Naruto duduk diam didalam kamarnya sambil memegangi perutnya yang mulai berbunyi karena lapar. Ini sudah malam dan Sasuke tak kunjung pulang.
Dilemari es banyak tersedia bungkusan makanan siap saji tapi Naruto tidak mau memakannya kalau belum meminta izin kepada Sasuke dan maka dari itulah dia terus menahan lapar sejak siang tadi.
Lagi, dia kembali melirik jam kecil berbentuk kepala kucing yang ada dimeja nakas. Sudah pukul sembilan malam dan Sasuke belum pulang. Naruto mulai membaringkan tubuhnya kekasur dan mungkin dengan tidur dia bisa menghilangkan rasa laparnya.
"Tuhan bisakah kau memberitahu kedua ibuku kalau aku merindukan mereka, aku rindu kaa-san dan juga bunda Sara." setetes air mata Naruto jatuh dan membasahi pipinya lalu perlahan kedua kelopak itu tertutup menyembunyikan sapphirenya yang indah dan pergi menuju alam mimpi dengan perut lapar.
Sementara itu Sasuke baru saja pulang dengan sangat lelah, dia memasuki area dapur dan mengambil sebotol air mineral dari dalam kulkas.
Sasuke mengeriyit bingung melihat makanan didalam kulkasnya masih utuh. Apa Naruto tidak makan? Atau dia makan di luar? Sasuke mengangkat kedua bahunya tak peduli lalu meminum airnya hingga tandas dan menaruh botol kosong begitu saja keatas meja bar.
Sasuke membuka pintu kamarnya lalu menghidupkan lampu dan terlihatlah kamarnya yang bernuansa abu-abu dan putih. Kasur king sizenya ditutupi bedcover berwarna abu-abu, dua meja nakas ditiap sisi kasur, satu buah meja dimana dia sering mengerjakan perkerjaanya disana kalau tidak bisa diselesaikan di kantor, lalu satu lemari cukup besar berwarna coklat berbahan dasar kayu jati terbaik dan sebuah kaca di sudut ruangan.
Sasuke membuka jas dan juga kemeja yang dia gunakan lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
...
Naruto sudah siap dengan seragam sekolahnya dan juga tasnya. Naruto keluar dari dalam kamar dan melihat Sasuke sudah duduk di meja makan sambil menikmati kopi hitam dan satu roti tawar berselai kacang.
Naruto berdiri diam didekat
Sasuke menunggu Sasuke bicara.Sasuke mendengus melihat Naruto yang hanya diam saja tak bersuara.
"Duduklah dan sarapan." Naruto mengangguk lalu duduk disalah satu kursi yang mengelilingi meja berbentuk segi empat itu.
Naruto mengambil satu roti tawar dan mengolesnya dengan selai.
"Kau bisu hm?" tanya Sasuke ketus. Naruto menghentikan gerakan tangannya untuk menyuapkan roti kedalam mulut dan menggeleng.
"Setidaknya jawab kalau aku bicara, jangan mengangguk dan menggeleng saja." ujar Sasuke sinis dan Naruto kembali mengangguk dan berkata "Iya." dengan sangat pelan.
Sasuke tidak habis pikir dengan sikap Naruto saat ini. Ada apa dengan gadis itu sebenarnya?
Kenapa kemarin dia terlihat bahagia dan sekarang terlihat seperti ketakutan? Ya meski dia akui kalau dia membenci Naruto tapi dia tahu kalau gadis itu ketakutan dan itu terlihat jelas dari sinar mata Naruto.
Naruto menghabiskan empat lembar roti tawar lalu segelas air putih. Dia benar-benar lapar.
"Terima kasih untuk sarapannya dan aku pergi dulu mau sekolah." ujar Naruto dengan suara mencicit kecil.
"Hn." sahut Sasuke. Naruto membungkukkan badannya singkat lalu pergi meninggalkan Sasuke seorang diri.
Naruto menaiki bis menuju sekolahnya karena tak dia tidak mau terlambat sampai disekolah dan nanti pulang baru dia jalan kaki.
Naruto memandang kota dari balik jendela dengan tatapan kagum. Gedung-gedung itu sangat tinggi pasti yang membuatnya adalah orang-orang yang pintar bukan seperti dirinya yang bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arigatou
FanfictionDibilang pembunuh, pembawa sial dan bodoh membuat Naruto tenggelam didalam kegelapan dan menjadi self-injury. Sasuke berjanji pada dirinya sendiri akan membuat Naruto menderita. SasufemNaru