Perjalanan pun dilalui mereka berjam-jam, saat waktu telah berkata pukul 08.00 p.m akhirnya mereka telah landing di bandara Ahmad Yani Jakarta, pengecekan barang pun telah dilakukan mereka lalu perjalanannya untuk sampai rumah dilakukan dengan menaiki taksi, Chaira dan Jordan, Fargh dan Erdhana, sedangkan Clienzydsun di jemput orang tuanya karena ingin pindah ke luar negeri sekarang karena ada pekerjaan ayahnya.
"Jorend... Aku mau ngomong sama kamu tentang Samuel," entah kenapa Chaira berfikir tentang Samuel.
"Apa Kamu nggak bisa move on? Chaiy, dengar ya? Samuel udah tenang, jadi nggak usah kamu ganggu," nasihat diberikan Jordan kepada Chaira sambil perjalanan menuju rumah Chaira.
"Maksud Aku nggak kayak gitu, kamu tahu orang tuanya Samuel kan, dia pasti akan syok mendengar ini semua," entah kenapa Chaira meneteskan air mata mengingat masalalunya dengan Samuel.
"Terus kita harus ngapain? Apa kita ke rumahnya Samuel saja dan bilang kalo Samuel udah meninggal," celetuk Jordan sambil berkata serius.
"Kami gila!?!? Kamu tahu orang tuanya Samuel siapa? Dia adalah orang yang temperamen tinggi, terus kalo dia nggak terima gimana?!" Chaira semakin bingung dengan keadaan sekarang ini.
"Kamu tahu kan kalau Bi Jumin sudah mengetahui ini semua. Aku harap Kamu bisa membujuk orang tua Muel agar nantinya kamu bisa diterima dikeluarganya," jawab Jordan.
"Kamu itu buat aku bingung tauk,. Berhenti Pakk.....!!!!" Chaira keluar dari taksi uang sudah berhenti tersebut lalu dirinya pergi disuatu gang.
"Ngapain kamu turun disini, bahaya nanti kalau ada apa-apa," perhatian pun muncul pada diri Jordan.
"Ini semua bukan urusanmu," Chaira pun berlari tanpa arah tujuan, dirinya ternyata ingin bertemu Bu Dewi Caya, setelah sampai rumahnya Chaira pun mengetik pintu.
"Assalamuala'ikum Bu Dewi," ketukan dilakukan Chaira beberapa kali agar Bu Dewi Caya mau membukakan pintunya.
"Waalaikum salam,, siapa Kamu kemari," tak terduga temperamen Bu Dewi Caya tinggi.
"Saya Chaira Bu, temannya Samuel," jawab Chaira dengan grogi tanpa malu mengungkap apa yang akan dia bicarakan.
"Kamu tahu dimana Samuel sekarang? Aku kepingin Samuel di depan ku lalu ku peluk, Aku juga butuh kasih sayang anakku yang telah ku lahirkan," jawab Bu DewI Caya dengan nada datar.
Mendengar semua itu membuat Chaira berfikir bagaimana cara yang tepat untuk menjelaskan semua, "Saya akan mempertemukan Ibu dengan Samuel tetapi tidak sekarang Bu, besok pukul 08.00 pagi Ibu harus siap didepan rumah nanti Saya susul. Ya udah Bu Saya pamit dulu , Assalamuala'ikum," otak Chaira pun berjalan tanpa ada keraguan.
"Waalaikum salam," jawab Bu Dewi Caya dengan diiringi dirinya memasuki rumah untuk melakukan pekerjaan lainnya.
Kini rencana Chaira berjalan dengan lancar tinggal bagaimana halnya dia akan melaksanakan, setelah keluar dari rumah Bu Dewi Caya akhirnya Chaira sampai di pinggir jalan, "Aku harap ini hal yang terbaik," harapan muncul pada mulut Chaira yang seakan tahu bagaimana perasaan Bu Dewi Caya kelak, 5 - 7 menit lamanya akhirnya Chaira telah melihat angkutan umum yang mendekatinya, waktu pun terus bergulir dengan cepat setelah tiba waktunya.
*****
Sang surya memancarkan aura sinar nan cerah diantara awan-awan yang menghiasi paginya, tepat pukul 08 Chaira yang sedang berias mempercepatnya, lalu dirinya keluar dari kost untuk menuju ke rumah Bu Dewi Caya, setibanya sampai di rumah ternyata Bu Dewi Caya berantusias untuk dapat bertemu dengan Samuel. 30 menit berjalanan telah ditempuhnya kini taksi yang ditumpanginya berhenti di TPU."Chaira ? Mengapa turunnya di TPU?!" Bu Dewi Caya kebingungan sembari turun dari taksi.
"Sudahlah, nanti Ibu tahu sendiri. Yang terpenting Ibu jaga hati ya dan ndak usah berfikir yang negatif," jelas Chaira dengan berjalan menuju TPU.
"Maksud Kamu Samuel seorang gali kubur, ahh aneh banget! Sejak kapan dia mau seperti itu," fikiran Bu Dewi Caya mulai menebak-nebak.
"Bu, Samuel adalah anak yang sopan dan santun, mana mungkin dia menolak suatu tadir. Asal Ibu tahu, Samuel orangnya berkerja keras untuk orang yang dia sayangi," terang Chaira yang kala itu sudah sampai dititik pemakaman Samuel.
"Lama-lama Kamu kalo ngomong ngelantur gitu ya Neng," Bu Dewi Caya terasa agak bingung dengan semuanya.
"Ibu sekarang yang sabar ya, semua ini sudah terjadi," jawab Chaira lalu disambung Bu Dewi Caya, "Maksud Kamu??!" Keadaan Bu Dewi kelihatan syok mendengar ucapan Chaira.
"Lihat papan nama dibawah itu Bu," Chaira menunjukkan jari telunjuknya kearah papan nama.
"Samuel Bakri Harun bin Laden Jamie, haaaaahhhhhh..... ndak mungkin. Saaaaa...muuu...eelll.... Nak..!!!!" Air mata bercucuran di pipi Bu Dewi dengan menembus kelopak matanya.
"Yang sabar Ibu," Chaira berusaha menenangkan hati yang telah tersakiti.
"Haahhh.... Samuel? Nak..?!! Ngggaaaakkkk munnggggkinnn....." tak kuasa menahan air mata yang telah menetes sekian lamanya.
"Udah Bu kita pulang saja, hari sudah gelap lagian tutup pemakaman ini," Sembari tangan Chaira memegang Bu Dewi dengan sigap.
"Diam Kamu.... tinggalkan saya disini...!!!" Pikiran Bu Dewi lemah.
"Ya udah Bu pulang saja, saya mau cerita mengapa Samuel bisa meninggal.. Tetapi ada satu syarat, sekarang Ibu pulang," lalu Bu Dewi menuruti apa yang dibicarakan Chaira setelah menunggu taksi yang tak kunjung datang, akhirnya saat memasuki taksi akhirnya Chaira bercerita tentang Samuel, mendengar semua ini membuat Bu Dewi Caya tak dapat mengendalikan emosi dan berusaha keluar dari taksi tersebut.
"Berhenti Paakkk....." Bu Dewi Caya keluar dari taksi dan berlari menuju hutan yang sedang dilintasinya.
"Bu... tunggu...!!" Chaira mengejarnya dan berusaha menenangkan karena hal ini akan dapat berakibat fatal.
Tanpa terduga Bu Dewi melintas dipinggir jurang yang sangat dalam, dirinya tak berfikir lagi hal apa yang bisa dilakukan selain bertemu Samuel, otak rusak pun berfikir kotor, "Kalo dengan cara ini Aku akan bertemu dengan Samuel, dengan melompat disini dan turun dibawah membuat aku bertemu Samuel. Haahahahaaa...." tawa licik dilakukan Bu Dewi, tak lama kemudian kaki kiri Bu Dewi dijalankan ditepi jurang kalu tubuhnya dia dorong ke depan dan akhirnya, "Aaaaaaa........" Jeritan Bu Dewi terdengar oleh Chaira, lantas Chaira berlari dan melihat semuanya.
"Bu Dewwwiiii..... " tangisan Chaira keluar saat melihat Bu Dewi tak bernyawa dibawah jurang yang jauh dari jangkauan, penyesalan terjadi kepada Chaira.
"Mengapa ini semua terjadi....!!!" Chaira disini hanya bisa termenung melihat nyawa yang tergeletak sehingga akan busuk.
Disisi lain kemungkinan tubuh Bu Dewi akan berubah sebuah sosok hantu yang menyeramkan, ini hanya kemungkinan. Tak lama kemudian Chaira berniatan untuk pergi dari tempat tersebut tanpa harus mengenang dan dirinya akan menutup rapat kejadian ini karena tidak wajar bila diceritakan mengingat Bu Dewi hanya orang yang hidup sebatang kara tanpa merusak ketenangannya sebagai seorang manusia ..
Jangan lupa dilike , coment dan share ke teman" mu .. cerita ini akan lebih menarik nantinya .. H-4 menuju lebaran .. saya mengucap :
Minal aidzin Wal Faizin ..
Mohon maaf lahir dan batin ..
Selamat idul fitri .. Ma'afkan semua kesalahan saya ya ..Ceritanya akan di post nanti aja .. ditunggu ..
Vote yang banyak ..???!!! ☆☆☆☆☆☆☆Matur Nuwun ..
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Menampar ( Complete )
Roman d'amourLika-liku kehidupan yang selalu menuai pro-kontra antara persahabatan,asmara, dan kehidupan terselip dalam kontroversi perjalanan hidup Chaira yang ingin mengejar kebahagiaan yang sesungguhnya. Jordan, cowok pindahan dari New Zealand yang me...