri Ethagosa yang saat itu ada dua pilihan kepercayaan atau cinta.

"Ada apa Nak, mikir apa lagi? Kamu nggak usah neko-neko," kata Bu Bhitana.

"Mam, maafin Aku ya?" Air mata pun mengalir di pipinya.

"Nak, untuk apa kau lakukan semua?"

"Demi cinta Mam, Aku akan perbuat," lalu Bu Bhitana pergi untuk ke kantor, setelah itu Pak Jhati menghampiri Ethagosa.

"Nak, udahlah nggak usah pindah kepercayaan," menepuk pundak Ethagosa.

"Kenapa Papah dan Mamah nggak tahu isi hatiku," Ethagosa pun pergi menuju ke kamar.

*****
Gemuruh kegiatan belajar telah terdengar dengan alunan kalbu semangat jiwa putih abu-abu. Di sebuah kelas XI ada seseorang pria yang sedang memperkenalkan diri. Dia seorang pelajar baru.

"Hay perkenalan nama saya Jordan Urhan Syariekh, saya pindahan dari New Zealand dan menetap di Jakarta," suasana kelas pun ramai pembicaraan.

"Ganteng ya," salah seorang pelajar berkata.

"Uihh... keren," sahut pelajar lain, setelah perkenalan pria tersebut di persilahkan untuk duduk di bangku depan paling kanan.

"Bule, duduk bareng Gue sini," salah seorang pelajar perempuan berkata.

"Iihh norak banget lue, pake sebut Bule," sahut teman yang lain.

Kemudian suasana kelas kembali seperti semula. Dari arah selatan Chaira berjalan menyusuri jalan, Dia tak menyangka kalau hari ini Dia di pindahkan di SMA N Taruna Bangsa, sebuah sekolah yang hanya mampu dibiayai orang-orang kelas atas. Senyum paginya memaparkan semangat Dia bersekolah, dia pun memasuki kelas barunya.

"Assalamuala'ikum," sapa Chaira terhadap teman-temannya.

"Silahkan perkenalkan dirimu," kata Pak Zhigran.

"Hay semua? Perkenalkan nama Saya Chaira Salma Zaqhiawi, Saya dari Demak. Sekolah di sini karena mendapat biasiswa disini," Kemudian Pak Zhigran mempersilahkan duduk, Chaira pun duduk di sebelah Jordan.

Teetttss.....
Waktu istirahat pun telah tiba, akan tetapi Jordan mengajak Chaira untuk makan bareng di kantin sekolah. Sesampainya di kantin, Jordan memesankan Chaira Nasi Rames dan pesan untuk dirinya Nasi Pecel. Mereka memakan dengan penuh makna.

"Makasih ya Kak," penuh dengan nada keanggunan.

"Loh panggil Kakak, Aku sama Kamu masih sebaya," melihat tatapan mata Chaira.

"Aku kan nggak tahu namamu?"

"My name is Jordan, you can call me apa saja," mengulurkan tangannya.

"Jorend, iya Aku panggil Jorend," menanggapi uluran tangannya.

Setelah bel pulang sekolah berdering, Chaira bergegas pulang untuk sampai ke rumah. Akan tetapi sepeda yang iya gunakan kebocoran. Lalu selang beberapa menit Jordan menghampirinya.

"Ada apa Chaira?" Sembari memberi tawaran untuk ikut dalam mobilnya.

"Nanti sepeda Kamu Aku tambalkan di bengkel terdekat."

"Ya sudah lah, makasih Ya Jorend," menerima tawaran, mereka berdua pun pulang menuju ke rumah Chaira. Sesampai 15 menit tak kunjung sampai.

"Lama sekali Jorend?" Petanyaan pun terlontar.

Senja Menampar ( Complete ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang