15 - Ara

10.3K 569 11
                                    

.

..

...

Aku penasaran sekali dengan pembicaraan mereka. Sayang sekali Irene tidak mengizinkanku untuk merapatkan telinga ke pintu. Ia malah membawaku ke pantry dan menyeduh teh entah untuk siapapun itu.

Aku bergerak tak sabar melihatnya mengaduk-ngaduk cangkir teh itu. "Kau ingin sekali mendengar percakapan mereka, bukan?"

"Itu sudah sangat jelas tercetak di wajahku."

Irene menggeleng. "Maaf, aku tak bisa membiarkanmu menguping seenaknya."

"Jika kau membiarkanku, aku berjanji tak akan ketahuan."

Irene menggeleng dan mulai menyeduh teh lagi. "Aku tak akan membiarkanmu. Bisa-bisa pekerjaanku jadi taruhannya. Kau tidak pernah melihat Pak Alex marah bukan?"

"Aku pernah melihatnya." Balasku dengan ekspresi yang sebisa mungkin terlihat menyebalkan. "Hari dimana aku pertama kali bertemu dengannya, aku sudah merasakan kemarahannya."

"Benarkah? Apa yang sudah kau lakukan sehingga membuatnya marah?"

Aku terdiam sejenak. Mana mungkin aku bisa mengatakan yang sebenarnya. "Oh, yah... Aku tidak terlalu percaya padanya dan seperti itulah...."

Aku dapat melihat ekspresi Irene yang tidak terlalu mempercayaiku, cepat-cepat aku mengalihkan pembicaraan. "Kulihat kau begitu dekat dengan Ethan. Apa kalian berpacaran?"

"Oh tidak." Katanya sambil menyodorkan secangkir teh yang baru saja dibuatnya. "Kami tidak akrab. Dia bekerja dengan cara yang cukup misterius."

"Kau tidak tahu pekerjaannya?"

"Tidak. Dia hanya datang ketika Pak Alex membutuhkan. Selebihnya aku tak pernah melihatnya."

...

Aku diam-diam memandangi Han yang tengah berbicara dengan Victoria. Wanita itu lagi-lagi mengenakan pakaian berkabungnya. Blazer hitam dan rok span hitam pula. Rahang Han terlihat tegang, menandakan pria itu tengah marah.

"Tidak! Aku tidak akan membiarkanmu!" Jeritan Victoria terdengar sampai tempatku bersembunyi.

Han mengabaikan wanita itu dan membiarkan wanita itu menangis di sana. Tanpa sadar aku melangkahkan kakiku untuk menghampiri Victoria walau sebenarnya otakku memerintahkan ku untuk sembunyi saja.

"Berhenti!"

Aku menoleh dan memandang Ethan setengah terkejut. Dia memandangiku dengan pandangan tajam.

"Ethan,"

"Tidak seharusnya Anda mencampuri urusan keluarga mereka."

"Keluarga? Maksudmu Nyonya Victoria berkerabat dengan Han?"

"Lebih tepatnya Han adalah anak tiri Nyonya Victoria."

Aku memandangnya setengah tak percaya. Entah mengapa semua hal yang menyangkut kasus Mallory berhubungan dengan wanita itu. "Mereka terhubung juga?"

"Nyonya Victoria menikah dengan ayah Han Willis setelah dua tahun kematian ayah dari Aldian dan Victor Ardan."

Aku menundukkan kepalaku dan berpikir lagi. Semua skenario itu menyerbuku dan membuatku bingung sekali. Aku melirik Ethan yang memandangiku juga dengan pandangan menilai.

"Ah, semua ini membuatku lapar. Aku mau makan. Kau ingin makan siang juga?"

Ethan menggeleng. "Maaf, aku terpaksa menolaknya. Pak Alex tak akan senang."

If I FellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang