Second

331 119 32
                                    

Seseorang itu memandang punggung perempuan yang kini mulai menghilang menjauh darinya. Perempuan tak dikenalnya yang telah menabrak tubuhnya serta menjatuhkan semua buku miliknya.

Seseorang itu adalah pemilik mata hitam pekat dengan tatapan elangnya.
Siapa yang tak kenal sosok seseorang itu? Dia adalah laki-laki yang sangat terkenal di sekolah ini. Bahkan,ia juga sangat terkenal di luar sana. Laki-laki itu memiliki prestasi yang sangat tinggi. Ia sangat pintar dalam bidang akademis, ia pun sangat pandai dalam bidang non akademis.

Laki-laki itu bernama Equaleo Prince Leonard ,panggil saja Leo.
Leo adalah seorang pianis dan gitaris yang sangat terkenal di usia remajanya. Segudang prestasi dapat diraihnya dengan mudah.

Leo. Laki-laki berpostur tubuh atletis ini begitu memikat hati para perempuan. Tampan, itulah pujian para perempuan yang suka menggoda aura dinginnya Leo.

Ya, Leo sangat dingin,cuek, dan tidak peduli dengan perempuan di sekitarnya. Itulah yang menyebabkan mereka patah hati dan menangis histeris bila Leo memperlakukan mereka dengan tatapan mautnya.

Leo sudah terbiasa dengan sikapnya ini. Bahkan Leo tidak pernah menyadari apa pun yang terjadi di sekelilingnya, ia terlalu sibuk dengan dunianya sendiri. Bahkan ia tidak pernah menyadari bahwa indahnya bumi ini. Hatinya seperti tertutup kabut hitam yang larut dalam kegelapan.

                                ***

Akhirnya Lea menemukan ruang guru setelah ia terkena musibah menabrak cowo tak dikenalnya.
Dengan napas yang masih terengah-engah, seorang wanita paruh baya memanggil namanya.

"Lea! Apa kamu bernama Lea?" Sapa dan tanya wanita paruh baya itu.

Lea tersenyum lebar dan mengangguk.

"Perkenalkan nama saya Ibu Sari, Di sini saya sebagai wali kelas kamu. Mari saya antarkan ke kelas barumu."

"Saya Lea, senang bisa menjadi salah satu murid Ibu" ucap Lea ramah sembari melangkahkan kakinya mengikuti langkah Ibu Sari menuju kelas barunya.

Wanita paruh baya itu berhenti tepat di depan sebuah pintu yang tertera papan nama tulisan XI IPA 1. Lea pun berhenti melangkah dan menatap papan nama yang menempel di pintu depannya.

"Ini kelasnya. Ayo,masuk."

Lea mengangguk dan masuk ke dalam kelas tersebut. Ketika ia berada di kelas barunya itu, betapa terkejutnya Lea mendengar keriuhan yang sangat amat keras menusuk indra telinganya.

"Anak-anak harap diam sebentar!" ucap bu Sari dengan tegas.

Namun tak ada yang menghiraukan ucapannya. Mereka tetap berjoget-joget musik dangdut dengan volume speaker yang sangat keras. Bu Sari berjalan menuju speaker, dan langsung mematikannya. Yang tadinya berisik sekarang mereka hanya terperangah.

"Yahh.." ucap serentak seisi kelas.

"Sambalado eh eh sambalado seerr.. Mari digoyang guyssss" Sambil mengangkat kedua jempolnya ke atas.

"Asepppp!!" teriak bu Sari.

"Iyaaaa sambalado!" jawab cowo itu spontan. Semua orang di kelas pun tertawa termasuk Lea.

"Emangnya Ibu sambal apa?!"

"Eh ibu, maaf bu tadi kepedesan habis makan sambal hehe" jawabnya tanpa mengenal dosa.

Bu Sari pun langsung menjewer telinga Asep. Melihat kejadian tersebut seisi kelas tertawa terbahak-bahak hingga perutnya sakit.

"Anak-anak silahkan duduk di tempatnya masing-masing!" Perintah Bu Sari.

Mereka pun  duduk dan mulai saling berbisik-bisik sambil melihat ke arah Lea.

"Jadi.. mulai hari ini kita kedatangan murid baru. Silahkan perkenalkan namamu, Nak"

"M-mm Hai! Namaku Lea, senang bisa ber-ke-na-lan dengan kalian."
Lea tersenyum dan mengangkat ragu sebelah tangan untuk menyapa.

"Bu! Mengapa ada anak kampung di kelas ini?!" Teriak salah satu cewe yang nampaknya terlihat tidak suka dengan kehadiran Lea di sini.

"Jaga mulutmu Steffani!" bentak Bu Sari.

Mendengar  bentakan Bu Sari, Steffani langsung terdiam. Ia sangat geram melihat kehadiran Lea di sekolah ini. Rasanya ia ingin mencabik-cabik Lea, biar tahu rasa! 

"Anak-anak, Ibu harap kalian dapat berteman baik dengan Lea. Silakan Lea duduk di tempat yang kosong" Ucap bu Sari sambil berpamitan untuk keluar kelas.

Lea mengangguk dan mengucapkan terima kasih kepada bu Sari.

"Lea!" panggil seorang cewe. "Kemarilah, duduk disebelahku." lanjutnya.

Lea tersenyum hangat menerimanya. Betapa buruknya, ketika ia hampir tiba ke bangku kosong itu, Lea malah terjatuh ke lantai. Semua ini karena ulah kaki Steffani.

"HAHAHA Rasain lo! Mending lo pergi dari sini! Dasar KAM-PU-NGAN!" Bentak Steffani yang hendak ingin menampar pipi Lea, namun dicegah oleh cowo yang barusan ia tabrak?

Cowo itu menatap Steffani dengan tajam,seolah ia ingin dibunuh hidup-hidup. Lalu Steffani langsung pergi dan menatap Lea dengan sinis.

Cowo itu juga langsung pergi ke tempat duduknya kembali tanpa  menoleh Lea sedikitpun.

Lea mendengus rasa syukur, beruntunglah ia baik-baik saja.



Seseorang telah menolong dirinya. Pemilik tatapan maut itu telah menolong dirinya. Tidak ku sangka ia sebaik itu, apa iya aku harus berterima kasih kepada pemilik tatapan maut?



Second. Yuk lanjut baca ceritanya^^ Happy Reading💗
Vote+Komen+Follow Author yaa!






MY SUNSHINE EQUA LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang