Haechan as your classmate

2.2K 227 7
                                    

Pada pagi itu kamu sedang terduduk di bangkumu, dikelasmu bersama seorang teman dekatmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pada pagi itu kamu sedang terduduk di bangkumu, dikelasmu bersama seorang teman dekatmu. Kamu asyik bercengkrama dengan temanmu, membicarakan hal-hal yang tidak penting namun menyenangkan untuk dibahas.
Pada saat itu juga, lorong didepan kelasmu mendadak riuh, ada beberapa siswa perempuan yang berteriak-teriak, berseru.
"Siapa ya?" Tanyamu pada temanmu.
"Mungkin senior artis kitaㅡ"
"Geng NCT sudah kembali ke sekolah!" Seorang siswa laki-laki dikelasmu berseru.
Kamu langsung paham. Geng NCT adalah sebutan siswa-siswa disini untuk member NCT yang bersekolah disini. Ada Mark, Jaemin, Jeno, dan Haechan. Kamu sendiri merupakan teman sekelas dari salah satu member itu.
Semuanya menjadi riuh ketika salah satu member tersebut memasuki ruang kelasmu. Kamu menoleh, penasaran akan perubahan yang terjadi pada sosok Haechan. Rambutnya dicat cokelat kemerahan, dan dia tampak tersenyum lebar saat kamu melihatnya.
Haechan menjawab semua sapaan teman-teman sekelasnya, lalu mendekati bangkumu. Dia menatapmu.
"Merindukanku, (nama kamu)?" Tanyanya.
kamu membuang muka, tak peduli. Haechan mendengus senang lalu akhirnya meletakkan tasnya dibangku yang ada didepan bangkumu.
Dia kemudian mengitari kelas, sekadar menyapa atau mengobrol dengan teman-temannya. Kamu mendengus lalu menyesali perbuatanmu barusan.
Semestinya kubilang iya saja kamu membatin.

***

"(Nama kamu)"
Kamu mendongakkan kepalamu, saat Haechan tampak menolehkan wajahnya kepadamu. Meringis adalah ekspresi yang ia tunjukan.
"Apa?" Tanyamu.
"Aku lupa mengerjakan tugas rumahku."
Kamu menyuruhnya untuk berbalik dan membawa tugasnya kehadapanmu. Dia segera membalikkan bangkunya kearah bangkumu, lalu meletakkan buku tugasnya diatas mejamu. Dia terkekeh senang. Dia memang lebih suka mengandalkanmu jika ia membutuhkan bantuan.
"Kamu mengerti maksud tugasnya?" Kamu bertanya kepadanya, seraya menopang dagu.
Haechan mengamati tugasnya. Lalu menggelengkan kepalanya.
"Maksudnya apa ya?" Dia bertanya.
"Kau tak mengerjakannya dengan Mark?"
Dia menggeleng. Akhirnya kau memberikan penjelasan tugas tersebut pada Haechan. Dengan tanggap dia segera menganggukkan kepalanya, mengerti.
"Wah, wah, wah, kalian sedang apa?" Rupanya Jaemin dan Jeno mengunjungi Haechan ke kelasnya. Mereka berdua sudah berada disisi kanan kiri bangkumu, memperhatikan aktifitas Haechan dan kamu.
"Donghyuck-ah, sudah kubilang kan kalau tugas itu memang untuk hari ini." Ucap Jeno.
"Ya, ya." Jawab Haechan.
"Apa kamu merasa keberatan memiliki Donghyuck kami yang bodoh?" Tanya Jaemin kepadamu.
Kamu menggeleng cepat.
"Diam, Jaemin-ah." Seru Haechan.
"Jangan-jangan, ini perempuan yang sering kamu sebutkan di dorm?"
"Sudah kubilang diam!"
"Donghyuck-ah, nanti pulang kita bareng ya. Ayo Jaemin."
"Kalian kesini cuma ingin bilang itu?"
Jaemin segera menggeleng.
"Kami ingin lihat perempuan yang kau sebutkan itu. Rupanya dia. Ayo Donghyuck, kalau kamu suka dia, bilang sajaㅡ"
"YA!!"
Haechan segera gelagapan, lalu membungkam mulut Jaemin, sementara Jeno pamit kepadamu dan Haechan. Kamu sendiri tidak mengerti yang dimaksud Jaemin. Akhirnya kedua anak laki-laki itu pergi meninggalkan kelas, sementara Haechan asyik mendengus kepada Jaeminㅡwalau sosoknya sudah menghilang.
"Apa yang dimaksud Jaemin? aku tak mㅡ"
Haechan segera menatapmu tajam.
"Mㅡlupakan sajalah."
Haechan melanjutkan aktifitasnya, sementara kamu menopang dagumu dan memperhatikannya.
"Kau sendiri suka padaku?" Tanya Haechan tiba-tiba, membuatmu seketika terperanjat dari kursimu. Dia menatapmu kemudian menunduk lagi.
"Lupakan sajalah." lanjutnya.

***

Hari ini Haechan berniat mengunjungi rumahmu. Dia ingin sekali kau mengajarkan mata pelajaran yang tidak ia mengerti. Untungnya, kedua orangtuamu sedang pergi dinas selama seminggu lamanya. Kamu mengiyakan, lalu menanti Haechan di hari Minggu jam 10 pagi dirumahmu. Kamu membereskan kamarmu sebersih mungkin dan membuatnya senyaman mungkin. Kamu gelisah, semoga saja Haechan menepati janjinya. Dalam hati kecilmu sendiri kau menyukai Haechan dan kau sangat menantikan berdua bersama Haechan.
Kemudian bel rumahmu berbunyi ketika kamu sedang menyiapkan cemilan dan Sprite untuk Haechan. Kau bergegas membuka pintu rumahmu, dan menemukan sosok Haechan sudah berdiri di depan rumahmu, dengan masker dan sebuah Beanie hitam menutupi separo kepalanya.

 Kau bergegas membuka pintu rumahmu, dan menemukan sosok Haechan sudah berdiri di depan rumahmu, dengan masker dan sebuah Beanie hitam menutupi separo kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayo masuk." Kamu mempersilakan masuk dan iapun langsung masuk kedalam.
Dia membuka masker serta Beanie miliknya, jaket Bomber yang terpasang ditubuhnya juga tak lupa ia lepaskan.
"Donghyuk-ah, kau ke kamarku dulu saja." Serumu pada Haechan yang sedang asyik memandangi foto-foto keluargamu. Dia menoleh, "dimana kamarmu?"
"Ada dilantai atas."
"Oke."
Setelah kepergian Haechan, kau segera mengangkat piring cemilan dan tampak kesusahan mengangkat nampan yang menampung sebuah botol soda besar beserta 2 gelas penuh dengan soda. Rupanya Haechan turun dari lantai atas, kemudian refleks meraih nampan yang kamu pegang.
"Ayo bareng." Ajaknya. Kamu mengangguk lalu mengajaknya ke lantai atas.

***
"Tuhkan susah." Keluh Haechan, saat setelah satu jam lamanya kamu menjelaskan materi yang sulit dikuasai Haechan.
"Tapi mengerti?" Tanyamu kepadanya, dia langsung menggeleng kesal.
"Aduh, sudah kujelaskan sedetail mungkin." Jelasmu frustasi. Haechan tampak bersalah.
"Mari disudahi saja hari ini."
"Eh? Kan baru mulai."
"Aku bosan, (nama kamu)."
Dia melahap sebuah kripik kentang dari piring, lalu mengunyahnya. Dia menopang dagunya, kemudian memandangimu yang tertegun.
"Kalau gitu, kita istirahat duluㅡ"
"Main game yuk!" Potong Haechan tiba-tiba.
Sepertinya Haechan sempat melihat konsol game milik kakakmu di lantai bawah. Kamu mendengus, kemudian mengangguk ogah-ogahan.
Haechan segera bangkit, wajahnya yang semula lesu menjadi cerah bahagia. Kemudian ia meraih tanganmu dan menariknya, membawamu turun menyusuri tangga lalu menuju ruang tengah.
Dia segera duduk di depan layar tv lalu memilah kaset-kaset game yang tersedia disana.
"Aku gak bisa main game." Ucapmu.
"Kalau begitu aku main sendiri saja." Jawab Haechan, matanya terus terfokus pada kaset-kaset yang ia pegang.
Kamu mengangguk, lalu duduk disampingnya. Dia rupanya memainkan game FIFA dan terkesiap dengan permainan yang disuguhkan.
Lama kelamaan kamu mulai mengantuk, sementara Haechan terus terfokus pada layar tv. Kamu mulai terpejam hingga kepalamu terasa berat. Semuanya pun menjadi gelap dan kamu tertidur berbantalkan bahu Haechan.
Kamu tidur nyenyak sekali dibahunya, ia sendiri tidak merasa risih. Sesekali ia mengelus rambutmu, atau sekadar menatap wajahmu lekat.
"(Nama kamu) lucu sekali kalau tidur."
Dia tersenyum lebar.

***

Kamu bergegas menyusuri lorong menuju kelasmu. Satu jam lagi, pelajaran akan segera dimulai. Namun kamu belum sempat menyelesaikan tugas rumahmu. Kamu berjalan cepat, tetapi melambat saat kamu melihat Haechan sedang berdiri didepan kelasmu. Dia menoleh kearahmu lalu berdiri menghadap dirimu. Dia tersenyum lebar. Kamu segera menghampirinya.
"Pagi (nama kamu)" sapanya.
"Oh ya, pagi juga." Jawabmu.
Kamu sendiri masih malu saat hari Minggu kemarin kamu tertidur di bahunya. kamu yang terlalu pulas, membuat Haechan terpaksa menidurkanmu di sofa ruang tengah dan menunggu hingga orangtua dan kakakmu pulang. Mengingat hal itu membuat kamu tak berani menatap wajah Haechan.
Haechan menggenggam tanganmu tiba-tiba, sontak membuatmu terkesiap dan menatapnya.
"Hari ini mau pergi kencan?" Ajak Haechan.
"Aㅡapa? Maksudnya?"
Haechan menggaruk tengkuknya,
"Sewaktu kamu tertidur kemarin, kamu sempat mengigau pelan. Kamu bilang 'aku ingin berdua bersama Haechan' jadi aku ajak kamu kencan berdua hari ini." Jelasnya. Kamu mendadak gagap, apa yang barusan Haechan ceritakan itu benar?
"Aku tak mengada-ada." Katanya setelah ia melihat reaksimu.
"Mau kan?" Ajaknya sekali lagi, genggaman tangannya mengerat. jantungmu serasa seperti bom yang sewaktu-waktu bisa meledak. Dengan gugup kamu mengangguk mengiyakan.
Haechan terkekeh.
"Mulai saat ini kau pacarku."

Imagine With HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang