Part 2

2.7K 155 5
                                    

Part 2

Hari-hari berikutnya masih sama, tentang kesehatan Shilla masih tidak ada perkembangan, gadis itu masih belum sadar dari tidur lelapnya.

Cakka menyelesaikan membersihkan telapak kaki Shilla dengan handuk basah ditangannya, ia tidak keberatan membantu para suster untuk 'memandikan' Shilla, lagi pula hanya itu yang dapat ia lakukan untuk membantu gadis itu.

Setelah selesai Cakka kembali mengkancingkan piyama Shilla dan menarik selimutnya hingga menutupi kaki hingga pinggangnya, ia tersenyum tipis sebelum mengecup pelipis gadis itu.

Handphone Cakka berdering beberapa saat kemudian, nama 'Difa Maxwell' tertera dilayar ponselnya, Cakka menggerutu sebelum menerima panggilan dari Difa itu.

"Cakka lo harus segera ke rumah gue!" perintah Difa begitu panggilan itu tersambung.

"Ada apa lagi?" tanya Cakka sama sekali tak terpengaruh dengan perintah Difa.

"Ini tentang ESC!"

"Ada apa?"

"Gue liat sinyal mereka, umm... Di Sydney, Australia,"

Cakka langsung bergegas mengambil jaketnya, ia melirik Shilla sebentar lalu keluar dari kamar rawat gadis itu.

"Gue segera kesana," ucap Cakka sebelum memutuskan sambungan telefonnya.

Jarak dari rumah sakit ke rumah Difa memang tidak terlalu jauh, itu memudahkan Cakka untuk sampai lebih cepat ke rumah Difa.

Keamanan rumah Difa bisa dikatakan cukup rumit, Cakka harus melakukan cek keamanan beberapa kali sebelum dapat masuk ke dalam rumahnya, ia juga harus masuk ke dalam kamar dan memasukkan kode sandi ke remote televisi Difa sebelum ruangan bawah tanah dikamar itu terbuka.

"Apa informasi yang lo dapat?" tanya Cakka begitu wajah Difa tertangkap matanya.

Difa menunjukkan beberapa titik merah dilayar komputernya.

"Ini sinyal ESC yang gue dapat," ucap Difa.

Ia memainkan keyboardnya hingga layarnya berubah menjadi titik-titik kecil.

"Ternyata mereka berpencar, gue temui mereka di dua lokasi, Sydney, Australia dan di Jakarta, Indonesia," ucap Difa sambil menunjuk beberapa titik merah dilayar komputernya.

Cakka mengangguk-anggukkan¬ kepalanya, "Gue bisa atasi ini, gue berangkat besok, siapin tiket gue ke Indonesia malam ini. Gue akan mulai dari sana," tandas Cakka tanpa ragu.

"Sendirian?"

"Tentu,"

"Dan Shilla?"

Ucapan Difa itu membuat Cakka terdiam sesaat, "Gue percayakan lo untuk jaga dia selama gue pergi,"

"Apa?"

"Gue tau lo bisa,"

"Nggak! Gue nggak bisa," tolak Difa mentah-mentah.

"Gue percaya sama lo," ucap Cakka sambil menepuk bahu Difa.

Difa menggerutu namun Cakka tau rekannya itu akan menjaga Shilla dengan baik.

"Gue akan hubungi Sienna," ucap Difa.

Cakka mengernyit, "Sienna? Buat apa?" tanyanya heran.

"Apa lo lupa, dia adalah rekan lo untuk tangani ESC,"

"Gue bisa sendiri,"

"Kali ini nggak, gue akan susun rencananya. Kita butuh Sienna, dan selama di Indonesia lo sama Sienna harus menyamar."

Escape 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang