Tenth

88 51 5
                                    

Hari ini Lea akan mengikuti tes Ballet, ekskul yang paling Exclusive di SMA Sinar Mentari. Ya, hari ini adalah tes pendaftaran terakhir untuk ekskul Ballet.

Sekarang aku duduk di kursi peserta Ballet yang bertempat di Aula Seni Musik dan Teater SMA Sinar Mentari. Aku mendapatkan urutan peserta yang terakhir untuk maju ke atas panggung.  Melihat penampilan mereka yang sebelumnya sangat memukau dan mempesona, membuatku sangat gugup sekali. Namun semakin gugup ketika juri memanggil namaku ...

"Equalea Queensyah Salsabilla silahkah untuk naik ke atas panggung."

Rara yang disebelahku memegang kedua tanganku sebentar dan menatapku dengan penuh arti bahwa aku pasti bisa.

Aku mengangguk dan tersenyum hangat padanya.

Aku melangkahkan kakiku menuju ke arah panggung. Ketika aku berjalan,aku terjatuh.
Aku tersandung akibat kaki seseorang dan itu adalah perbuatan dari steffani dan teman-temannya. Orang-orang menertawaiku, mereka mencemooh aku.

Aku berdiri bangun dari tempatku terjatuh dan menatap Steffani dengan tatapan yang marah. Setelah itu aku berjalan dengan percaya diri, inilah kekuatan yang hanya aku punya.

Aku menaiki tangga dan berdiri tepat di tengah panggung. Aku menatap seluruh peserta Ballet yang sebelumnya sudah tampil dan menatap penonton yang sebelumnya juga menertawaiku dengan kerasnya.

Menghirup nafas dalam-dalam dan menghembuskanya.

Lea mulai berjinjit berdiri tegak dengan sepatu balletnya itu, lalu ia mulai melangkahkan kaki untuk menari dan menari. Ia menari mengikuti alunan musik yang terdengar. Gerakannya yang indah membuat siapa saja ingin terus melihat dan memandanginya. Alunan musik itu seperti hadir dan mengalir di dalam dirinya.

Ia berlari pelan sambil mempermainkan tangan dan kakinya yang lentur tersebut. Semua penonton tercengang melihat Lea melompat ke udara membentuk 180°  kakinya dan ia seperti berputar-putar menari di udara hingga ia tepat mendarat dengan indah di lantai panggung.

Lea tidak berhenti sampai di situ, ia masih terus menari-nari  mengikuti melodi musik yang sangat indah, seindah dirinya menari. Ia berputar-putar di tempat dengan kedua tangannya menari diatas kepalanya. Gerakan berputarnya semakin cepat secepat alunan musik yang dimainkan. Pakaiannya yang indah dan rok yang mengembang di pinggangnya menambah kesan yang menarik pada dirinya. Rambutnya telah terurai indah mengikuti gerakan berputarnya itu. Hingga keduanya saling terhenti, bertanda bahwa ia telah selesai menari. Ia membungkukkan badannya memberi salam hormat bahwa ia telah melakukan tarian balletnya itu.

Ketiga juri dan semua penonton yang hadir di sini berdiri dan  memberikan tepukan tangan yang sangat meriah. Mereka terharu dan senang dengan penampilan Lea yang sangat memukau itu. Mereka tak pernah melihat tarian yang begitu indah dan merasakan, mengikuti deretan alunan musik yang sangat hebat
Sungguh, ini penampilan yang sangat luar biasa.

Dengan nafas yang masih terengah-engah,Lea menatap ke arah orang-orang yang berdiri dan memberikan tepukan tangan untuknya. Ia sangat senang. Ia sebelumnya tak pernah merasakan semua orang bertepuk meriah dan kagum pada dirinya. Sungguh ia sangat senang sekali. Ia pun langsung menuruni tangga dan kembali ke tempat duduk dimana Rara sudah memanggilku sejak tadi.

Ia memeluk Lea dengan senang atas penampilannya barusan. Ia bangga memiliki teman yang bertalenta ini.

Di samping itu, Leo yang sedang duduk dihadapan piano ikut tersenyum dengan penampilan Lea yang sangat mempesona itu. Sampai-sampai ia terhanyut dalam alunan musik yang dimainkannya dengan tarian Lea yang mengalir dalam musik yang dimainkan dirinya.

Iya, Leo lah yang memainkan piano selama ini. Bahkan ia masih membayang-bayangkan sosok Lea, bagaimana awal Lea melangkah,hingga ia berputar-putar dengan cepat di atas sana. Tangan Leo seolah-olah menari-nari sendiri di atas tuts piano. Sedangkan matanya tak pernah berkedip melihat Lea menggerakkan seluruh anggota badannya untuk menari. 

Ia tak pernah tau bahwa Lea memiliki talenta yang luar biasa bagusnya. Leo jadi ingin tau rahasia-rahasia apa saja yang masih disembunyikan oleh sosok gadis itu.

                         ***
Aku berpamitan pada Rara untuk berganti baju di ruang ganti belakang Aula. Ketika akan sampai di ruang ganti seseorang menarik tanganku dengan kasar dan membawaku ke tempat yang belum aku ketahui. Ia memasukkan aku ke dalam tempat tersebut. Dan mendorong tubuhku ke dinding tembok yang kusam. Di sini gelap, hanya ada seburat cahaya dari sebuah fentilasi di atasnya. Ia tahu jika ini pelakunya adalah Steffani.

Lea kini terduduk lemah dengan kedua tangan dan kakinya yang terikat. Tak lupa dengan mulutnya yang diberi lakban hingga dirinya tidak bisa berbicara. Lalu Steffani mengambil gunting dan memotong beberapa kain pakaian Ballet yang masih melekat di tubuhku. Lalu ia memotongnya dan tertawa dengan suara kerasnya. Aku memberontak, namun usahaku hanya sia-sia. Lalu ia pergi meninggalkanku sendiri di sini dan mengunci pintunya.

Sepi,sunyi,gelap.

Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan sekarang ini. Aku hanya berdoa berharap ada seseorang yang menolongku di sini.

Rara mencari Lea dengan cemas. Ia tidak tau keberadaan Lea yang sudah 1 jam yang lalu tak berujung kembali.

"Asepp!!bantuin gue cariin Leaaa!" Perintah Rara dengan teriak tepat di telinga Asep.

Asep yang asik santai makan dua mangkok bakso langsung tersedak mendengar suara Rara yang kaya toa.

"Apaaaa?! Lea Hilangg?!" Teriaknya mengheningkan seisi kelas yang ingin sedang beranjak pulang.

Lalu Rara memukul pelan kepala asep.

"Kalo ngomong tuh pelan-pelan!" Marahnya.

Asep terkekeh dan meminta maaf pada seisi kelas.

"Loh ko bisa hilang sih? Gimana ceritanya?!"

"Satu jam yang lalu, Lea pamitan ke gue untuk mengganti pakaian. Nah terus sekarang ia belum kembali lagi." Jawab Rara Cemas.

Bukkk
Tumpukan buku tebal Leo terjatuh dengan sengaja. Lalu Leo mengepalkan tangannya dan berdiri beranjak dari kursi tempatnya. Lalu ia menuju ke tempat meja Steffani. Ia ingin seperti mencekik leher Steffani. Hingga ia susah mengambil nafas.

"Dimana Lea sekarang?!" Bentak Leo tepat di wajah Steffani.

Namun Steffani tak menghiraukan ucapan Leo.

"Dimana Lea?!!" Bentaknya lebih keras.

Namun Steffani hanya tertawa jahat menanggapinya. Tangan Leo sudah mengepal melihatkan urat-urat tangannya. Lalu ia pergi meninggalkan Steffani dengan penuh amarah. Ia harus bisa menahan emosinya yang meluap-luap dan segera mencari Lea ke seluruh penjuru sekolah.

Asep dan Rara tercengang dengan amarah yang diluapkan Leo. Mereka tak pernah melihat Leo semarah ini.  Lalu mereka membantu Leo untuk mencari Lea.

Apa yang akan dilakukan Leo selanjutnya?
Oke nexttt yaa.
Vote dan berikan komentarmu di bawah ini(:

MY SUNSHINE EQUA LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang