chapter 4

3.5K 301 7
                                    

Naruto bangun dari pingsannya saat jam yang menempel di dinding UKS menunjukan pukul lima sore. Sekolah pasti sudah tidak ada orang. Naruto sudah terbiasa seperti ini. Naruto beranjak bangun dengan kepala yang sedikit pusing lalu berjalan keluar UKS menuju kelasnya dilantai tiga untuk mengambil tas, setelah semuanya selesai barulah Naruto pulang kerumah dengan jalan kaki.

Langit sudah menggelap dan Naruto yakin Sasuke pasti sudah di apartemen dan tebakannya benar saat sampai di apartemen dia melihat Sasuke sedang duduk di sofa dengan tv sambil mengetik di laptop.

"Tadaima." Naruto hanya basa-basi mengucapkan salam karena dia yakin tidak akan ada yang menjawab dan itu benar.

Naruto masuk kedalam kamarnya dan membersihkan diri lalu beristirahat. Dia mengenakan baju tidur berlengan pendek dan celana pendek selutut hingga semua luka yang ada ditubuhnya terlihat semua.

Naruto membaringkan diri dengan terlentang dan kedua sapphire yang kosong menatap langit-langit kamar.

"Kau tahu kemarin Kaito-kun menyatakan cinta padaku."

"Ah! Yang benar?!"

"Kemarin ayah ku pergi ke Korea dan membawakan aku ini taraaaa..."

"Nyebelin, kakak ku dan adikku kompak mengerjaiku sehari sebelum aku ultah tapi aku senang ternyata itu semua adalah kejutan untukku."

"Aiiissshh,,, Kemarin aku dan ibuku membuat kue yang besaaaaaaar sekali untuk ayahku yang berhasil naik jabatan kemarin."

"Hahahahaha benarkah?"

Naruto kembali mengingat apa yang teman-teman sekelasnya katakan siang tadi sebelum dia di hukum berlari.

Dan Naruto mulai berpikir bagaimana rasanya jika ada laki-laki yang menyatakan cinta pada mu?

Bagaimana rasanya saat ayah mu pulang dia membelikan mu sebuah hadiah?

Bagaimana rasanya bisa memasak dengan ibu?

Dan bagaimana rasanya saat dirimu akrab dan kompak dengan saudara mu?

Air mata Naruto mengalir dan Naruto mulai menangis dalam diam sambil menjambak rambut panjangnya sendiri.

"Hiks... Jangan bermimpi Naruto jangan bermimpi." ujar Naruto pelan disela isak tangisnya.

"Hiks..." Naruto berguling hingga tubuhnya jatuh kelantai kamar tepat diatas karpet berbulu.

"Aku bodoh dan aku pembunuh. Pembunuh tidak boleh bahagia." ujar Naruto lagi lalu bayang-bayang dirinya yang dibentak dan di pukul sang ayah mulai berputar di otaknya seperti kaset rusak yang menampilkan gambar-gambar yang mengerikan.

Gambaran itu semakin banyak memenuhi otaknya.

"Kau membunuh istriku Naruto!"

"Ampuuuun ayaaaaah..."

"Aku membenci mu Naruto! Karena kau ibuku MATI!"

"Gara-gara kau, aku tidak bisa lagi memeluk ibu ku lagi Naruto."

"Ampuuuuun... hiks..."

"Maafkan aku kak Karin hiks..."

"Aku membenci mu!"

"Maafkan aku kak Ku hiks..."

"Tidak."

"Ayaaaaaah..."

"Setelah kau puas membunuh istri pertamaku kini istri keduaku yang kau bunuh! Mau mu apa Naruto?!"

"Jangan sama Naruto, dia pembunuh."

"Dasar pembunuh pergi."

"Aku bukan pembunuh hiks..."

"Anak bodoh!"

Naruto menggelengkan kepalanya kuat-kuat dan semakin kuat menjambak rambutnya hingga ada yang rontok.

"TIDAAAAAAAAAAAAK!" teriak Naruto keras.

Sasuke terkejut mendengar teriakan Naruto dari dalam kamar. Sasuke beranjak dan menghampiri pintu kamar Naruto dan berusaha untuk membukanya tapi terkunci.

"Naruto kau kenapa?!" teriak Sasuke yang masih berusaha untuk membuka pintu.

Naruto terdiam dan merapatkan tubuhnya ke meja nakas sambil menangis tersedu.

Sasuke yang mendengar tangisan Naruto merasa khawatir.

"Naruto buka pintunya!"

Naruto memeluk kedua lututnya erat. Bayang-bayang ayahnya mendobrak pintu kamarnya membuat Naruto ketakutan.

Sasuke sudah tidak punya pilihan lain selain mendobrak pintu.

Braaaaak...

Naruto terkejut melihat pintu terbuka lalu berteriak histeris membuat Sasuke terkejut, bingung dan sekaligus khawatir.

"Ampuni aku... Aku mohon jangan pukul aku..." Naruto duduk bersujud sambil menggosokan kedua telapak tangannya didepan dada berharap Sasuke akan mengampuninya.

Sasuke terkejut melihat tindakan Naruto apalagi disekujur tubuh Naruto banyak terlihat luka sayatan.

"Naruto apa yan terjadi? Kau kenapa?" tanya Sasuke dan berusaha mendekat tapi Naruto malah berteriak dan menggeser tubuhnya kebelakang.

"Ampuni aku hiks..." Naruto terisak sambil menggelengkan kepalanya.

Sasuke terdiam mendengar perkataan Naruto. Apa yang sebenarnya dialami Naruto hingga gadis yang baru saja menginjak usia tujuh belas tahun itu terlihat ketakutan dan meminta ampun.

"Aku mohon jangan pukul aku... ampuun hiks... Aku bukan pembunuh dan aku akan belajar dengan rajiin hiks... jangan pukul aku..." Naruto menangis tersedu memandang wajah Sasuke yang terlihat seperti wajah Minato.

"Tidak akan ada yang memukul mu." ujar Sasuke pelan sambil berusaha untuk menyentuh Naruto tapi gadis itu semakin berteriak histeris.

Terpaksa Sasuke kembali kedalam kamarnya dan mengambil obat bius. Setelah siap dengan suntikannya Sasuke kembali kedalam kamar Naruto dan melihat gadis itu sedang melukai dirinya sendiri menggunakan gunting.

Sasuke merampas gunting itu cepat dan Naruto berteriak semakin keras. Sasuke langsung saja memeluk Naruto dan menyuntikan obat bius.

Bersambung~

ArigatouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang