Part 8

2.7K 156 10
                                    


Part 8

Sienna tersentak mengetahui villa tempat Cakka dan Shilla bermalam ternyata sudah habis dilalap api, keadaan keduanya masih belum diketahui dan Sienna merasa seperti orang bodoh begitu tiba di Noosa.

Terlintas dibenaknya bayangan Difa yang menciumnya semalam, pipinya bersemu namun sama sekali tidak mengartikan kalau ia menyukai ciuman itu.

Astaga!

Bagaimana mungkin ia bisa terima dicium dengan cara seperti itu?

Dan itulah yang Cakka rasakan, hal yang sama yang ia rasakan.

Sienna mendesis lalu keluar dari kamar hotelnya, begitu tiba di lobi hotel seketika ia meyakini bahwa seseorang tengah menguntitnya. Lebih-lebih orang itu sangat persis berada dibelakangnya.

"Sial---hmmphh," dan tepat ketika ia hendak membelok ke toilet seseorang mendekap mulutnya dan menyeretnya paksa ke sudut toilet.

Sienna mencoba melakukan perlawanan, tapi kekuatannya tidak sebanding dengan orang yang mendekap mulutnya. Beberapa detik kemudian penglihatannya berkunang-kunang dan akhirnya semuanya menjadi gelap.

"Kita harus bunuh dia sekarang,"

"Nggak, dia bukan orang yang kita butuhkan. Kematiannya nggak akan merubah apapun,"

"Dan lo berfikir Shilla akan datang dan nyelamatin dia?"

"Ya. Gue kenal Shilla lebih dari 5 tahun, gue yakin dia akan datang,"

Sayup-sayup Sienna mendengar dua orang pria berbincang setelah kesadarannya pulih beberapa menit lalu.

Matanya masih tertutup, ia bahkan tak berani mengintip barang hanya sedikit. Lebih baik ia pura-pura pingsan dari pada sadar lalu kedua orang yang menculiknya itu membunuhnya. "Baiklah, kalau lo yakin,"

Dalam tebakan Sienna, salah seorang dari kedua pria itu sudah berlalu pergi dan tepat ketika matanya mengintip dari balik bulu matanya, suara rendah pria itu membuatnya terlonjak.

"Gue tau lo udah sadar sejak tadi," ucapnya santai.

Sienna membuka kedua matanya tanpa ragu, ia ingin tidak tampak gugup ataupun takut namun sialnya tatapan tajam pemuda itu membuat nyalinya menciut.

Sienna menelan salivanya dan berucap, "Siapa lo?"

"Gue Gabriel," jawab pemuda itu, masih sesantai ketika ia berbicara sebelumnya.

Sienna melayangkan pandangan ke sekelilingnya, saat itu juga ia menyadari kalau ia berada didalam jeruji besi, tubuhnya terikat disebuah kursi dan tali melilit di pergelangan kaki dan tangannya. "Brengsek, apa yang lo lakukan ke gue?" tanya Sienna, suaranya naik satu oktaf, ia berusaha untuk melepaskan diri namun gagal yang terjadi seluruh tubuhnya malah menjadi sakit.

"Gue nggak lakukan apapun, seharusnya lo bersyukur karena lo belum mati," jawab Gabriel.

"Apa yang lo inginkan?"

"Kedatangan Shilla,"

Mendengar itu Sienna tertawa sarkatis, "Percuma, dia nggak akan datang untuk nyelamatin gue,"

"Baiklah, kalau begitu. Apa gue harus bunuh lo sekarang? Gue nggak butuh seseorang yang nggak berguna,"

Sienna tergelak, tak berguna katanya? Dan apa? Membunuhnya? Sekarang?

"Dan membunuh gue juga nggak akan buat Shilla datang. Dia akan datang kalau orang yang lo sandera itu Cakka," ucap Sienna.

"Hah, bajingan itu. Gue tau lo salah satu dari mereka,"

Escape 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang