Eleventh

82 38 17
                                    

Matahari perlahan mulai meredup
Memancarkan warna jingga yang menyeruak pada sela-sela lapisan awan
Langit kini berubah
Tak lagi biru muda yang lembut
Melainkan warna oranye yang mendominasikannya

Indah dipandang,hangat menyelimuti diri
Kini,Jingga dan Senja bukanlah yang Ku cari
Melainkan seseorang yang sedang ku nanti
Ingin rasanya ku memeluk dan menciumnya
Dan mengatakan bahwa aku mencintainya sejak awal kita bertemu hingga hembusan nafas terakhirku

                     -My Sunshine Equa L
     
                            ***
Lelaki dengan postur tubuh tegap menjulang tinggi itu masih mencari sosok perempuan yang dikenalnya. Air keringatnya perlahan mulai terjatuh di pelipisnya. Bahkan rasa lelah mulai menghampiri dirinya. Namun ia tetap semangat untuk mencari sosok gadis itu. Hingga ia rela pulang terlambat dan meninggalkan waktu luangnya yang mungkin sangat berharga baginya. Lelaki itu tak lain adalah Leo.

Ia berjalan ke sana ke sini, menaiki tangga, menuruni tangga, dan berlari-lari kecil. Namun tak ada tanda-tanda kehadiran sosok gadis tersebut.

Dimana sih dia? Pekiknya dalam hati.

Satu-satunya tempat yang belum ia cari adalah ruang gudang yang sudah setahun dibiarkan dan tidak pernah dipakai. Gudang tersebut terletak di ujung belakang sekolah.
Tanpa berfikir lama, Leo langsung berlari secepat kilat menuju gudang tersebut.

Sepi. Tak ada orang satu pun yang berada di sini. Namun seperti ada suara erangan kecil di dalam gudang tersebut.

Lea. Itu pasti Lea.

Pintu gudang terkunci dengan rapat. Tanpa bantuan dari siapa pun, Leo berusaha mendobrak pintu tersebut sekuat tenaga. Hingga dobrakan yang ketiga kalinya ia berhasil membuka pintu tersebut.

Tatapannya tertuju pada gadis yang sedang terduduk dengan kedua tangan dan kakinya terikat di bangku kursi belakangnya. Tak lupa dengan lakban yang menutupi mulutnya. Namun semakin miris melihat baju Ballet yang robek dibeberapa tempat yang masih melekat di tubuhnya.

Aku langsung membuka ikatan tersebut dan membuka lakban yang menempel di mulutnya. Setelah itu aku melepaskan seragam putihku dan memakaikannya ke tubuhnya. Setidaknya ini untuk menutupi bagian tubuhnya yang terlihat akibat robekan pakaian tersebut.

Lalu ia memeluk ku dengan erat dan menangis dalam dekapanku. Aku membalas pelukannya dan berusaha menenangkannya dengan mengelus pelan bagian belakang punggungnya.

Ia berhenti menangis. Namun ia masih dalam dekapanku. Perlahan ia mulai melonggarkan tangannya dan melepaskan pelukannya. Lalu ia menatapku dan berkata,

Aku takut,Leo. Ucapnya sambil terisak-isak. Lalu aku menenangkannya kembali.

"Ada aku di sini, kau tak perlu khawatir. Yuk kita pulang, aku lihat matahari sudah hampir tebenam." Ajakku kepadanya.

Lalu ia menganggukkan kepala dan tersenyum kepadaku.

Senyuman itu,senyum yang selalu membuatku tak fokus.

Aku membantunya berdiri dan menggenggam tangannya. Entah mengapa aku bersikap seperti ini padanya. Aku merasa senang bila berada di dekatnya.

Lalu kami berjalan ke luar gedung dan berjalan ke arah lapangan sekolah.

                         ***
Kini kami berada di tengah lapangan sekolah, tak ada satu pun orang yang berada di sini, kecuali Lea dan Leo. Mereka berhenti berjalan karena mereka sedang melihat matahari yang mulai terbenam. Tak ada percakapan di antara mereka berdua.

Lea melepaskan ikat rambutnya dan menggerai seluruh rambutnya. Rambutnya tertiup angin membuat Lea sangat menikmati pemandangan yang disukainya ini. Leo yang di sebelahnya tertegun melihat Lea yang bisa dibilang sangat cantik jika digerai rambutnya seperti itu. Leo terpesona. Iya, Leo sangat terpesona pada Lea.

Setelah itu, mereka saling bertatapan. Entah apa yang dipikirkan mereka berdua hingga mereka bertatapan sangat lama.

Leo menatap Lea dengan lekat. Ia juga sesekali memperhatikan bibir merah alaminya. Sungguh,hasrat apakah yang memasuki dirinya sehingga ia berjalan mendekati Lea. Membuat mempersempit jarak mereka. Lalu Leo mendekatkan wajahnya pada wajah Lea. Tak ada reaksi apa pun yang dilakukan Lea. Leo memegang dagu Lea  dan mendekati bibirnya pada bibir Lea.

Cup

Bibir Leo berhasil mendarat dengan tepatnya di bibir Lea. Cukup lama Leo menempelkan bibirnya pada bibir Lea. Entah apa yang dipikirannya, hingga Leo melakukan hal ini kepada Lea. Lalu Leo melepaskan ciumannya dan memeluk Lea yang sadari masih terdiam dengan perlakuan yang dilakukan Leo kepada Lea. Leo memeluknya dan mengelus pelan punggungnya.

Lea yang mendapat perlakuan Leo lagi hanya terdiam tanpa bisa berbuat apa-apa. Tubuhnya seakan lemas bila Leo tak menahan pinggangnya.

Dan kejadian itu semua mereka lakukan pada pertama kalinya. Mencium dan memeluknya di bawah langit senja dan disaksikan oleh seluruh penjuru langit.

Indah dipandang,hangat menyelimuti diri
Kini,Jingga dan Senja bukanlah yang Ku cari
Melainkan seseorang yang sedang ku nanti
Ingin rasanya ku memeluk dan menciumnya
Dan mengatakan bahwa aku mencintainya sejak awal kita bertemu hingga hembusan nafas terakhirku.

Semua itu telah terjadi di bawah langit Senja. Pelukan hangat dan ciuman yang hanya sebatas ciuman pada bibir,bertanda bahwa ada perasaan yang mereka saling mencintainya. Akan tetapi,mereka tidak menyadarinya.
Namun tidak untuk kalimat terakhir pada bait puisi tersebut. Pernyataan Cinta. Leo belum menyatakan cintanya begitu juga dengan Lea. Mereka masih menyimpan rahasia-rahasia yang belum terkuak antara satu dengan yang lainnya. 

          "Jika kau menanyakan cinta kepadaku,aku tak mengerti. Karena perasaan ini sulit diperjelas dan dimengerti"

    -My Sunshine Equa L

Haii guyss! Gimana part kali ini? Suka ngga? :D aku harap kalian suka yaa(: Vote dan komen jangan lupa yaa hehe

MY SUNSHINE EQUA LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang