Sorry for typo (kalau ada, kasih tau aja ya, koreksi kalian berharga banget).
Part ini khusus untuk having fun ya;)
Enjoy!******
"Sekalian nginep di rumah gue aja sih, Ca."
Aku menggeleng menjawab permintaannya.
"Ca," panggilnya manja. Ia menggelayuti lenganku membuatku sulit berjalan.
Aku menghentikan jalanku kemudian menatapnya tajam. "Gue bisanya nemenin lo nonton. Kalau nginep nggak bisa, ada Bulan soalnya."
Ia melepaskan pegangannya kemudian ia menatapku dengan tampang memelas.
Aku mengerutkan kening melihat reaksinya. "Muka lo ngapain? Jijik gue lihat nya."
Ia menghentakkan kakinya sebal. "Itu puppy eyes, bego!"
"Oh. Tapi muka lo sama sekali nggak lucu. Yang ada gue mual lihatnya." Ucapanku membuatnya tambah keal, terlihat dari bibirnya yang cemberut.
"Jadi, mau gue temenin jalan nggak?" tanyaku. Aku memindahkan tas dari pundak sebelah kanan ke sebelah kiri karena sudah merasa pegal.
"Yaudah, ayo!" Ia menyeretku menuju parkiran sanggar tari miliknya.
"Gue mau balik kantor dulu."
"Ngapain?" pekiknya. seketika.
"Mau absen dulu. Lo tunggu di Casablanca aja." Aku segera memasuki mini cooper-ku sebelum orang itu kembali memakiku.
"Jannisa Bataaakk!" teriaknya sebelum aku menutup pintu.
Aku tertawa saat ia mencak-cak di belakang sana.
Siapa sangka aku akan bertemu Ellie setelah 6 tahun berlalu. Dan luar biasanya ia adalah seorang profesional dancer dan juga pendiri sanggar tari dan pemilik agensi. Dan dia adalah orang yang dipercayakan Kementerian untuk bekerja sama denganku dalam mengemban tugas terbaru ini.
**
"Gue kangen banget deh, Ca," ucap Ellie.
"Kangen Roza?"
Seketika Ellie tersedak minumannya. Aku tertawa melihat wajahnya yang memerah.
"Najis! Ngapain kangen sama dia," sungutnya. "Gue kangen sama lo. Emang lo enggak?"
"Biasa aja," jawabku membuatnya mendengus kencang.
"Oh, gue tahu," ucapnya sembari menjentikkan jari. Aku menatapnya bingung. "Lo kangennya sama Aldi, kan?" tanyanya meledek dengan seringgai di wajahnya.
"Gue udah ketemu sama dia kok."
"Serius? Kapan? Ngapain?"
"Kenapa sekarang lo jadi heboh banget, sih." Aku mengernyit tidak suka saat melihatnya yang nampak heboh sekali. Saat SMA memang ia termasuk kategori perempuan rempong tapi kini kadar kerempongannya bertambah.
"Udahlah jawab aja," jawabnya sambil mengibaskan tangannya.
Aku mendengus, "Beberapa minggu lalu, kayanya. Dia kasih undangan." Bagai sebuah roll film, memori itu kembali berputar dalam benakku membuatku sesak seketika.
"Entah kenapa gue nggak suka sama perempuan itu. Aldi dan Melody bukan pasangan yang cocok menerut gue. Gue lihat instagram Aldi, dia beberapa kali upload foto bareng, tapi gue ngerasa kalau foto itu bukan dia yang upload," ujarnya saat diriku masih berkelana mengingat memori itu. Kenangan yang memalukan, dan juga kenangan setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jannisa
General FictionJannisa Nasution (24 tahun) mencintai Achmed Aldino Riyadh sendirian selama 6 tahun hidupnya. Mencintai sahabat sendiri. Terdengar klise. Sampai di suatu ketika Jannisa berani mengatakan keresahan hatinya. Apakah kisah ini akan seperti dongeng disne...