Prologue (telah direvisi)

574 150 83
                                    

Seorang lelaki kecil, Devian. Berjalan santai dengan senyum mengembang sempurna di wajahnya- menuju gadis kecil yang sesaat baru saja berkolaborasi dengannya. Dia Rara.

Suara tepuk tangan mulai mendominasi gedung auditorium sekolah.

Baru saja mereka membawakan sebuah lagu dari Celine Dion yang berjudul my heart will go on dengan sempurna. Para penonton mulai berdecak kagum mendengar petikan gitar Devian dan juga suara emas Rara yang sangat menawan. Padahal umur mereka masih menginjak tujuh tahun.

"Suara kamu bener - bener keren," puji Devian sesaat setelah mereka turun dari panggung.

Rara tersipu malu. "Makasih ya, kamu juga keren kok main gitarnya. Aku suka deh."

Lelaki itu terdiam sejenak. "Gimana kalo kita bentuk band aja?"

Mendadak raut wajah Rara berubah sendu. "Maaf Ian, aku gak bisa."

Devian mengernyit. Tak lama mengangguk paham. "Kamu gak mau ya?"

Rara mulai bergerak gelisah. Tangannya tanpa sadar meremas ujung rok yang dikenakannya.

"Bukan gitu. Tapi.."

"Tapi?"

"Aku bakal pindah hari ini juga."

Devian terdiam. "Hari ini?"

"Iya Ian, maafin aku ya. Ini terakhir kalinya kita bisa bawain lagu berdua."

Devian menunduk. "Oke gapapa. Kamu.. Hati hati ya."

Devian melangkah pelan meninggalkan Rara yang menatapnya sendu.

"T-tunggu!"

Devian berhenti kemudian berbalik dengan sedikit ragu.

"Apa kita bisa ketemu lagi suatu saat nanti?"

Devian mulai kembali melangkah mendekati Rara. "Emang bisa?"

Gadis itu mengetukkan jari telunjuk di dahinya seraya berfikir.

"Mungkin kalo kita punya benda yang tahan lama, kita bisa kenal satu sama lain dari benda itu nanti."

Devian mengernyit, masih tidak paham dengan apa yang dikatakan Rara. "Maksudnya?"

Rara menepuk jidatnya pelan. "Maksud aku. Kalo kita punya benda kaya.. Emm.."

"Mobil mobilan?" tebak Devian asal.

"Bukan."

Devian menggaruk keningnya yang tidak gatal. "Mainan barbie kamu?"

Gadis itu mendengus. "Bukan mainan Ian. Kalo mainan kan gak tahan lama."

Devian kembali berfikir. "Baju, celana, sepatu, jam tangan, kalung-"

"Apa tadi?"

Devian mengernyit. Lantas mengulanginya. "Baju, celana-" "bukan," sela Rara cepat.

"Yang terakhir," lanjutnya lagi.

"Apa yang terakhir?" gadis itu mendengus seraya memutar bola matanya.

"Eh. Maksud kamu kalung?"

Rara mulai berbinar mendengarnya. "Aha! Iya! Kalung. Kita bisa ketemu suatu saat nanti cuma dengan ngeliat kalung itu."

Devian terdiam sejenak. Tak lama senyumnya mulai terbit di wajahnya. Tangannya mulai meraih benda di balik kemejanya.

"Nih." Devian memberikan kalung itu yang langsung diterima oleh Rara.

"Kalung gitar?"

Devian mengangguk. "Itu kalung pemberian papa waktu aku ulang tahun. Liontinnya gitar, karena aku suka gitar."

Rara terdiam sejenak. Gadis itu menunduk seraya melepaskan sesuatu.

"Nih.." Tangan Rara menggantung untuk memberikan sesuatu yang telah dilepaskannya tadi.

Devian mengernyit. "Kalung juga?"

Gadis itu tersenyum seraya mengangguk sekilas. "Oh ya.. Apa cuma karena kalung ini kita bisa ketemu lagi? Apa kamu yakin kalung ini gak dimiliki sama orang lain selain kamu?"

Devian mengangguk mantap. "Kamu tenang aja. Papa aku pesen khusus kalung ini di pembuatnya. Di situ ukiran ukirannya juga klasik banget. Dijamin gak bakal ada yang punya."

Rara memutar mutar kalung itu. "Tapi kamu yakin mau ngasih kalung ini buat aku?"

Devian kembali mengangguk. "Demi ketemu kamu dan bisa main berdua lagi, aku pasti kasih."

Rara tersenyum. "Kalo kalung punya aku liontinnya microfone. Kamu tau kan aku suka nyanyi?"

Devian mengangguk seraya mengambil kalung itu dari genggaman Rara kemudian memakainya. Begitu juga Rara yang langsung memakai kalung pemberian Devian.

Mereka tertawa bersama setelah bertukar kalung.

Tak lama Rara mengernyit saat melihat sesuatu di kalung itu.

"Ian?" gumamnya.

Devian tersenyum. "Ukiran itu juga yang bikin aku yakin kita bakal ketemu lagi nanti."




A/n :
Part ini sudah direvisi guys. Dan yang bingung kenapa partnya loncat loncat dan gak nyambung, itu karena belum aku revisi semuanya. Terus yang aku private juga cuma buat yang belum direvisi. Thanks udah mau baca.

Past MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang