BAB 3

1.9K 93 2
                                    

23.00 WIB - Pasukan mulai di berangkatkan menggunakan truk Mitsubisi Fuso 6x4. Malam itu begitu sunyi musuh belum menyadari keberadaan mereka, bahkan mereka sudah hampir mendekati titik akhir penurunan.
Koramil 2107/Jonggol a.k.a Sarang Teroris
23.15 WIB - "Boss bagaima rencana selanjutnya?" tanya Zahran "Tenang Ran, kita tunggu infasi pasukan dari Sumatra sampai Jakarta. Komandan Raka bilang kalau Sumatra akan dapat langsung kita rebut dalam sekali serang. Tugas kita hanya memancing perhatian TNI, saat mereka lengah kita serang secara mendalam. Kita harus bisa menahan pasukan TNI selama mungkin. Jika TNI berhasil masuk kesini kita langsung pergi ketempat lain." jelas Ilham "Saya mengerti Boss" jawab Zahran.
Objek Vital RSUD Cileungsi
23.30 WIB - Pasukan gabungan telah di turunkan di depan RSUD untuk mengamankan objek vital tersebut. "Ingat, ini objek vital jadi berhati hatilah. Minimalisir kerugian dari pihak kita dan sipil. Paham" jelas Mike kepada seluruh anggota.
Terlihat 3 orang teroris bersenjata sedang berjaga di ruang loby. Melihat hal tersebut Roby mengambil granat asapnya dan siap untuk dilemparkan. "Sersan, tahan lemparan mu. Ini rumah sakit, sandera mereka adalah pasien disini jagan gunakan smoke*" sebuah peringatan keras keluar dari mulut Letnan Satu Ageng. "Sandhi, Galih ikut saya. Yang lain, lindungi kami" perintah Mike. Tiba-tiba lampu loby padam dan mengejutkan para teroris di dalam, "krek... sleb... arghh..." terdengar suara-suara patahan tulang, tusukan pisau dan erangan-erangan dari dalam loby. Selang beberapa menit lampu loby kembali menyala, para teroris sudah tergeletak tak bernyawa di lantai. Hanya Mike, Sandhi, dan Galih yang masih berdiri tegak memberi isyarat agar sisa pasukan segera masuk. "Bagi 4. Tiga orang, tiga orang amankan gedung utama." perintah Ageng.
Di lantai satu terdapat Ageng, Widia dan Roby untuk melakukan penyisiran. Dengan sangat berhati-hati agar tidak membangunkan pasien yang sedang beristirahat, satu persatu ruangan mereka periksa dengan cermat. Sampai di ruang rawat inap VIP seorang wanita sedang dilucuti pakaiannya secara paksa oleh seseorang. "Let, percobaan pemerkosaan" lapor Widia "Dimana?" tanya Ageng "Rawat inap, VIP" jawabnya. Ageng langsung bergegas untuk menolong si korban "Suster" kata Ageng dalam hati, hal itu dapat dengan mudah ia ketahui karena pakaiannya. Ageng mencoba membuka pintu secara perlahan agar tak di ketahui teroris tersebut, namun pintunya terkunci dari dalam, terpaksa dia menendang pintu itu sampai roboh dan mengejutkan penghuni ruangan. Ia tak langsung menembak melainkan melakukan duel dengan si teroris yang sedang tidak mengenakan celana itu. Satu tendangan keras darinya langsung mengenai alat kelamin lawannya, yang langsung tersungkur. "Ikut saya, saya tidak ingin menyakiti kamu" ajak Sandra sambil menyelimuti si korban tadi. "Eksekusi pak" kata Roby dengan nada bercanda "Biarkan saja dia terkunci di dalam, biar tau rasa!" jawab Ageng. "Sandra kamu rawat dia dan cari suster lain, supaya kita bisa lanjutkan sesuai rencana. Roby ikut saya, kita sapu bersih tempat ini." perintah Ageng.
"Tsuu..." sebuah tembakan jitu yang merobohkan salah satu anggota Marinir yang berada di lantai 2 gedung bersama Nevia dan Sandhi "Sniper... cepat sembunyi di balik tembok" teriak Via sambil lompat kedalam sebuah ruang periksa. "Mujur juga ni senjata" gumam sniper tersebut. Tanpa pikir panjang Sandhi menggunakan WiMax nya untuk mengetahui posisi snpier tersebut "Kapt. Masuk, disini LetTu Sandhi mohon bantuan. Ada sniper di menara Masjid belakang, berhasil merobohkan Kopral Satu Rafly." kata Sandhi melalui radio komunikasi lokal yang telah menememukan posisi penembak gelap tersebut berkat bantuan WiMax "Laporan diterima saya dan tim segera menuju kesana" jawab Mike. Tim Mike segera menuju ke lokasi yang di tandai, tanpa berpikir lama ia memerintahkan Galih dan Nauval untuk mengamankan area, sementara ia mengeluarkan pistolnya dan segera masuk dengan perlahan dan hati hati sekali.
Tanpa terdengar suara gaduh apapun Mike ke luar dengan senyum puas di wajahnya. "Gimana pak?" tanya Galih menggodanya "Apa anda tak melihat senyum puas di wajah Kapten pak?" Nauval kebingungan dengan bertanya kembali kepada Galih. "Tenang Nauval, dia hanya menggoda saya" jelas Mike, setelah itu semua mereka tertawa bersama.
"Bagaimana kondisi kalian Letnan Sandhi?" tanya Mike melalui radio komunikasi lokal "Saya dan Letnan Dua Nevia baik-baik saja, namun Marinir yang bersama saya terluka cukup parah. Peluru tadi bersarang di dadanya" jelas Sandhi "Segera evakuasi dia, saya sarankan untuk memanggil tim dokter RSUD" jawab Mike. Anggota Marinir tersebut segera di evakuasi dan di ambil tindakan operasi oleh tim dokter.
"71 melapor, bagaimana kondisi?" tanya Mike melalui radio komunikasi
"Letnan Satu Ageng melapor, kondisi telah kondusif" jawab Ageng
"Letnan Dua Sandhi melapor, kondisi telah kondusif. Kopral Satu Rafly telah di operasi dan kondisinya mulai membaik" jawab Sandhi
"Disini Sersan Mayor Reza, kondisi telah kondusif" lapor salah seorang anggota Marinir
"Baik, kita lanjutkan sesuai rencana" komando dari Mike
"Siap" jawab seluruh pasukan
"Titik pertemuan, di ruang UGD" lanjut Mike
Setelah mereka bertemu di titik yang telah di tentukan, mereka melanjutkan perjalanan meninggalkan Trio Macan. Trio Macan terdiri dari Sersan Mayor Reza, Kopral Kepala Nauval serta Kopral Satu Rafly yang belum sadarkan diri.
Mereka melanjutkan perjalanan menggunakan satu unit Unimog U1300 Gl yang terparkir di salah satu bengkel di dekat RSUD.
Tak jauh dari sana ada seorang mata-mata teroris yang mengamati pergerakan mereka dan menginfokannya kepada Ilham.

Infanteri Raider 71 / 1 KOSTRADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang