Maysolutely.
Maybe and Absolutely.
**
Theala.
Di mobil, sesekali gue melihat cowok di samping gue yang lagi sibuk bersiul ikutin dentuman suara keras Kanye West dari music player. Beberapa kali kita omongin tentang orang random yang lewat depan mata kita, atau sekedar ngomongin film baru di bioskop. Ada sesuatu yang mau gue tanyain sebenarnya, tapi gue menyimpan niatan gue itu dalam hati karena gue merasa situasinya gak tepat. Waktu itu gak paham Dirga mau ngajak gue kemana, tapi yang jelas gue suruh dia mampir ke rumah gue sebentar karena Mama baru aja pulang dari Trip kantornya dan ada yang mau dia titipin ke Dirga, kayaknya oleh-oleh. Padahal gue udah bilang, nanti aja, soalnya kita mau pergi dulu, tapi Mama kekeuh barangnya harus diambil sekarang biar dianya gak keinget-inget. Dirganya juga kayak, "Yaudah kan bisa diambil dulu, kasian Nyokap lo udah kangen banget sama gue kayaknya.""Ga.."
"Apa sayang?" tanya Dirga sambil nengok dan nyengir nyebelin ke arah gue. "Gue udah tau pasti ada yang mau lo omongin, soalnya daritadi lo liatin gue."
Gue gigit bibir gue, gak yakin buat nanya ini meskipun akhirnya pertanyaan itu tetap keluar dari mulut gue. "Lo tuh lagi berantem ya sama Trian?" tanya gue hati-hati.
Kedua mata Dirga fokus ke jalan, jadi gue gak tau pasti apakah ada perubahan berarti di ekspresi mukanya itu. Yang jelas, butuh waktu cukup lama sampai dia menjawab pertanyaan gue.
"Kok lo mikir gitu deh?" tanya dia balik membuat gue sedikit berpikir. "Ya aneh aja. Tadi juga pas kita mau pergi, lonya gak ngomong apa-apa sama dia. Langsung pergi aja gitu."
Dirga ketawa sambil menoleh, menangkap sinar mata gue dengan mata dia. "Itu mah biasa kali. Gue ke yang lain juga suka gitu."
Tapi tetap aja aneh, Ga. Feeling gue bilang ada sesuatu antara lo dan Trian semenjak kapan ya? Gue gak tau pasti, yang jelas gue melihat kalian membangun jarak satu sama lain.
"Iya ya?" tanya gue lagi entah pada siapa. Selanjutnya yang gue rasain, tangan kiri Dirga mengelus rambut gue pelan dan mendekatkan tubuh gue ke dia. "Kebiasaan deh, La. Suka mikirin yang enggak-enggak."
Lampu merah saat itu sehingga Dirga bisa fokus dengan gue. Apa iya gue orangnya pemikir? Tapi gue selalu punya alasan untuk mikirin sesuatu, gak serta merta gue memikirkan apapun kecuali hal itu menyangkut gue, atau orang-orang yang punya arti khusus buat gue.
"Gue sama Trian. Gak usah dipikirin."
Maunya juga begitu, Ga. Tapi gue gak bisa. Gue cuma mau tau.
Because it feels like a tragedy to find out that your best friend hates someone so dear to you.
It is sad to have two imporant people in your life draw a thick line between each other because of hatred.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nonversation
Художественная проза(SUDAH TERBIT) Teman, katanya. Cinta, rasanya. Pupus, akhirnya.