GLOW
Let It Go - Let It Flow
I know i cry a lot over so many things
Sad movies or failed grades
Abandoned dreams and song that reminds me of the past
Stupid things too, like you and all the problems i've created in my head
But lately, what i have been crying about most is my self
The person i used to be and lost
And the person in the present with no clue about the future
- Lulu Porras
**
Dirga.
Cinta itu buta. Ketika lo buka google, baca buku, mendengar pendapat orang, lo akan sadar betapa gak asingnya kalimat itu untuk manusia.
Cinta itu buta.
Kemudian ada jawaban, Ya jelas cinta itu buta, cinta kan gak punya mata.
Selalu ada anggapan -bahasa eksaknya Dion, konspirasi, kalau kalimat cinta itu buta memiliki arti yang gak baik. Tapi setelah di telaah, cinta itu buta karena memang seharusnya cinta itu buta.
Cinta itu gak melihat siapa yang dicintai, siapa yang mencintai. Karena cinta itu pakai rasa, bukan pakai mata. Ketika lo melihat siapa yang lo cintai, cantik atau enggak dia, tinggi atau enggak dia, pintar atau enggak dia, tandanya bukan perasaan lo yang berperan, melainkan mata lo.
Karena kalau cinta itu gak buta, namanya bukan cinta.
Cinta itu buta karena lo mencintai seseorang tanpa melihat siapa mereka, karena lo mencintai orang dari cara mereka membuat hati lo bahagia, karena lo mencintai orang ketika hati lo yang memilih.
Iya, cinta itu buta. Kayak cinta gue ke Ela.
Gue gak pernah lihat bentuk wajahnya, apakah alis Ela lebih tipis dari cewek lain, apakah tinggi badan Ela ideal, apakah kulit Ela putih, apakah hidung Ela kecil, apakah Ela gendut. Gue hanya bisa merasakan hati gue menikmati sosok Ela. Lembut suaranya, peduli hatinya, hangat tangannya.
"La, kenapa langit warnanya biru?"
"Karena kalau warna item, gelap."
"..... Bener juga," kok gue goblok.
"Kenapa lo Ela?"
"Karena...." Dia noleh waktu sadar betapa absurdnya pertanyaan gue. "Apaan sih."
Gue nyengir, "Karena kalo lo orang lain, hati gue juga gelap."
"Cih," ekspresi mukanya itu selalu bikin gue kangen. Dan sekarang, kita bisa ngabisin waktu bareng kayak biasa lagi. Gue di tempat duduk gue, dia tempat duduknya, kita berdua duduk saling berhadapan-hadapan, dengan Chocolate-Blend Starbucks yang cupnya bertuliskan nama kita masing-masing.
Dirga.
Ela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nonversation
General Fiction(SUDAH TERBIT) Teman, katanya. Cinta, rasanya. Pupus, akhirnya.