Chapter 7

342 41 7
                                    

Minghao langsung menerjunkan tubuhnya di ranjang. Malam itu membuatnya sangat lelah. Perasaannya campur aduk. Ada sakit, sedih, kecewa. Semua jadi satu dalam dirinya. Masih teringat jelas kalimat Mingyu, namja idamannya itu saat di caffe tadi.

'Aku Kim Mingyu. Calon suami wanita yang baru saja kau panggil unnie.'

"Mian, Hao-ya. Bukan seperti dikatakan Mingyu. Dia hanya pacarku, bukan calon suami."

Kumpulan kata yang membuat Minghao sesak itu terus terngiang di telinganya, tak mau pergi. Perlahan ia tutup matanya dan keluarlah butiran-butiran kristal yang telah ditampungnya sejak di caffe tadi. Sesak dan sakit semakin menjalar di hatinya. Tanpa terasa ia mulai terisak larut dalam tangisnya.

"Minghao pabo! Minghao pabo! Kau tidak sebanding dengan dirinya(Wonwoo), Minghao-a." ia merutuki dirinya sendiri dalam isakan tangis.

"Unnie itu terlalu cantik, manis, dan baik. Wajar saja Mingyu sunbae bersamanya. Kau harus merelakannya Xu Minghao ! Kau harus sadar diri ! Selama ini kau hanya menyukainya dalam diam tanpa ada usaha sedikitpun. Dasar Xu Minghao!" Minghao masih menyalahkan dirinya sendiri. Menyembunyikan wajahnya yang merah padam dalam kedua telapak tangan mungil miliknya. Wajahnya basah oleh air matanya sendiri. Ia berusaha untuk membuat perasaannya lebih tenang. Namun sulit, sangat sulit hingga akhirnya ia tertidur dalam kesedihannya itu.
.

Minghao POV

Apa ini ? Dimana aku ? Perasaan tadi aku sudah tertidur karena tak bisa menenangkan diriku. Ah, bahkan aku masih ingat jelas kata-kata sunbae. Aku pun mulai menangis lagi mengingat kejadian semalam. Bahkan sampai terisak-isak mengingat sakitnya hatiku. Aku hanya bisa menunduk menatap ujung sepatuku dan baru aku sadari aku sedang berada di taman bunga sekolahku.
Namun, tiba-tiba saja ada sepasang sepatu hitam mengkilap berhenti tepat di depan sepatuku. Aku hanya terdiam dan suara pemilik sepatu itu keluar dengan lembutnya yang ternyata seorang namja.

"Aigooo...Uljima, Hao-ya" ucapnya sangat pelan sambil mengusap lembut kepalaku.

Mataku membulat dengan sempurna.
Betapa kagetnya aku ketika mengangkat kepalaku dan menatap wajah namja itu hingga aku tak bisa berucap.

"Uljima Hao-ya. Masih ada aku di sini." Ucapnya lagi diiringi senyum yang sangat sangat sangat membuatku merasa nyaman ketika melihatnya.

Deg !

Perasaan apa ini. Ada apa denganku? Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa dia ada di sini? Dan sikapnya aneh sekali, ia begitu lembut padaku?
Baru saja aku ingin bertanya pada namja itu apa yang dilakukannya di sini, suara bantingan pintu yang cukup keras membuatku kaget dan---

"Cece ! Cece ! Cece cepat bangun ! Aku bisa terlambat ke sekolah kalau kau tidak bangun-bangun. Kau juga akan terlambat ke sekolah." suara itu sangat ku kenal. Ya, Mingxiu adikku sedang membangunkan aku dari tidurku. Aku pun mengerjapkan mataku yang bengkak karena menagis semalam. Tunggu. Apa tadi? Membangunkanku? Bukannya aku tadi sedang menangis di taman sekolah bersama seorang namja ?

"Ce ! Apa yang kau lakukan ? Kenapa melamun? Palli ! 20 menit lagi dan kau belum mandi!" Lagi-lagi omelan Mingxiu membuatku sadar akan satu hal.

"Ah, jadi tadi hanya mimpi. Pantas saja terasa aneh." ucapku mengingat-ingat kembali kejadian barusan.

"Mimpi? Mimpi apa? Ah, sudahlah. Itu tak penting. Sekarang kau cepat mandi dan antar aku ke sekolah!" Mingxiu melemparkan handuk tepat ke wajahku dan dia berlalu pergi meninggalkan kamarku.
Aku hanya diam dan mempoutkan bibir melihat tingkah adikku yang menyebalkan itu.

Kembali pada mimpi tadi.
"Hm.. Jelas saja itu mimpi. Tak mungkin seorang Wen Junhui melakukan hal selembut itu padaku." ucapku sambil menggaruk kepalaku yang tak gatal lalu pergi ke kamar mandi dan bersiap ke sekolah.

DON'T LOOK AT ME AS YOUR ENEMYWhere stories live. Discover now