STARTOP
Start and StopSometimes you are going to miss a person
Who was an almost to you
And feel sad because there is no name
For that feeling
You just feel it in a way
That makes you tired to your very bones- Nikita Gill
**
Theala.
Hujan.
Malam itu ada air rintik-rintik yang menempel di jendela,
3 menit, gue masih mampu menghitung berapa banyaknya butir air yang menempel disana.
3 jam, semuanya membaur menjadi satu, mengalir perlahan hingga akhirnya jatuh bersama ke atas tanah.Hujan.
Malam itu gue masih ingat kalimat yang keluar dari bibir Trian."Aku cemburu sama Dirga."
Gue hanya mampu menatap dia sama lekatnya dengan bagaimana dia menatap gue. Perasaan gue gak cukup di deskripsikan dengan satu kata. Semuanya jadi satu sehingga yang hanya mampu gue lakukan saat itu adalah diam, membiarkan dia memegang tangan gue dan mengelusnya erat.
"Bukan berarti aku larang kamu deket-deket sama dia. Aku cuma... The... Ngerti gak sih rasanya aku waktu liat dia keluar dari rumah kamu... Abis nginep... Kayak... Aku cowok jadi aku ngerti, The. Dirga tuh bisa aja...."
"Tapi Dirga gak pernah punya perasaan apa-apa Yan sama aku," potong gue membuat dia menatap gue lama.
"The.. Kalo aku punya temen cewek yang deket banget sama aku. Aku pegang tangan dia, peluk dia, cium dia, nginep di rumah dia.. Kamu mau gak?"Gue diem.
Iya, bener. Gak ada yang mau.
Gak ada yang rela.
Termasuk gue, termasuk Trian.Trian masih memandang gue sampai akhirnya dia mulai menyentuh wajah gue dengan jari jemarinya. "Aku gak minta kamu berhenti temenan sama Dirga, atau ngejauh dari Dirga..."
Ada helaan napas berat disana sebelum akhirnya dia melanjutkan.
"Aku cuma minta kamu bisa bedain.. Aku ini cowok kamu. Dirga temen kamu."
Gue menunduk, sedikit menggigit bibir gue karena gak tau harus merespon apa sambil memainkan tangan gue sendiri.
"Kamu gak marah kan sama aku?"
Gue mendongak. "Enggak kok, Yan.."Seenggaknya kamu udah mulai jujur sama aku soal perasaan kamu. Sementara aku... Aku masih takut untuk bilang sama kamu apa yang aku rasain sekarang, waktu kamu ngomong ini. Seharusnya aku sadar kalau hari ini akan tiba -hari dimana aku harus memilih.
Iya, memilih.
Kenapa ya Tuhan gak pernah mengizinkan kita untuk sayang sama lebih dari satu orang di saat yang sama?
Oh iya, karena perasaan hanya akan mampu menerima satu nama.
Maaf ya, Yan, aku belum bisa jujur sama kamu kalau sekarang aku sedih. Karena aku gak mau ada yang berubah di antara aku dan Dirga disaat aku juga gak mau kamu merasa di posisi yang sama dengan Dirga.
Kedua kali dalam hidup gue, ketakutan datang. Yang pertama datang karena kehilangan Papa. Dan sekarang karena Trian.
You know, that kind of feeling when you don't want to lose someone you have been waiting for too long in your life. Because it was hard as hell to make him come to me, that i am scared to watch him walk further from my sight.
"Yan.."
"Hm.."
"Bilang sama aku ya kalo aku buat kamu gak nyaman."
Trian hanya diam menatap gue.Karena aku takut.
Takut kamu capek sama aku dan akhirnya pergi.
Iya, setakut itu.Gue gak tau apakah akan ada ketakutan lain yang datang.
Atau malah... Ketakutan berbeda yang gak pernah gue rasain sebelumnya.
Ketakutan yang bahkan melebihi ketakutan gue untuk kehilangan Papa dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nonversation
General Fiction(SUDAH TERBIT) Teman, katanya. Cinta, rasanya. Pupus, akhirnya.