Part 10

2.5K 161 8
                                    


Part 10

"CAKKA! AYO PERGI!"

Cakka terkesiap dan membuka matanya segera, yang pertama kali dilihatnya adalah Shilla yang mencabut jarum infus dari tangannya.

"Rumah sakit ini kebakaran!" ucapnya lalu Shilla menurunkan kedua kakinya ke lantai dan menarik lengan Cakka untuk segera pergi.

Seorang perawat masuk ke dalam kamar rawat Shilla dengan wajah panik, awalnya ia ingin membantu menuntun langkah Shilla lalu Cakka berujar, "Saya saja," yang membuat perawat itu mengurungkan niat dan menjadi penunjuk jalan untuk keluar dari ruang rumah sakit.

Cakka tak habis pikir dengan kejadian beruntun yang menimpah mereka semalaman ini, ia menggenggam jemari Shilla sambil terus mengikuti perawat itu.

Orang-orang berlarian agar bisa keluar dari rumah sakit, setiap pasien dibantu oleh seorang perawat dan beberapa yang luka parah didorong menaiki kursi roda.

"Kita terjebak," ucap perawat itu dengan suara bergetar siap menangis.

Cakka menoleh ke kiri dan ke kanan, mereka baru saja turun dari lantai dua tempat Shilla dirawat dan di lantai bawah, api ada dimana-mana, tidak ada jalan untuk keluar dari tempat mereka.

Shilla terbatuk karena pasokan oksigen yang mulai menipis, "Apa nggak ada jalan keluar lain?" tanyanya pada perawat itu.

Si perawat menoleh ke kanan, "Ada jendela didekat toilet," jawabnya.

Ketiganya langsung mengarah ke jendela didekat toilet tersebut, beberapa orang perawat dan pasien rawat inap yang tidak terluka parah mengikut dibelakang mereka.

Jendela itu sebatas pinggang dengan kaca setinggi setengah meter, Cakka tidak punya pilihan lain selain memecahkan kaca itu dengan kakinya. Setiap orang bergantian keluar dari sana, Cakka keluar paling awal lalu disusul Shilla dan yang lainnya.

Cakka bisa menebak ulah siapa ini, ia tau ESC tidak mungkin membebaskannya dan Shilla secara cuma-cuma.

Tangannya meraih tangan Shilla menjauh, suara sirene pemadam kebakaran terdengar mendekat, dan jarak mereka sekarang sudah cukup aman dari rumah sakit.

Orang-orang tampak panik disekitar mereka, sama seperti yang Cakka rasakan beberapa detik lalu.

"You fine?" tanya Cakka sambil mengusap pipi Shilla.

Gadis itu bergeming, lalu ia mengangguk tapi air mata keluar dari sudut matanya.

Cakka tidak dapat tidak lebih panik dari sebelumnya, mungkin Shilla kesakitan karena lukanya atau merasa ketakutan karena kebakaran itu, tapi Shilla jarang sekali menangis dan melihatnya seperti ini membuat dada Cakka seakan diremas.

"Ada apa, sayang?" tanya Cakka.

Shilla menggeleng pelan, ia memalingkan wajahnya ke arah lain berusaha menghindari tatapan Cakka.

Pemuda itu menghela nafas panjang sebelum menarik Shilla ke dalam dekapannya, ia mengusap rambut Shilla perlahan dan berbisik, "Everything is going to be fine."

Shilla mengangguk pelan, karena yang ia rasakan hanyalah rasa takut tak beralasan. Ia hanya merasa lelah dengan semua yang terjadi padanya.

"Lo tau gue akan tetap disini, bersama lo. Gue nggak akan biarkan lo memikul beban ini sendirian,"

Shilla kembali mengangguk mendengar ucapan Cakka, perasaannya jauh lebih tenang setelah mendengar itu.

Lalu Cakka kembali bersuara, "Saat lo nggak sanggup berdiri, gue akan berdiri untuk lo. Saat malam-malam kian dingin, gue akan disana menghangatkan lo, membawa lo keluar dari badai. Gue akan raih tangan lo ketika lo tersesat, dan kita akan tetap seperti ini, saling jatuh cinta hingga jatuh cinta hilang dari titik pilihan terakhir."

Escape 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang