.
..
...
Alex mengumpat-ngumpat sambil membanting gagang teleponnya ke pesawat telepon. Napasnya terlihat memburu dan Irene yang melihatnya berjengit ngeri. Ekspresi pria itu terlihat menyeramkan dan sudah jelas sesuatu akan menimpa dirinya jika ia salah melangkah sedikit saja.
"Irene!"
"Y-ya?"
"Apa ada jadwal yang menggangguku lagi setelah ini?"
Dengan gelagapan Irene membuka-buka catatannya dengan cepat. Keringat dingin mulai terasa bermunculan di lehernya. "Ti-tidak ada."
"Bagus." Pria itu bergegas menarik jasnya yang tersampir di kursi dan keluar dengan langkah-langkah panjangnya.
Alex kini rasanya mendidih sekali mendengar laporan Ethan bahwa Ara akhir-akhir ini pergi menemui Han. Ini adalah sudah ketiga kalinya di laporan Ethan bahwa Ara pergi ke rumah Han dan entah apa saja yang dilakukan mereka di dalam. Alex selama seminggu ini memilih diam, dan Ara tetap terlihat biasa saja seolah merasa tak bersalah.
"Alex, kebetulan-" Edgar yang baru saja muncul di lorong terkejut melihat Alex hanya melewatinya tanpa mendengarkannya. "Hei, Alex!"
"Nanti saja, ada urusan penting yang harus segera kuurus."
Edgar memandang Irene bertanya-tanya. Irene yang hanya angkat bahu sambil menghembuskan napas lega melihat Alex sudah menghilang dari pandangannya.
...
Alex mematung mendengar suara Ara yang tertawa dan sesekali terdengar suara denting piano. Han sekali lagi memainkan pianonya dan Ara mulai mengiringi piano itu dengan bernyanyi. Suaranya tidak terlalu bagus, tapi nyanyiannya cukup enak didengar.
Alex memandangi Ara yang masih memegang buku dan bernyanyi. Tak lama Han menghentikan permainannya dan menghampiri Ara.
"Kenapa berhenti?" Tanya Ara setengah heran.
Alex sudah tidak sabar lagi begitu Han merangkul pinggang Ara dan nyaris menciumnya, pria itu menarik Han dan memukul rahangnya dengan kepalan tangannya.
"Alex!" pekik Ara.
"Apa-apaan ini?"
"Jangan dekati Ara lagi!" katanya dengan mata yang menyala penuh kemarahan dan menarik Ara keluar dari rumah Han.
"Alex,"
"Diam!"
Alex mendorong Ara masuk ke mobilnya. Keduanya sama sekali tak mengeluarkan sepatah katapun di dalam mobil. Alex terlalu marah, dan Ara terlalu takut melihat kecepatan Alex mengemudi mobil di saat marah. Ketika mobil sampai di depan rumah besar Alex, Ara rasanya tak mampu bergerak sedikitpun.
Alex keluar lebih dulu dan membuka pintu penumpang dan memandangi Ara yang masih memeluk buku yang sedari tadi dipegangnya. Alex menarik buku itu dan melemparnya ke kursi penumpang belakang dan melepas sabuk pengaman Ara, lalu menarik gadis itu keluar dari mobil.
"Hei, itu buku Han yang kupinjam."
Rahang Alex mengeras. Ia menarik Ara ke kamarnya. Pria itu mengunci kamar dan menyembunyikan kuncinya di dalam saku celananya. Ara tak bisa kemana-mana, dan hanya bisa pasrah saja menghadapi Alex yang terlihat marah.
"Apa yang dia lakukan?"
Ara mengerjap. Entah mengapa ia terlihat menunjukkan ekspresi bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I Fell
RomanceDi saat sang kakak di penjara atas tuduhan penculikan terhadap seorang wanita. Ara tinggal di rumah seorang pengusaha misterius yang ternyata adalah tunangan dari wanita yang telah menghilang itu. Awalnya Alex berniat membalas perbuatan sang kakak m...