#7

4.8K 375 13
                                    

Dua minggu sebelumnya...

"Pangeran, berhati-hatilah. Pangeran Aren sedang mencari pangeran dan Baginda Raja menyuruhku datang karena khawatir akan keselamatan pangeran. Aku tidak bisa berlama-lama pangeran. Hamba undur diri dulu," jelas panglima besar.

"Baiklah," jawab Alie singkat, lalu panglima besar itupun berlalu dari hadapannya.

Seperginya panglima besar, Atong angkat bicara. "Pangeran, sebaiknya kita lekas pergi dari sini."

"Tidak usah, kita menetap disini saja." Tolak Alie.

Atong mengernyit. Apa yang membuat pangeran mempertahankan diri disini?

"Pangeran... Tapi, bahaya sekali jika kita menetap disini. Mungkin, tidak seberapa lama lagi jejak kita akan diketahui pangeran Aren dan pengawalnya."

"Diamlah Atong. Keputusanku telah bulat, aku tidak akan lari lagi. Kamu cukup disini atau kamu sendiri yang pergi dari sini."

"Baiklah pangeran. Aku tetap disini," ucap Atong pasrah.

Alie menatap keluar jendela, pikirannya melayang-layang. Gadis itu telah merasuki pikiran, bahkan hatinya.

Flashback

"Sedang apa?" Alie menoleh ke asal suara. Tapi, ia tak membalas.

"Boleh aku duduk?" tanya Ai Ling setelah beberapa menit ia masih setia berdiri pada tempatnya, menunggu balasan dari Alie.

"Duduk saja," balas Alie datar.

Ai Ling cukup kaget mendapatkan balasan datar dari Alie. 

Apakah sikap pria ini memang begini atau hanya kepada dirinya saja?

"Apa aku telah mengganggumu?" Ai Ling mencoba untuk akrab dengan pria datar di sampingnya.

"Tidak."

Ai Ling sudah tidak dapat menahan diri. "Segitu bencinya kamu padaku?"

"Mak--"

"Maaf, aku terlalu terbawa perasaan. Aku permisi."

Ai Ling berdiri dan lekas pergi, namun ia merasakan sebuah tangan kekar menghadangnya.

"Maaf... Aku tidak membencimu, hanya saja, aku bingung harus mengambil sikap seperti apa saat tengah bersamamu," ucap Alie terus terang.

Ai Ling tersenyum. Ia merasa sedikit lega saat mendengar penuturan Alie.

Rupanya ia tidak membenciku. Batin Ai Ling dalam hati.

"Duduklah." Kini Alie berkata dengan nada sedikit melembut, beda dari sebelumnya yang terkesan datar dan angkuh.

Ai Ling mengangguk, kemudian ia duduk kembali ke tempat semula.

"Aku baru tahu, ada danau indah disini."

"Pernah datang kemari sebelumnya?" tanya Ai Ling.

"Belum pernah. Ini pertama kalinya," jawab Alie.

"Bagaimana kamu bisa mengenal bibi Alien?"

"Aku keponakannya."

"Kamu aslinya dari mana?"

"Aku dari kota. Aku kesini merantau bersama Atong."

"Aku merasa seperti seorang hakim." Ai Ling tersenyum puas.

Alie ikut tersenyum-hanya sekilas.

"Kamu tersenyum?"

"Tidak," elak Alie.

"Kamu tersenyum?" tanya Ai Ling kembali sembari menahan tawa.

"Oh! Cukup Ai Ling."

Mereka berdua saling beradu tatapan mata. Ai Ling segera memalingkan wajahnya, ia tahu wajahnya sekarang pasti persis seperti kepiting rebus.

Seculas senyuman tercetak di bibir Alie. Kali ini jujur, ia telah jatuh cinta pada Ai Ling.

------------------------
Hellooo....

Tunggunya gak lama kan?

Yeyeyehhehe...

Tunggu the next chapter yaa...

HUANG [Dreame/Innovel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang