16 - Alex

10K 543 5
                                    


.

..

...

Alex menghela napas begitu mendapati Ara tertidur di sofa kantornya. Ia menyadari bahwa Ara tak mungkin bisa dengan cepat melupakan apa saja telah terjadi di antara mereka. Dalam hal ini ia mengutuki dirinya sendiri. Ia sudah terlalu sering menyakiti Ara, tentu ia tidak berhak mendapatkan apa yang diinginkan dengan mudah.

Alex membenarkan bantal di kepala Ara agar tidurnya lebih nyaman lalu membereskan semua katalog itu dan menghempaskannya ke dalam laci mejanya. Dia sudah memundurkannya pernikahannya dan kali ini ia tidak bisa memundurkan lagi hari pernikahannya. Ia ingin membuat pesta ini indah dan tidak terlupakan bagi Ara. Ia akan membayar semua yang telah terjadi di hari pernikahan mereka dulu.

Suara ketukan di pintu membuat Alex mengerang tertahan. Ia tak suka ada yang mengganggu saat ia tengah memandangi Ara yang tertidur. "Masuk,"

Pintu terbuka dan kepala Alan masuk dengan langkah santainya. "Irene bilang adikku ada di sini."

Alex mendesis sambil menunjuk Ara yang tertidur dengan dagunya. Alan tersenyum sambil memandnagi adiknya itu lalu menghadapi Alex dengan ekspresi dingin.

"Aku tidak suka kau memaksanya."

Alex menggeleng perlahan. "Maafkan aku."

"Sudah saatnya Ara pulang bersamaku. Kau tidak bisa membiarkannya terus berada di rumahmu." Desis Alan berusaha untuk tidak membangunkan Ara.

Alex beranjak sambil memandang keluar jendela. Ia tidak ingin membicarakan ini di saat Ara masih berada di ruangannya. Alan mengikutinya dan juga memandang keluar jendela dan bicara dengan suara pelan namun tajam.

"Alex, aku memintamu untuk mengembalikan adikku padaku."

"Aku tidak bisa."

"Kenapa?"

"Aku tidak tenang jika tidak melihatnya di rumahku."

"Tolong hentikan kekhawatiranmu-"

"Dia hari ini pergi menemui Edgar."

Alan mengernyit heran. Ia yakin sekali bahwa ia tidak salah dengar. "Edgar?"

"Ya, sebelum kemari dia pergi ke kantor Edgar terlebih dahulu." Katanya. "Seperti biasa... untuk memuaskan rasa ingin tahunya."

"Apa ini tentang kasus penculikan Mallory?"

Alex mengangguk.

"Tidak biasanya Ara penasaran dengan hal yang seperti ini."

"Mungkin itu disebabkan olehmu juga."

"Aku?" Alan nyaris tertawa.

"Selama kau berada di penjara dia tak berhenti untuk yakin bahwa kau sama sekali tidak bersalah."

Alan tersenyum. "Itulah Ara. Sekali dia mempercayai sesuatu dia akan terus mempercayai itu."

"Bisakah aku meminta pertolonganmu?"

"Untuk apa?"

"Membujuk Ara agar mau menikah denganku."

...

Ara cukup senang saat Alex mengizinkannya untuk pulang ke rumah dan dia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia begitu merindukan kamar sempitnya yang penuh dengan tumpukan buku. Ia sedang ingin membaca beberapa novel sedih untuk menutupi rasa sedihnya sendiri. Alex yang melihat Ara begitu berseri-seri menarik sudur bibirnya sambil tersenyum.

If I FellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang