Part 12
Shilla menggeliat dari tidurnya ketika merasakan sinar matahari pagi menerpa wajahnya, ia mengerjapkan matanya dengan malas, masih merasa ngantuk meskipun matahari semakin meninggi.
"Umm--" Shilla melenguh sambil memiringkan tubuhnya dan menarik selimutnya kembali.
Sesaat kemudian indera penciumannya menangkap aroma masakan yang menyengat, Shilla membuka matanya dan menyadari Cakka sudah bangun dan ia tebak lelaki itu tengah berada didapur.
Kali ini aroma masakan Cakka tidak seperti sebelumnya, membuat kepala Shilla pusing karenanya. Perlahan Shilla turun dari tempat tidur dan menyeret selimutnya hingga ke dapur.
Ah. Sial.
Pipinya merona mengingat malam panasnya kemarin yang membuatnya tak memakai apapun pagi ini.
"Kenapa?"
Shilla mengerjap mendengar suara Cakka yang ntah kapan sudah berada didepannya.
"Apa?" Shilla balik bertanya.
"Pipi lo merah," dan ucapan Cakka itu membuat seluruh wajahnya memerah.
Sial sekali, karena Shilla baru saja memikirkan hal-hal erotis yang dilakukan pemuda itu semalam.
"Apa tidur lo nyenyak?" bukannya menjawab pertanyaan Cakka, Shilla malah menanyakan pertanyaan lain untuk mengalihkan pembicaraan seputar pipinya yang memerah.
"Ya, gue nggak punya alasan untuk nggak tidur dengan nyenyak selama ada lo,"
"Oh please, ini masih pagi Cakka,"
Cakka terkekeh, "sarapan?"
"Umm, aromanya beda," Shilla berkomentar.
Cakka mengernyit, "aroma masakan gue?"
"Ya,"
"Gue pikir biasa aja. Ah ya, seharusnya lo keluar pakai kimono," ucap Cakka.
"Hmm," gumam Shilla pelan.
Shilla melangkah ke meja makan dan menarik kursi, ia menatap nanar masakan Cakka. "Jadi, lo masak ini?" tanyanya.
Cakka mengangguk mengiyakan.
Bubur kubis?
Pantas saja aromanya tak meyakinkan.
Shilla mendesis, "jadi lo bangun sepagi tadi hanya untuk ini?" tanya Shilla lagi.
Cakka mengernyit mendengar itu, ah, ia teringat sesuatu, kalau Shilla tengah mengulang pertanyaannya kemarin.
"Nggak, gue bangun sepagi tadi cuma menghindari hal lain,"
"Hal lain, what?"
Cakka mendekati Shilla. "Lo mau tau?"
Shilla mengangguk dengan polosnya dan Cakka langsung menarik lengan gadis itu hingga wajah Shilla berada tepat didepan wajahnya.
"Ap---" dan ucapan Shilla itu terpotong karena bibir Cakka membungkam bibirnya.
Cakka menarik pinggang Shilla agar semakin dekat dengannya sambil menahan selimut yang menutupi tubuh gadis itu.
Reaksi Shilla malah diluar dugaannya, gadis itu mencengkram bagian depan kaus Cakka dan membalas ciuman itu. Menerima reaksi baik dari Shilla membuat Cakka memperdalam ciumannya.
"Gue ingin lebih dari sekedar ciuman, lo adalah bahaya kalau hanya dalam balutan selimut, seperti sekarang," ucap Cakka setelah mereka saling melepaskan diri.
Shilla mengerjap. Ah yang benar saja, mereka bahkan baru melakukannya semalam dan pagi ini, apa yang terjadi?
Tapi Shilla tak ingin menahan diri, ia menikmati segala yang Cakka lakukan, apapun, yang membuatnya jatuh cinta berkali-kali pada pemuda itu.
