05 - Makan Siang

1.7K 241 10
                                    

Jam tangan melingkar Edo sudah menunjuk ke angka sepuluh lebih lima belas menit. Beberapa tamu undangan sudah digiring menuju ke salah satu restoran termewah yang letaknya ada di dek lima.

"Aku tidak menyangka kalau kita akan diperlakukan seistimewa ini, Edo." Arif berbisik pelan.

"Kau jangan membuatku malu di acara makan siang ini." Edo berbisik pelan.

"Menurutmu, gadis itu cantik tidak?"

"Model itukah?"

"Bukan dua model itu." Arif menepuk dahi.

"Lalu, siapa yang kau maksud?"

"Itu yang di belakang kita. Salah satu kontestan yang berhasil lolos dari kompetisi seminggu yang lalu."

Edo menoleh ke belakang, "Oh!"

"Kok cuma oh?"

"Cantik. Kau mau ku kenalkan dengannya?"

"Tidak usah. Aku bisa melakukannya sendiri." Arif mendengus.

Semua tamu undangan sudah berada di dalam restoran yang menakjubkan. Meja persegi panjang dan lilin yang menghias di atasnya menjadi daya tarik sendiri. Lampu-lampu kristal yang menghias di langit-langit ruangan, menambah kemewahan restoran Italia La Veranda tersebut.

Semua tamu undangan masing-masing sudah duduk takzim. Satu-dua dari mereka masih bercakap-cakap. Jimmy terlihat sangat akrab sekali dengan Mark, Putu dan Eza. Mereka sepertinya sudah saling mengenal sejak lama. Sedangkan Dokter Ryu asyik bercakap dengan Fery dan duo model seksi. Mereka juga terlihat sudah saling kenal sebelumnya.

Adalah Hakan Arazi yang kemudian datang mealalui pintu ganda yang letaknya ada di ujung restoran ala Italia ini. Wajahnya tampak cerah, rambutnya pendek dan tertata rapi, menggunakan kemeja batik dan celana hitam, serta sepatu kulit berharga mahal pastinya.

"Apa itu yang bernama Hakan Arazi?" Edo berbisik pelan, bertanya.

Belum sempat Arif menjawab, gadis yang bernama Friska memotong, "tentu saja. Apa kau tidak mengenalnya?"

"Eh, maksudku. Yah, aku sudah mengenalnya, tapi belum pernah melihatnya." Edo terbata-bata.

"Ya, tidak ada yang tidak kenal dia. Hakan Arazi, seorang milyuner." Friska tersenyum simpul.

"Apa kau merupakan tamu undangan melalui kompetisi minggu lalu?" Edo bertanya.

Friska menjawab, "Ya, anda benar. Kalian berdua juga kan?"

"Ya, tentu." Arif sudah menjawab lebih dulu. Dia sangat tanggap jika urusan perempuan.

"Kalian berdua memang hebat. Bisa memecahkan sepuluh soal teka-teki terumit itu." Friska kembali tersenyum.

"Eh, ya, terima kasih," ucap Edo.

"Kau juga hebat." Arif menyeringai, "eh, kalau boleh tahu, siapa nama anda?"

"Friska Ratuliu. Panggil saja Friska." Gadis itu tersenyum lagi.

Lengang sejenak.

Hakan Arazi sudah berseru di ujung meja memberi sambutan kepada para tamu undangan yang sudah duduk takzim di tempat duduk mereka masing-masing. Satu-dua pelayan restoran sibuk berhilir-mudik membawa makanan dan menaruhnya di atas meja. Wajah-wajah mereka terlihat sangat bersahabat.

"Ah, terima kasih sekali untuk para sahabat-sahabatku yang sudah hadir di acara persemian Kapal Java Mary. Aku harap kalian bisa menikmati kenyamanan yang ada di dalam kapal ini." Hakan Arazi menyambut mereka dengan senyuman hangat. Tepuk tangan menghiasi ruang makan sesaat setelah Hakan menutup sambutan itu, dan masing-masing dari mereka sudah asyik menyantap makanan dari Negeri Italia tersebut. Mulut dan tangan bekerja kompak.

7 Surat Berdarah (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang