Sorry for typos (feel free untuk kalian yang mau koreksi).
Enjoy!******
Malam yang tadi indah dan romantis ini berubah menjadi sangat hening mencekam. Aldi yang sedari tadi diam membisu membuat suasana ini menjadi canggung. Kami sudah selesai makan makanan utama lima menit yang lalu dan kini kami hanya diam sembari memakan dessert yang disediakan. Aku berdeham dan hal itu membuat Aldi mengalihkan pandangannya.
"Kamu mau cerita apa?" tanyaku saat ia melihatku dengan alis yang dinaikkan.
Seketika Aldi menegakan duduknya dan berdeham. "Sekarang?" tanyanya yang kubalas anggukan.
Kulihat Aldi gelisah dan terus bergerak mencari posisi nyaman untuk duduknya kemudian berdeham saat sudah merasa nyaman. "Tapi kamu janji nggak akan block aku lagi dan denger sampai selesai, okay?"
Aku mengangguk mengiyakan. Walau aku sudah tau pokok pembicaraannya tapi aku tetap ingin mendengarnya langsung. Lagi pula hal ini memang ia janjikan saat ia akan melamarku lagi.
"Oh, satu lagi," serunya tiba-tiba. Aku mengernyit menanti ucapan selanjutnya.
"Kamu harus terima lamaran aku." Mataku terbelalak mendengar penuturannya. "Deal?" sambungnya kemudian sembari mengangsurkan sebelah tangannya.
Aku menepis tangannya lalu mendengus. "Kalau itu lihat nanti," jawabku kesal.
Ia terkekeh kemudian berdeham dan mulai membuka mulutnya. "Mungkin benar kata mereka kalau nggak akan ada pertemanan murni antara laki-laki dan perempuan. Karena aku merasakannya," ucapnya tenang dengan pandangan menerawang.
"Aku nggak tahu kamu sama atau enggak denganku, tapi aku mulai suka kamu saat SMP. Kupikir itu cuma cinta monyet." Aldi menatap tepat di mataku dengan dalam. "Tapi rasa itu nggak pernah hilang. Terus membara di dalam sini," ucapnya sambil memegang dada kirinya. Senyum manis tercipta di paras tampannya.
"Lulus SMA aku mau jujur sama kamu dan minta kamu jadi pacarku. Tapi saat itu aku lihat kamu terobsesi banget jadi PNS. Kamu juga tipe perempuan independen yang keras. Aku jadi minder dan lagi-lagi aku jadi pengecut." Aldi menghela napasnya. Aku yang mendengar ucapannya, membuatku kembali membuka kenangan saat SMA itu. Tapi aku tidak sadar kalau aku gadis seperti itu.
"Dan saat aku kuliah, aku bertemu dengan Melody. Dia gadis manis yang ceria dan juga tangguh. Aku tertarik dengannya tapi itu nggak bertahan lama, hanya dua tahun dengan bulan-bulan terakhir kami sering bertengkar. And that's because of you. Tapi itu dua tahun yang lalu." Sahutnya saat aku akan membuka mulut.
"Dan kenapa kami bisa sampai seperti ini, karena Ayahnya Melody yang saat ini sakit dan sering kumat mengira kami masih bersama dan memintaku untuk menikahi putri semata wayangnya. Awalnya aku nggak mau, tapi Melody memohon dan kami membuat perjanjian pernikahan. Kami akan bercerai dalam kurun waktu maksimal dua tahun. Entah saat itu ayahnya masih hidup atau sudah tidak ada."
Aku tercekat saat mendengar penjelasan Aldi. Jadi bidadari setengah iblis itu .... Dia putri kecil yang baik. Hatiku tergerak dan merasa berempati dengan gadis itu.
"Dan setelah itu aku akan mencarimu dan menjadikanmu miliku."
Aldi menatapku dalam dan menggenggam tanganku yang ada di atas meja. Meremasnya pelan dan tersenyum kepadaku. "Walau belum dua tahun, tapi aku mau mengikatmu sekarang sebelum pria lain mendahuluiku."
"Nikah sama aku, Ca?"
Aku masih terkejut walau aku sudah tahu ujungnya akan seperti ini. Kupikir ini akan menjadi mudah, tapi kenapa aku menjadi ragu.
"Lalu Melody?"
"Kami tetap menikah tapi aku akan menikahmu terlebih dahulu," ujarnya lugas. "Secara agama." Tambahnya membuatku tercekat.
"Nikah siri?" tanyaku. Tubuhku terasa lunglai dan lemas saat Aldi mengangguk.
"Tapi percaya denganku, kamu akan jadi yang utama dan aku akan menjaga hatiku. Sebelas tahun aku bertahan dan bukan masalah jika harus di tambah dua tahun lagi. Aku setia, Ca. Kamu tahu aku, kan?
"Tapi aku PNS, Di," ucapku ragu.
"Aku tahu, Ca. Selama kita menikah, kita tunda anak dulu, gimana? Dan kita rahasiakan untuk beberapa saat? Kita pacaran dulu?"
Aku termenung memikirkan ucapannya. Aku tahu risiko menikah secara siri, tapi ... aku tidak bisa melepaskannya walau aku bersimpati kepada Melody karena aku bertekad sejak awal akan memiliknya. Tetapi aku ingin memiliki dirinya seluruhnya. Dan memamerkan pria ini ke seluruh dunia.
"Kumohon, Ca. Pegang janjiku. Aku akan setia dengamu, menjadikan kamu prioritasku walau aku sedang bersamanya, aku tidak akan menjadi ayah dari anak-anaknya, dan aku akan kembali kepadamu karena memang kamulah rumahku, Ca." Genggaman tangannya semakin erat, meremas tanganku semakin kencang seakan menumpahkan segala resahnya lewat genggaman tangan ini.
Aku diam untuk beberapa menit. Memikirkan segala risiko yang akan kuterima dan keuntungannya untukku.
Sebagai PNS pernikahanku diatur Undang-Undang perkawinan dan ada beberapa poin yang harus dipenuhi. Tapi semua tidak berlaku jika aku menikah di bawah tangan.
"Ca." Aku tersentak dari lamunanaku. Kulihat tampang pria itu yang sedang menatapku cemas. "Please," pintanya resah.
Aku memejamkan mata, menilik hatiku, mencari kebenaran di sana, memastikan hal yang aku inginkan dan hanya kata itu yang ingin kuucapkan dengan lugas.
Kubuka mataku perlahan dan masih kulihat paras tampannya yang menatapku cemas. Perlahan senyumku mengembang dan ku anggukan kepalaku pelan. "Aku pegang janjimu, Di."
Refleks Aldi beranjak dari duduknya dan memelukku erat. "Makasih, Ca. Makasih. Kamu bisa pegang janjiku." Ia mengecupi rambutku dan setetes air mata membasahi pipi karena kini hatiku merasa lega. Bebanku menghilang seluruhnya. Ya, seluruhnya.
******
Hei, kamu! Iya, kamu yang baru selesai baca part ini. Apresiasinya yaaa😊😊
******
818 kata.
14.09.16
14.24******
Okey, fix! Makin aneh aja cerita ini wkwk.
Pendek ya?? Karena dua part sebelumnya panjang, jadi yang ini aku buat pendek ya hehehe.
Tapi semoga walaupun pendek, tetap dapet feel-nya 😆😆xoxo
redcherry😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Jannisa
General FictionJannisa Nasution (24 tahun) mencintai Achmed Aldino Riyadh sendirian selama 6 tahun hidupnya. Mencintai sahabat sendiri. Terdengar klise. Sampai di suatu ketika Jannisa berani mengatakan keresahan hatinya. Apakah kisah ini akan seperti dongeng disne...