09 (telah direvisi)

235 93 31
                                    

Keira tertawa kencang sebelum akhirnya menutup wajah dengan kedua tangan sejenak untuk menetralkan mimik wajahnya.

"Oke, jadi..." Gadis itu sengaja menggantungkan kalimat seraya mengelap ujung mata yang mulai mengeluarkan air.

Devian memandangnya datar sembari berdecak. "Buruan!"

Keira tertawa kecil, dia sangat suka melihat Devian dengan raut wajah kesalnya. Tapi tak ayal juga dia menantikan senyuman manis lelaki itu yang entah muncul setiap berapa tahun sekali layaknya kemunculan komet halley.

Keira kembali melanjutkan. "Jadi, aku harus pinjem handphone kamu dulu sekarang, sini." Tangannya terulur di hadapan Devian.

Devian mengernyit bingung, "buat apaan?"

"Mau aku tolongin apa nggak nih?"

Devian mendengus kesal, tetapi dia juga menuruti Keira untuk memberikan handphone-nya. Meskipun diselubungi dengan perasaan was - was.

Tampak Keira sedang mencari - cari sesuatu di handphone Devian. Selang beberapa detik kemudian, senyumnya mengembang sempurna.

Devian berusaha mengintip apa yang dilakukan Keira dengan ponselnya. Tetapi gadis itu mempunyai kadar kepekaan yang tinggi. Saat Devian mendekat, Keira langsung menjauhkan ponsel Devian meskipun dia tidak melihat jika lelaki itu sedang berusaha mengintip aktivitasnya.

"Oh iya, nanti kalau aku bilang yang aneh - aneh, kamu diem aja ya gak usah protes kalo mau misi ini berjalan dengan sukses. Oke?"

Devian menatapnya bingung. Tiba - tiba perasaan buruk semakin mengelilinginya. "Jangan ngomong yang aneh - aneh, Ran!"

Keira menatap Devian sembari mengerjap. "Eh? Ran siapa?"

Devian mendengus. "Singkatannya Loranthus!"

Keira membulatkan bibirnya seraya tertawa kecil sembari mendekatkan handphone Devian ke telinganya.

Lelaki itu bergeming memperhatikan gerak - gerik Keira.

Sejenak Keira berdeham. "Hallo, Lyra kan?"

Devian melotot saat mendengar Keira mengucapkan nama Lyra. Ingin sekali tangannya meraih ponsel itu dengan cepat jika Keira tidak memberinya kode untuk diam.

Devian menghela nafas pasrah.

"Lah? Ini bener nomernya si kak Dev kan ya?"

Keira mengangguk. "Iya bener."

"Lah? Terus yang ngomong sama gue ini siapa? Kok suara cewek?"

"Iya. Gue ceweknya Devian."

Devian melotot. Udah gila nih cewek. Lelaki itu mengusap dadanya pelan seraya memperingatkan dirinya sendiri untuk bersabar.

"Gue Keira. Yang tadi main digeret aja sama Devian."

"Oh.. Lo yang tadi itu? Sejak kapan lo jadi ceweknya? Kok gue baru tahu?"

"Ya.. Gitulah, nanti Devian aja deh yang bakal jelasin ke lo. Oh ya, maksud gue telpon lo sekarang ini cuma mau bilang kalo Devian gue pinjem sebentar ya. Bolehkan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Past MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang