6. Ikanaide

4.3K 305 17
                                    

Mikoto terpekik senang mendengar perkataan Itachi mengenai Sasuke yang menerima tawaran menjadi guru di KIS. Sebenarnya itu hanya akal-akalan Mikoto dan Itachi untuk mendekatkan keduanya.

Itachi meraih gelasnya yang berisi juz jeruk lalu meminumnya hingga setengah.

"Ku rasa Sasuke akan benar-benar memperhatikan Naruto selama di sekolah." ujar Itachi.

Mikoto tersenyum lebar sedangkan Fugaku hanya menggelengkan kepalanya pelan.
"Kalian ini." ucapnya pelan.
Mikoto tersenyum lalu mengamit lengan suaminya.

Mikoto menghela napas dan menyandarkan kepalanya kebahu Fugaku. "Aku yakin, Kushina pasti akan bahagia." ujarnya tulus seraya mengukir senyum di wajahnya yang masih terlihat muda meski usianya semakin menua.

"Tapi bu, apa ini tidak terlalu berlebihan?" tanya Itachi.
Mikoto menggeleng pelan, "Ini yang terbaik untuk Naruto, ibu tahu kalau selama ini Naruto sendirian. Naruto sulit di sentuh tapi kalau dia sudah menikah mungkin dia bisa berbagi kesedihannya dengan Sasuke.
Meskipun Naruto selalu terlihat bahagia tapi ibu yakin kalau selama ini sebenarnya Naruto menderita." ujar Mikoto sendu.

"Maksud ibu?" tanya Itachi tidak mengerti.

"Kau akan tahu nanti Itachi." timpal Fugaku. Itachi mengangguk mengerti.

"Kalau begitu bu, aku mau ke kantor dulu menggantikan Sasuke." ujar Itachi lalu beranjak dari duduknya.

"Hati-hati." ujar Mikoto sambil tersenyum cerah.

"Hn." sahut Fugaku sambil mengangguk mengerti.

...

"Sasuke." panggil Kabuto pelan setelah keluar dari ruang pemeriksaan.

"Hn." sahut Sasuke.

"Istri mu mengalami trauma yang bisa di bilang cukup berat.

Apalagi sepertinya dia self-injury yang bisa dibilang kelewat batas, ada ketakutan didalam matanya. Aku harap kau bisa menjaganya dengan baik, mungkin kau memang bukan dokter kejiwaan tapi aku tahu, kau pasti mengerti maksud ku saat ini." ujar Kabuto seraya duduk dikursinya.

"Aku akan memberikan resep obat untuk Naruto." ujarnya lagi dan mulai menulis di selembar kertas putih.

Sasuke hanya diam memperhatikan karena saat ini pikirannya sudah melayang entah kemana karena mendengar penuturan Kabuto.

"Apa yang gadis itu alami hingga dia seperti itu Sasuke?" pertanyaan Kabuto menyadarkan dirinya.

"Menurutmu." jawab Sasuke.

Kabuto berdehem pelan, dia tahu maksud Sasuke. Naruto tidak akan bertindak seperti itu meski dapat tekanan dari luar karena dari dalam ada keluarganya yang setia tapi kalau keluarganya juga bertindak seperti yang orang luar lakukan maka inilah hasilnya.

"Temani dan sayangilah dia Sasuke, dia gadis yang lemah dan rapuh, jika tidak kau topang mungkin akan runtuh. Jiwa dan raga gadis itu terluka parah. Kedua matanya terlihat kosong dan hanya dipenuhi dengan ketakutan." ujar Kabuto seraya menyodorkan selembar kertas kepada Sasuke.

"Aku mengerti." sahut Sasuke dan menerima selembaran kertas kecil itu lalu di lipatnya dan disimpan didalam saku celana.

"Terima kasih Kabuto." ujar Sasuke dan beranjak dari duduknya.

"Sama-sama." sahut Kabuto lalu pria berambut putih itu mengantar Sasuke kedalam ruang pemeriksaan dimana Naruto duduk diam diatas kasur dengan pandangan kosong.

"Hei ayo ikut aku." ujar Sasuke seraya mengulurkan tangan kanannya di depan wajah Naruto, Naruto yang melihatnya, menatap tangan itu datar dan penuh tanda tanya.

ArigatouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang