Chapter 13

386 42 13
                                    

'Hao-ya, Mianhae.'

Begitu isi pesan tersebut. Tanpa Minghao tahu siapa pengirimnya. Ia lihat lagi nomor si pengirim, ternyata nomornya sama dengan yang menelponnya tadi siang.

"Orang ini lagi. Siapa sih?" Kesal Minghao. Ia merasa terganggu karena nomor ini telah menelponnya lima kali dalam hari ini tapi tak pernah bersuara. Dan sekarang, ia mengirim pesan pada Minghao dan meminta maaf.

"Ah, mungkin dia minta maaf karena telah menggangguku seharian." Ucap Minghao tak peduli lalu meletakkan kembali ponselnya di nakas dan pergi ke dapur.

"Aigooo, eomma sama sekali tak menyediakan bahan makanan untukku selama dia pergi. Harus beli lagi deh, keluar duit lagi. Hah." Minghao mengomel pada eommanya yang entah sekarang sedang apa di luar kota bersama appa dan adiknya.

Minghao memutuskan untuk delivery pizza saja. Ia terlalu malas untuk keluar rumah, lagi pula ini sudah larut malam.

Setelah memesan pizza dan harus menunggunya selama setengah jam Minghao memutuskan untuk menonton TV. Kebetulan sekali, idol grup kesukaannya sedang tampil di salah satu channel tv yang diputar Minghao. Ikutlah ia menyanyikan lagu yang sedang dibawakan sang idol.

"yeppeun mal modu moaseo ttada jugo sipeunde.
neo neo neo neo , ape seomyeon jakku deureoganeun mal.

saebyeoge mureul masimyeonseo
honja dajimhae naneun neoege teok kkeutkkaji cha ollassdeon geu mareul
naeil kkok hagesseo, neo yeppeuda."

Sambil menirukan tariannya Minghao pun ikut bernyanyi.

Setelah lagu selesai Minghao juga ikut tersenyum, lalu menghempaskan tubuhnya di sofa sambil memegangi perutnya yang kelaparan.

"Aaaargh, lama sekali." Kesalnya.

.
.
.

-Beberapa jam yang lalu di rumah Jun-

Jun terlihat mondar-mandir di depan cerminnya. Satu tangannya melipat di dada dan satunya memegangi keningnya sambil sesekali memijat pelipisnya.

Ia sedang berpikir, mencari cara yang tepat untuk meminta maaf pada Minghao atas kesalahpahamannya selama ini. Padahal ya tinggal ketemu atau menelpon terus minta maaf. Tapi Jun merasa itu terlalu biasa, tak sebanding dengan luka yang sudah ia buat dan membuat Minghao sedih.

'Apa dia masih menyukaiku? Jangan-jangan dia sudah tak ada lagi perasaan padaku karena sikapku yang keterlaluan. Apa dia membenciku? Aduh, jangan sampai' batin Jun lalu ia menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Argh! Kenapa aku jadi mengkhawatirkan perasaannya padaku?" Jun merebahkan tubuhnya di ranjang lalu menghela napas panjang berkali-kali.

"Xu Minghao, kenapa susah sekali rasanya untuk minta maaf padamu." Gumamnya sambil memejamkan matanya.

Ting!

Tiba-tiba saja Jun bangun dari posisinya dan tersenyum sumeringah. Sepertinya ia telah mendapatkan ide bagaimana harus meminta maaf pada Minghao.

"Kenapa harus repot-repot? Aku hanya perlu datang ke rumahnya jika menelpon kurang sopan, lalu meminta maaf padanya dengan tulus. Selesai!" Ucap Jun diakhiri senyum lebar diwajahnya.

Namja itu langsung mengganti pakaiannya. Kemeja putih, celana jeans dan jam tangan hitam, tak lupa Jun menyisir rambutnya serapi mungkin. Tampilannya benar-benar berubah. Wajah tampannya jadi semakin tampan saja. Jun meraih kunci mobilnya, segera melaju ke rumah Minghao.

*
"Minghao-ya, mianhae, ku mohon."

"Mian. Jeongmal mianhae, Hao-ya."

"Xu Minghao, maukah kau memaafkanku?"

DON'T LOOK AT ME AS YOUR ENEMYWhere stories live. Discover now