04 (telah direvisi)

344 117 59
                                    

Devian masih terus menatap punggung Keira yang berjalan menjauhinya. Entah mengapa ada perasaan bersalah yang tiba - tiba muncul dalam dirinya.

Apa.. Gue bener - bener kelewatan?

Devian menunduk seraya bergumam tak karuan.

Hingga lima belas menit telah berlalu, lelaki itu masih sama seperti tadi layaknya mencerna setiap kata yang baru saja dilontarkannya.

Tak lama Devian kembali menatap Keira. Gerakan gadis itu mulai melambat sesekali tangan kirinya menepuk pundak sebelah kanannya. Gadis ini pasti mulai terasa pegal.

Devian menghela nafas. Tangannya meraih headset yang sedari tadi dipakainya tetapi sama sekali tak mengeluarkan suara apa pun--kemudian melepaskannya.

Dia berdeham sebelum akhirnya melangkah menuju Keira.

"Lo mau ikut gue?"

Keira menoleh dengan cepat. "Ikut? Mau ke mana?"

"Katanya lo laper tadi."

Keira terdiam seraya mengerjapkan matanya. "Iya emang."

"Terus?"

Gadis itu memiringkan kepalanya. "Terus? Apanya terus?"

Devian menghela nafas seraya berfikir kata - kata yang tepat agar tidak membuat Keira berfikir bahwa dia sedang mengajak gadis itu untuk makan.

"Gue tadi kan udah janji mau traktir lo makan."

Keira mengangguk seraya menatap Devian tidak mengerti.

Devian menghembuskan nafasnya kasar. Kenapa bolotnya kumat lagi? Diem aja lagi.

Devian tersadar. Dia menepuk keningnya pelan. Barusan kan gue bilang ke dia supaya gak childish. Pantes sekarang diem.

"Kamu kenapa nepok jidat? Ada nyamuk ya? Sini aku aku pukul dia sampe gepeng." Keira meletakkan sapunya dipundak layaknya itu adalah tongkat baseball milik Harley Quinn yang akan dia buat untuk memukul nyamuk itu.

Devian menatapnya malas.

Seketika Keira kembali terdiam dan perlahan menurunkan sapunya kembali.

"Sorry lagi Devian.. Aku gak sadar barusan."

Devian menggaruk keningnya yang tidak gatal. "Udah deh, mendingan kita ke kantin sekarang. Gue kan udah janji mau traktir."

Keira mengerjap. "Tapi kan aku belum selesai."

"Gak apa. Ayo."

"Eh? Beneran?"

Devian mengangguk.

Keira membuang asal sapunya seraya berjoget - joget senang. Tanpa sadar dia juga berteriak saking girangnya.

Tak lama Keira tiba - tiba berhenti. Menatap Devian sembari tersenyum kaku. "Ups.."

Keira tertawa garing. "Sorry lagi, Dev. Aku bener - bener keceplosan."

Past MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang