Bab 11

678 29 2
                                    

"Tssuuu...."
"Arkhh...."
"ELANG" Teriak Ageng untuk memberi tahu bahwa ada penembak jitu yang mengawasi mereka
"Widia check?"
"Hanya tergores Let" jawab Widia saat Sandhi memeriksa luka tembaknya
"Capt. Ada elang diposisi kami minta bantuan segera"

"Lihh.. arah jam 8 ada elang, cari dan habisi"
"Siap Capt"
Posisi Mike dan Galih lebih menguntungkan kali ini karena mereka sudah berada dilantai paling atas kantor terminal petikemas
Dengan teropong bidik seadanya, diatur ke pembesaran maksimum Galih mulai menyapu pandangannya kearah yang telah diberikan oleh Mike
Tak butuh waktu lama Galih langsung melihat ada sebuah kepala sebesar kelereng diteropong bidik miliknya
"Click.." Galih memutar mode tembakan senjata nya menjadi tunggal, menghitung jarak target dan arah angin
"Darr..." Penembak runduk tersebut tersentak kaget mendengar suara menggelegar dari sebuah senapan api, membuat ia mengangkat kepalanya sedikit lebih tinggi
"Tssuuu..."
peluru menembus kepalanya, membuat lubang tambahan dipipi sebelah kanannya
"Bersih Capt." Lapor Galih yang menandakan bahwa tugasnya telah berhasil

"Geng langit aman, segera lanjutkan"
"Copy sir, Ageng over"

Setelah selesai menyisir area dermaga, Mike memerintahkan pasukannya untuk segera kembali berkumpul ke kantor TNI AL di dermaga

Letnan Satu Sandhi
00.32 - Fajar belum menunjukkan tanda-tanda akan bangkit, satu area sudah dibersihkan masih ada empat lagi. Ayo Ndoy semangat.
"Mereka belum mau bicara Capt."
Terang seorang sersan dengan ban provost dilengan nya
"Biar saya yang bicara" air muka kapten tidak seperti biasanya, ayo Capt fokus
"Tidak pak, anda tidak perlu. Itu diluar wewenang kita, biar AL yang mengurus. Masih ada banyak lokasi yang perlu kita bersihkan" hanya satu orang yang bisa menenangkan kapten, siapa lagi kalau bukan Ageng? Sobat karibnya semasa pendidikan, baik MilDas (Militer Dasar) maupun Komando. Hanya karena Mike pernah menjadi penembak jitu tunggal dalam sebuah operasi membuat dia mendapatkan kenaikan satu tingkat lebih tinggi daripada kami, dasar prajurit teladan.
"Dia benar Capt. Sebaiknya Anda fokus dengan tugas untuk tim anda. Unit khusus PM akan tiba sebentar lagi, biar mereka yang ambil alih" ucap sersan tadi.

01.48 - Iring iringan yang terdiri dari dua mobil patroli milik Korps POMAL mulai mendekati gerbang masuk menuju dermaga.

"Ratataattaatt…"
Tanpa diduga sebuah senjata sekelas senapan mesin regu menyalak hebat saat kedua mobil berjarak seratus meter dari gerbang. Mobil kedua terguling saat ban belakangnya meledak ditembus peluru kaliber 7,62mm sebagian besar anggota didalamnya tewas tertembak yang lainnya ikut tewas saat mobil meledak sesaat setelah terguling. Dua dari empat anggota yang duduk di bak belakang mobil pertama terkena tembakan satu diantaranya tewas akibat peluru yang nyasar ke kepalanya.

"Arghhh..." Terdengar suara erangan kesakitan dari anggota yang terbakar dalam mobil yang terguling. Mobil pertama berhasil masuk ke area dermaga, karena mobil kedua yang menjadi tameng amukan peluru tak dikenal itu. Pos penjagaan yang terdapat di gerbang ikut menjadi korban terjangan peluru tak dikenal. Provost yang berjaga didalam masih sempat menyelamatkan diri dengan bertiarap dan terlindungi oleh tembok beton. Sementara seorang provost lainnya mengalami luka tembak di punggungnya setelah menunduk dan berusaha membukakan gerbang bagi kedua mobil.

Mendengar suara tembakan dari arah gerbang masuk semua orang didalam kantor merendahkan kepala. Galih yang berada paling dekat dengan pintu langsung menggenggam senjatanya, lalu keluar diikuti oleh Sandhi menuju ruangan seberang dan melakukan pengamatan kearah gerbang. Mobil milik Korps POMAL berhenti tidak jauh dari posisi Galih dan Sandhi. Mobil tersebut dalam keadaan penuh tembakan di bagian belakang. Dibantu oleh Widia dan Nevia  anggota korps POMAL yang selamat mulai mengevakuasi kedua rekannya yang bersimbah darah.

Sandhi dan Galih terus bergerak ke arah gerbang depan untuk membantu disana sambil melindungi proses evakuasi.

"Apa yang terjadi disana pak?" Tanya Mike pada anggota korps POMAL berpangkat Letnan Kolonel yang dapat diketahui dari seragamnya
"Mobil kami diserang, senapan mesin, kaliber 7,62mm kalau dilihat dari lubang bekas tembakan" terang sang LetKol
"Sandhi, Galih waspada, kami jaga dari atas" setelah memperingatkan Sandhi dan Galih, Mike bergegas menuju bagian atap kantor. Sementara Ageng langsung menuju ke tempat mereka menyimpan perlengkapan dan mengambil satu unit Black Hornet Nano Drone -sebuah pesawat sayap putar (rotarywings) nirawak yang berukuran hanya sebesar kepalan tangan orang dewasa-, kemudian menerbangkannya dan segera menyusul ke posisi Mike.

02.24 - Dengan bantuan pencitraan infra merah dari Nano Drone Mike mulai mengarahkan senapan api miliknya kearah yang ditunjukkan oleh Ageng. Diselubungi gelapnya hari karena sang fajar belum berganti sift dengan bulan, dari teropong bidik miliknya Mike melihat sang penembak SMR sedang sibuk mengisi ulang senjatanya.
"Click" Mike memutar mode tembak dari posisi "auto" ke posisi "manual", dimana tembakan berubah dari mode tembak otomatis ke mode tembak tunggal. Kemudian ia mulai mengatur posisi titik tembaknya.
"Range?"
"500 meter"
"Wind?"
"4 knot dari kanan"
"Jumlah Oskar?"
"Empat"
"Aku hanya lihat dua di belakang Machine Gun?"
"4 click ke kiri"
"Got it"
Setelah mendapat informasi tambahan, Mike kemudian kembali mengatur posisinya
"Darr..."
"Kling... Kling... Kling..."
"Darr..."
"Kling... Kling... Kling..."
"Darr..."
"Kling... Kling... Kling..."
"Darr..."
"Kling... Kling... Kling..."

***
************************************
Hai... Ceritanya Ngegantung yaa???
Hehehe maaf yaa, Author sengaja Kok ngegantung cerita ini.
Tapi Tenang aja Cerita ini ada kelanjutannya kok. Tapi Author Belum bisa nentuin update ceritanya.
Jadi jangan di Hapus dari Readinglist & Perpustakaan-nya Masing-masing.

***************************************

Infanteri Raider 71 / 1 KOSTRADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang