Part 7
Shilla menarik resleting tas kopernya setelah menyusun pakaiannya dan pakaian Cakka ke dalamnya. Baru saja beberapa hari lalu ia dan Cakka kembali ke New York, dan besok mereka harus kembali pergi ke luar negeri untuk melanjutkan misi pencarian ESC.
Beruntungnya kali ini tidak ada Sienna, ia sudah membuat kesepakan dengan Difa untuk tidak melibatkan Sienna untuk kali ini.
Setelah selesai, Shilla naik ke atas tempat tidur dan langsung memeluk Cakka yang sudah berbaring sambil memainkan iPad nya.
"Udah selesai?" tanya Cakka basa basi.
Shilla mengangguk sambil mempererat pelukannya.
"Gue suka mual beberapa hari ini," ucap Shilla.
"Mual?"
"Kayaknya pil KB nya nggak cocok sama gue,"
Cakka mengernyit, "Mau periksa ke dokter dulu besok?"
"Gue mau beralih ke suntik kontrasepsi, tapi gue benci di suntik,"
Cakka meletakkan iPadnya keatas nakas, ia memandang Shilla lalu membalas pelukan gadis itu.
"Kalau lo nggak suka, lo bisa berhenti," ucapnya.
Shilla mendongak membalas tatapan Cakka, "Dan kalau gue hamil?" tanyanya yang membuat Cakka terdiam beberapa detik.
"Kita bisa pake jadwal masa subur,"
Ada jeda beberapa saat.
"Apa kita akan terus seperti ini?" tanya Shilla tiba-tiba.
"Gue berfikir kalau hubungan lo dan gue hanya berjalan ditempat," lanjutnya.
Cakka terdiam beberapa saat, matanya lurus ke depan seolah ia tengah memikirkan sesuatu.
"Nggak," ucapnya membalas ucapan Shilla."Pada akhirnya lo dan gue akan menikah, kita akan punya anak, dan tumbuh tua bersama," mendengar itu Shilla tersenyum lebar.
Itulah yang ingin ia dengar, rasanya seperti mendengar janji masa depan dan itu membuat seluruh tubuhnya menghangat.
Mereka saling memiliki sekarang.
Shilla memejamkan matanya, bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman, dan beberapa saat kemudian ia terbang ke alam mimpi.
--
Noosa, Australia.
Pagi ini mereka tiba di pantai Noosa, Australia.
Difa menyiapkan sebuah villa untuk mereka yang berada tak jauh dari pantai, pemandangan dari jendela kamarnya begitu menakjubkan, Shilla dapat langsung melihat pantai Noosa dengan suasana yang tenang dan tidak ada bangunan yang lebih tinggi dari pohon.
Shilla berdecak kagum melihat pantainya yang masih asli, taman nasional dan daerah pedalamannya yang rimbun.
"Tempat ini keliatan seperti kita sedang bulan madu," ucap Shilla setelah meletakkan koper senjatanya disamping kasur.
Cakka bergeming, pemuda itu langsung menghidupkan laptopnya dan melakukan pekerjaan seperti tujuan mereka ke sana.
"Apa lo nggak ingin istirahat?" tanya Shilla, yang benar saja mereka baru saja sampai dan Cakka langsung mengerjakan tugasnya sebagai seorang agen.
"Kita nggak punya waktu untuk itu," jawab Cakka yang sama sekali tidak beralih dari layar laptopnya.
Shilla tidak memberikan balasan atas statement Cakka barusan, memang benar mereka tidak punya banyak waktu, tapi tidak juga dengan seburu-buru itu.
