06 - Kegiatan Mereka Siang Itu

1.5K 213 10
                                    

Dokter Ryu duduk menikmati segelas bir di kafe. Dia duduk bersama Tuan Hakan dan Jimmy di sana. Bersulang. Kehidupan orang-orang kaya. Jadi mereka pun mengobrol satu sama lain.

Dokter Ryu merasa letih dan bosan bekerja di salah satu rumah sakit swasta di Kota Pontianak. Dia mengeluh karena gaji yang ia terima kurang layak. Ya, sebagai seorang dokter bedah tulang, seharusnya dia mendapatkan upah yang mahal, karena dokter tulang masih sangat jarang ditemui. Begitulah penilaiannya mungkin.

Dia berkata, "Mungkin memang aku harus hijrah ke Jakarta untuk merubah nasibku."

Jimmy berkomentar, "Hidup adalah sebuah pilihan. Di mana kau harus pintar-pintar memilih, mana yang baik untuk dijalankan, dan mana yang buruk untuk ditinggalkan."

Dokter Ryu menatap Jimmy penuh wibawa. "Sejak kapan kau bisa merangkai kata sebijak itu?"

Jimmy terkekeh, "Aku adalah seorang arstitek, jadi seni itu seperti kalimat bijak."

"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan, Jimmy?" Dokter Ryu menyandarkan tubuhnya, kembali meneguk bir.

Hakan ikut berkata, "Kalian berdua masih sama seperti dulu, suka bercanda."

"Ya, itulah kami." Jimmy tertawa.

Hakan sudah beranjak, dia pun pamit pergi untuk menemui tamu undangan lainnya.

Dokter Ryu dan Jimmy hanya mengangguk. Mempersilahkan si milyuner itu pergi keluar. Mereka berdua kembali menikmati pestanya. Bersulang.

***

Fery dan kekasihnya yang masih asyik menikmati wahana liburan di kejutkan dengan kehadiran Hakan.

"Hakan! Astaga! Kau mengagetkanku saja." Fery sudah memeluk tubuhnya, menepuk-nepuk pundaknya dengan hangat.

Hakan tersenyum, kemudiam melirik ke wajah gadis cantik di sebelah Fery, dia lantas berbisik, "Apa dia istrimu?"

"Eh, istri?" Fery melipat dahi, "bukan, dia kekasihku."

"Oh, kau pandai memilih wanita, kawan. Kau tidak pernah berubah sejak dulu."

"Oh ya, perkenalkan, kekasihku, namanya Claudia." Fery menarik tangan wanita itu.

Claudia memberi salam, tersenyum simpul. Hakan membalasnya dengan anggukan takzim dan senyum tipis.

"Bagaimana soal kemajuan perfilman di negeri ini? Kenapa sudah hampir dua tahun film-film garapan kau tidak muncul juga?"

Mereka bertiga berjalan-jalan mengitari wahana permainan.

Fery menjawab, "Sangat berkembang sekali perindustrian film di negeri ini. Aku sangat antusias menyambut proyek-proyek baru yang akan datang."

"Apa rencanamu mengenai film baru yang akan kau buat, Pak Sutradara?"

"Aduh, jangan panggil aku Pak Sutradara." Wajah Fery memerah.

"Ku harap film-film kau itu lebih bagus dari pada mereka."

"Tapi sangat sulit untuk menyalip rekor Wakrop DKI Reborn maupun Laskar Pelangi di negeri ini. Mereka masih memegang film terlaris sepanjang masa negeri ini." Fery mendesah kecewa.

"Tapi, kau bisa saja kan membuat film baru lain yang anti mainstream dan lebih segar tentunya?" Hakan menatap wajah Fery, tidak berkedip.

Claudia berdehem, "Pacarku ini, katanya ingin membuat film romantis sepertibTitanic. Dan kapal inilah yang akan menjadi latar belakang film roman tersebut."

Hakan menatap Fery antusias. "Kau serius, Fery? Apa yang di katakan Claudia itu benar?"

Fery tertawa pelan, "Tentu saja tidak, Hakan. Claudia ini suka bercanda."

Wajah Claudia merah padam.

Mereka terus menikmati obrolan tentang perfilm-an di negeri mereka ini. Fery dan Claudia merupakan sepasang kekasih yang sangat cocok dan klop. Mereka sangat berwibawa dan bersahabat.

***

Di dalam kamar. Joseph Iliana seorang model seksi itu sedang menikmati air hangat di bak mandinya. Kaki dan tangannya terasa kaku setelah melewati perjalanan yang panjang dari Jakarta menuju ke Bali. Beberapa hal melintas di pikirannya, Hakan seorang makhluk yang penuh perasaan dan tindakan.

Dia berpikir, "Aku harus melakukannya," dan setelah itu melupakan hal-hal yang lain, yang ada di pikirannya.

Air hangat yang nyaman, badan yang penat. Setelah itu, dia membaringkan tubuh mulusnya di atas kasur empuk, terlelap dalam mimpinya di siang bolong.

***

Eza dan Putu sedang duduk berhadapan dengan model terseksi dan berpayudara besar yang sering menghiasi majalah tabloid dewasa. Perempuan itu bernama Mery Iskandar. Dengan memakai kaos oblong putih dan celana jeans ketat pendek, rambut panjang tergerai, bibir merah merona, dan bulu mata panjang. Memang wanita yang sangat menggoda kaum adam.

Sesekali Putu mengecek penampilannya melalu layar smartphone-nya, menggunakan kamera depan.

Eza yang sedari tadi membuka obrolan, semakin asyik saja menikmati waktu siang menjelang sore itu berteman dengannya.

"Apakah anda mengenal Patrick Hehanusa?" Mery bertanya.

Eza tertawa pelan, memasang ekspresi terbaiknya, "Tentu saja aku kenal dia. Dia rekan bisnisku, yah walau dia agak merepotkan."

"Dunia bisnis memang rumit ya." Mery berkata pelan.

"Memamg rumit, bukan begitu, Putu?" Eza menyikut lengan Putu yang dari tadi cuma mematung, dan mencuri-curi pandang ke tubuh seksi Mery.

"Eh, iya betul." Putu menyeringai, seringainnya lebih mirip seperti seringai kuda congek.

"Kenapa kau sendiri terjun ke dunia model?" Eza bertanya antusias.

Mery membasahi bibir, "Hm, karena itu cita-citaku sejak kecil."

"Eh, cita-cita?" Putu memotong.

"Ya," jawabnya pendek dengan senyuman manis yang menggoda.

"Aku pernah melihat pose-mu dalam memakai kostum wonder woman, salah satu karakter hero favoritku, dan itu sungguh menakjubkan sekali. Kau tampak seksi dan cantik sekali Nona Mery." Eza memuji-muji.

Mery tertawa pelan, "Apa aku terlihat seksi?"

"Ya, tentu saja," Eza kemudian menurunkan volume suaranya, "bahkan menggoda sekali."

Putu yang samar-samar mendengar kalimat itu segera tertawa.

"Kenapa kau tertawa, Putu?"

"Tidak apa-apa. Aku hanya terkejut melihat video di IG." Putu kembali menahan tawa, sebenarnya tawa itu diperuntukan untuk Eza yang terlihat bernafsu dengan Mery.

Mery kemudian beranjak, "Aku mau mandi dulu. Biar lebih segar. Aku tinggal dulu ya."

"Oh ya, sampai bertemu lagi." Eza melempar senyum, begitu pula Putu di sebelahnya.

Tubuh seksi itu berjalan sangat anggun dan menggoda. Dari kejauhan, Eza dan Putu menatap pantat besar yang bergoyang itu berjalan semakin menjauh. Kedua mulut mereka tebuka, menganga. Bukan main, mereka berdua sudah benar-benar terpikat dengan kemolekan tubuh model majalah orang dewasa itu.

***

Di dalam kamarnya, Friska sedang duduk membaca novel best seller karya Agatha Christie yang berjudul Pembunuhan Atas Nama Roger Ackyord. Novel yang dia dapat dari perpustakan kecil di dekat kamar, cukup lengkap buku-buku di sana. Ada pengetahuan, sejarah, novel, bahkan komik juga ada.

Bibirnya bergerak-gerak mengikuti tulisan. Sesekali meneguk jus jambu dan mengunyah cemilan. Serba lengkap. Kamar ber AC, televisi LED, DVD player, salon, kulkas, kamar mandi di dalam, kasur empuk, lemari, lengkap sekali.

Tapi gadis cantik itu lebih memilih membaca novel ketimbang bersantai ria, atau berkeliling melihat-lihat seluruh ruangan di dalam kapal megah tersebut.

***

(Next)
Vote dan Komentarnya

7 Surat Berdarah (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang