BAB 2

448K 19.6K 451
                                    


Happy Reading!!!

***
Nadira POV.

"DIDI!!!" teriakan melengking suara yang sangat aku kenal tanpa perlu aku menoleh pun, aku tau pasti itu suara kedua sahabat ku.

Aku membalikkan badanku dan benar saja ada kedua sahabatku yang sedang berjalan menghampiriku.

Saat ini aku sedang berada dikoridor sekolah dan hendak melangkahkan kaki ku untuk menaiki setiap anak tangga.

Tapi panggilan mereka berdua membuat langkahku terhenti.

Aku memang lebih akrab dipanggil Didi. Bahkan kak Lisi juga memanggilku seperti itu. Pokoknya semua orang yang dekat dengan ku akan memanggilku Didi.

Apakah aku sudah menceritakan tentang kedua sahabat ku ini?

Kurasa belum. Kedua sahabat ku bernama Bobby dan Dijah. Apa kalian merasa aneh dengan nama Dijah? Kurasa iya.

Tidak perlu aneh seperti itu. Bagaimana pun kita harus menghargai pemberian nama orang tua mereka.

Biar aku ceritakan sedikit tentang mereka. Bobby dia itu lelaki yang melambai, upss...

Kuharap kalian tidak mengatakanya padanya karena aku telah menjelekanya.

Walaupun begitu Bobby memiliki wajah yang tampan. Bahkan banyak wanita yang tertipu oleh ketampananya.

Dan kalau yang satu ini. Dia cerewet, keras kepala, dan baik sekali. Sifatnya tidak jauh beda dengan Bobby. Dia Dijah. Dia lebih suka adik kelas, anggap saja dia lebih suka brondong.

Aku bersahabat dengan Bobby saat masa MOS sebagai siswi baru di SMA Pancasila ini. Dan kebetulan kami satu kelompok jadi begitulah kami menjadi dekat. Beda dengan Dijah kalau dia. Dia itu sahabatku sejak kecil bahkan kami seperti saudara.

Sewaktu mengetahui orangtua ku meninggal dia tak kalah histerisnya dengan ku. Kami sangan amat dekat bahkan aku juga memanggil kedua orang tuanya dengan sebutan papa-mama.

Kurasa sudah cukup untuk mendekripsikan mereka.
Dan tepat sekali mereka berdiri dihadapan ku.

Tanpa aba-aba mereka langsung memelukku hingga hampir saja aku terjungkal kebelekang kalau aku tidak sigap.

Maklumi saja karena aku tidak masuk sekolah selama seminggu. Kalian pasti tau apa yang menyebabkan aku tidak masuk sekolah.

"Kita kangen banget sama lo, Di." ucap Dijah, dan mereka lebih mengeratkan pelukanya.

"Iya, say. Apalagi gue, gue kangen banget sama temen gue yang cupu ini." ucap Bobby dengan dramatisnya. Sudahku bilang bukan? Kalau Bobby ini cowo yang melambai.

Tapi tunggu dulu apa yang dia bilang. Cupu? Oke...itu memang benar, tapi bisakah dia tidak menegaskanya.

"Aku juga kangen benget sama kalian. Tapi kalian bisakan ngelepasin pelukannya? Aku mulai sesak." ujarku yang dibalas dengan kekehan mereka dan mereka melepaskannya.

"Sorry sorry." ucap mereka berbarengan.

"No problem." balas ku. Aku membenarkan letak kacamata ku yang merosot.

"Kekantin dulu yuk! Sebelum masuk kelas, gue laper belum sarapan." ajak Bobby sambil memegangi perutnya.

"Yaudah, yuk." balas Dijah dan aku hanya mengangguk.

Kami berjalan beriringan menuju kantin. Dan tak lupa pula dengan kedua sahabatku yang menggandeng tangan ku seakan aku ini buronan yang ingin kabur.

Sesampainya dikantin kami duduk disalah satu tempat duduk dikantin.

"Lo mau mesen apa Jah, Di? Biar sekalian" tawar Bobby.

Because I'm... Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang