Part 3

2.3K 146 8
                                    

Part 3


"Dimana Cakka?" itu adalah kalimat pertama Shilla sejak berjam-jam lalu ia sadar.


Pertanyaan dokter Ben yang beberapa saat lalu datang keruangannya pun tak ia jawab selain gelengan kepala atau anggukkan.


Meskipun begitu, Shilla sudah terlihat lebih sehat dari beberapa jam lalu, wajahnya sudah tidak pucat, dan ia sudah berselera untuk meminum susunya.


"Dimana Cakka?" tanya Shilla lagi pada Difa.


Difa menghela nafas sebelum menjawab pertanyaan gadis itu, "Dia di Indonesia, jejak ESC ditemukan disana," ucap Difa.


Ada jeda beberapa saat, "Berapa lama gue disini?" tanya Shilla lagi.

Suaranya juga sudah tidak seserak pertama kali ia berbicara, dan pandangannya mulai fokus.
"Setahun lebih, lo disini sejak tahun lalu," jawab Difa lagi.


Hening!


Shilla tertegun, setahun? Itu adalah waktu yang lama bagi orang yang tak sadarkan diri.


Shilla mengingat-ingat hal terakhir yang ia lakukan sebelum berakhir di rumah sakit ini.


Ah ya, ia berada di ruang tahanan markas ESC, lalu Rio menyayat lehernya dan yang terakhir ia ingat adalah wajah Cakka yang menghampirinya.


Dan ketika ia kembali terbangun, tahun telah berganti.


Ini benar-benar mengejutkannya.


"Gue harap lo nggak kecewa tentang Cakka yang nggak disini ketika lo sadar, dia cukup banyak menghabiskan waktu disini... Untuk nunggu lo," ucap Difa yang membuat lamunan Shilla buyar.
Shilla memandang Difa, tapi sebenarnya ia tidak dapat menelaah ucapan pemuda itu, mendadak kepalanya pusing.


"Apa lo baik-baik aja?" tanya Difa.


Shilla tersenyum samar, "Ya, gue baik," jawabnya.


"Emm, apa Cakka baik-baik aja?" tanya Shilla kemudian.


Difa mengernyit, ia sama sekali tidak mengerti bagaimana gadis itu bisa menanyai keadaan Cakka padahal hal yang harus ia khawatirkan adalah keadaannya sendiri.


Difa berdehem, "Ya, malam ini dia akan mulai misinya. Gue akan pantau dia dari sini, maaf tapi gue nggak bisa beritahu dia kondisi lo saat ini, gue takut itu akan buat Cakka nggak fokus,"


Shilla mengangguk kecil lalu tersenyum, "Gak apa-apa," ujarnya pada Difa.


Difa merasa seperti orang yang jahat sekarang, namun ia tidak mau mengambil resiko dan membiarkan Cakka membatalkan misi ini.


Setidaknya untuk sementara waktu saja, Cakka tidak harus tau kalau Shilla sudah pulih.


--


Cakka menilai penampilan Sienna dari ujung kaki hingga ujung kepala.


Sienna memakai gaun panjang semata kaki berwarna hitam yang dipadukannya dengan heels berwarna senada dan tas tangan berwarna silver, rambutnya ia gulung ke atas mengekspos kalung berlian di lehernya.


Ia memutar tubuhnya dihadapan Cakka, "Gimana?" tanyanya.


Cakka mengangguk-anggukkan­ kepalanya, ia sendiri memakai tuksedo berwarna hitam dengan dasi kupu-kupu dan pantofel, sepertinya mereka akan berhasil dengan penyamaran ini.


Sienna tersenyum, ia maju beberapa langkah hingga berada tepat dihadapan Cakka. Tangannya terulur membenahi letak dasi kupu-kupu Cakka, pemuda itu tidak dapat menolak, pandangannya hanya lurus ke depan.

Escape 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang