Keira mengecek kembali jam kecil yang melingkar di tangan kirinya.
08.45
Saat ini Keira sedang duduk di jok motor Adit yang terparkir di taman belakang sekolah yang sangat asri dan damai tetapi jarang dikunjungi oleh siswa karena letaknya yang lumayan jauh. Kebanyakan siswa berkumpul atau hanya berbincang bincang lebih memilih taman di tengah sekolah karena lebih luas dan asri.
Dia sendirian, menunggu Adit yang disuruhnya berjalan menuju minimarket di ujung jalan dekat sekolah mereka beberapa menit yang lalu.
Keira mendengus. Sudah tiga puluh menit lebih dirinya menunggu pemilik kendaraan yang ditumpanginya saat ini.
"Kemana aja sih tuh ingus bunglon? Lama amat."
"Anjir!" Keira menoleh ke samping saat merasakan kepalanya dijitak seseorang.
Adit menaikkan sebelah alisnya. "Siapa tuh ingus bunglon?"
Keira menatap Adit kesal. "Elo lah. Siapa lagi."
Adit menganggukan kepalanya, tangannya diletakkan di dagu seperti seorang profesor yang sedang mengamati objeknya. "Gitu ya?"
Adit mengambil satu buah sosis siap makan yang baru saja dibelinya. "Kalo gitu ini buat gue." Adit memakan sosis itu seraya tersenyum mengejek.
Keira terbelalak. "Lo kok makan sosis gue sih? Sini balikin, monyet!" tangannya terulur untuk merebut toples berisi sosis di dalam kantung plastik. Tetapi Adit makin menjauhkannya.
"Ogah! Salah sendiri ngatain gue yang enggak enggak." Lelaki itu menjulurkan lidahnya.
Keira mendengus. "Oh.. Ngajak ribut lo ya?" Adit mengendikkan bahunya seraya memakan kembali sosis yang masih di tangannya.
Keira tertawa terpatah patah berusaha mengikuti gaya para pemain antagonis di beberapa sinetron yang sering dilihatnya. Tangannya bergerak menaikkan sedikit lengan bajunya layaknya seorang jagoan yang akan beraksi.
Tak lama dia menepukkan tangannya lalu menatap ke arah langit dengan takjub dan menunjuknya dengan heboh. "Anjir, Dit! Ada ulat yang di iklan tv pucuk - pucuk lagi terbang!" Gadis itu berdecak kagum seperti habis melihat salju yang baru saja turun di Jakarta.
Adit memiringkan kepalanya, "gue gak bakal ketipu."
Keira mendengus seraya meniup ujung poninya pelan. "Oke. Liat ya seberapa hebatnya gue ngelawan tiang listrik hidup di depan gue ini."
Adit tersenyum miring. Sedetik berikutnya Keira berlari ke arahnya. Tangannya yang memegang kantung plastik otomatis diangkat tinggi - tinggi.
Keira berdecak. "Anjir kan, jangan pake kekuatan mimikri bunglon lo yang menyerupai tiang listrik dong, elah."
Adit tertawa keras. "Salah sendiri pendek."
Keira mengerucutkan bibirnya. "Gue gak pendek, lo aja yang ketinggian."
"Mana bisa?"
"Ya bisalah." Gadis itu meloncat. Tetapi tak bisa menggapai kantung itu.
Dua kali, tiga kali, hingga lima kali tetap tidak bisa.
Memang nasibnya mempunyai tinggi yang hanya sebatas bahu Adit dan mempunyai gerak lompatan yang minim.
Keira mendengus kemudian mencubit kedua pipi dan hidung Adit. Karena masih tidak berhasil akhirnya dengan kesal mengacak dan menarik rambut Adit ganas.
"Aish!" Adit meraih kedua tangan Keira di kepalanya.
Gadis itu terdiam seketika dan menahan tawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Past Memories
Fiksi RemajaBeberapa part diprivate karena belum direvisi. Part yang belum direvisi bakalan beda sedikit alurnya. Jadi lebih baik kalian baca yang udah direvisi dulu. :) Hanya kisah klise yang menceritakan cinta segitiga antara Devian, Keira, dan Adit di masa p...