08 - Dua Pembunuhan

1.5K 208 13
                                    

Hari kedua di dalam Kapal Java Mary. Kejutan pertama hadir di pagi buta. Eza Pahabol ditemukan tewas di dalam ruang klasik, dengan mata melotot, tubuhnya terlentang di lantai. Diduga dia terkena serangan jantung.

Edo tidak bisa melanjutkan tidur pagi itu. Awalnya dia mengira kematian Eza Pahabol karena serangan jantung. Itu teori Dokter Ryu yang diperkuat oleh Putu, sahabat dekat Eza yang juga hadir di dalam Kapal Java Mary.

Edo masih terpikirkan soal angka berwarna merah darah di dalam amplop surat undangan dari Hakan Arazi.

"Edo! Apa kamu di dalam?" Friska mengetuk pintu kamarnya.

Tanpa pikir panjang, Edo bergegas membuka pintu kamarnya.

"Eh, Friska. Ada apa?"

"Boleh aku masuk ke dalam?"

"Eh, ya, silahkan masuk."

Friska duduk di sofa, begitu pula Edo.

"Apa menurutmu kematian Eza itu disebabkan karena serangan jantung?" Friska menatap wajah Edo lamat-lamat.

Edo menyandarkan tubuhnya. "Kalau serangan jantung, bisa jadi. Tapi ada yang aneh menurutku."

"Aneh? Apa itu sebuah pembunuhan?" Friska mengernyitkan dahi.

"Aku punya satu pertanyaan untukmu, Friska." Edo menghela napas, "kau tadi ikut sarapan pagi bersama tidak?"

Friska mengangguk.

"Siapa saja yang tidak hadir di sana?" Friska memutar bola matanya, berpikir sejenak. "Kamu dan Mark."

"Ya, kamu tahu kan, kalau aku ketiduran. Ya, bisa saja aku menjadi salah satu tersangka itu. Tapi tunggu-tunggu..." Edo tidak melanjutkan kalimatnya.

"Ada apa, Edo?"

"Mark! Kau yakin tidak melihat Mark pagi itu?" Edo menatap Friska dengan tatapan yang menakutkan.

"Ya, memangnya kenapa, Edo?"

"Jangan-jangan Mark...."

"Mark kenapa?" Friska menatap wajah Edo yang terlihat panik dan ganjil.

"Mark pasti dibunuh!" Edo bergegas memakai sepatu.

"Dibunuh? Jangan bercanda, Edo." Friska masih tidak mengerti apa yang dimaksud dengan ucapan Edo barusan.

"Soal angka di dalam surat undangan itu. Dia mendapatkan angka nomor satu. Dari awal aku sudah sedikit curiga soal angka aneh itu."

"Jadi, semua tamu undangan di kapal ini akan menjadi korban pembunuhan?" Friska mengernyitkan dahi. Ekspresi wajahnya terlihat ketakutan.

"Ya. Ada tujuh orang."

"Termasuk kita?" Friska bertanya memastikan.

Edo menggeleng. "Tidak."

"Aku harus memberitahu Tuan Hakan. Ayo bantu aku, Friska." Edo sudah melesat dengan cepat, Friska mengekornya dari belakang. Mereka berdua berlari keluar dari lobi penginapan, menuju ke halaman tengah yang luas.

Beberapa pelayan menatap kedua pemuda itu bingung. Satu-dua berbisik dan mencemooh kelakuan Edo dan Friska. Mereka terus berlari, tanpa menghiraukan pandangan sinis dari para karyawan Kapal Java Mary yang berhilir mudik.

"Memangnya kamu tahu di mana ruang pribadi Tuan Hakan Arazi?" Friska bertanya.

"Ikuti saja aku. Kemarin aku sudah berkeliling separuh dari kapal ini. Aku tahu di mana ruangannya." Edo membelok di ujung lorong, naik tangga, dan belok lagi mengikuti lorong.

7 Surat Berdarah (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang